Prancis Sebut Pengayaan Uranium Iran Sangat Memprihatinkan
loading...
A
A
A
PARIS - Pemerintah Prancis menyebut perkembangan program nuklir Iran "sangat memprihatinkan". Pernyataan ini dilontarkan setelah pengawas nuklir PBB melaporkan menemukan partikel uranium yang diperkaya hanya di bawah 90 persen, yang dibutuhkan untuk sebuah bom atom.
“Laporan ini menyatakan bahwa arah yang diambil Iran sangat memprihatinkan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Anne-Claire Legendre kepada wartawan, Kamis (2/3/2023), seperti dikutip dari AFP. Ia menambahkan, perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat serius.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengkonfirmasi, bahwa mereka telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga 83,7 persen, hanya kurang dari 90 persen yang diperlukan untuk menghasilkan perangkat nuklir.
"Diskusi masih berlangsung untuk menentukan asal partikel-partikel ini," kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam sebuah laporan rahasia yang dilihat oleh AFP seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (1/3/2023).
Laporan tersebut mengatakan bahwa selama pemeriksaan pada 22 Januari 2023, badan tersebut mengambil sampel lingkungan di Fordow Fuel Enrichment Plant (FFEP), hasil analitiknya menunjukkan adanya partikel uranium yang diperkaya tinggi yang mengandung hingga 83,7 persen U-235.
“Peristiwa ini dengan jelas menunjukkan kemampuan badan tersebut untuk mendeteksi dan melaporkan secara tepat waktu perubahan dalam pengoperasian fasilitas nuklir di Iran,” lanjutnya.
Pekan lalu, Iran mengklaim tidak melakukan upaya apapun untuk memperkaya uranium di atas 60 persen. “Kepala IAEA akan bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Teheran pada hari Sabtu untuk mencoba meluncurkan kembali dialog mengenai pekerjaan atom negara itu,” kata seorang sumber diplomatik.
Iran telah memperkaya uranium jauh melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan penting tahun 2015 dengan kekuatan dunia, yang mulai terurai ketika Amerika Serikat menarik diri darinya pada tahun 2018.
“Laporan ini menyatakan bahwa arah yang diambil Iran sangat memprihatinkan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Anne-Claire Legendre kepada wartawan, Kamis (2/3/2023), seperti dikutip dari AFP. Ia menambahkan, perkembangan ini belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat serius.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengkonfirmasi, bahwa mereka telah mendeteksi partikel uranium yang diperkaya hingga 83,7 persen, hanya kurang dari 90 persen yang diperlukan untuk menghasilkan perangkat nuklir.
"Diskusi masih berlangsung untuk menentukan asal partikel-partikel ini," kata Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam sebuah laporan rahasia yang dilihat oleh AFP seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (1/3/2023).
Laporan tersebut mengatakan bahwa selama pemeriksaan pada 22 Januari 2023, badan tersebut mengambil sampel lingkungan di Fordow Fuel Enrichment Plant (FFEP), hasil analitiknya menunjukkan adanya partikel uranium yang diperkaya tinggi yang mengandung hingga 83,7 persen U-235.
“Peristiwa ini dengan jelas menunjukkan kemampuan badan tersebut untuk mendeteksi dan melaporkan secara tepat waktu perubahan dalam pengoperasian fasilitas nuklir di Iran,” lanjutnya.
Pekan lalu, Iran mengklaim tidak melakukan upaya apapun untuk memperkaya uranium di atas 60 persen. “Kepala IAEA akan bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Teheran pada hari Sabtu untuk mencoba meluncurkan kembali dialog mengenai pekerjaan atom negara itu,” kata seorang sumber diplomatik.
Iran telah memperkaya uranium jauh melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan penting tahun 2015 dengan kekuatan dunia, yang mulai terurai ketika Amerika Serikat menarik diri darinya pada tahun 2018.
(esn)