Uji Klinis, Kandidat Vaksin Covid-19 Menghasilkan Imunitas
loading...
A
A
A
CHICAGO - Kandidat vaksin corona (Covid-19) menunjukkan hasil yang menggembirakan saat uji klinis terhadap 45 sukarelawan kesehatan. Namun, itu adalah tahapan awal dari pengembangan vaksin corona.
Para sukarelawan yang mendapatkan dua dosis vaksin korona ternyata memiliki antibodi yang meningkat di atas rata-rata. Itu sama seperti orang yang berhasil sembuh dari Covid-19. Hal itu dilaporkan pada New England Journal of Medicine.
Yang menarik adalah tidak ada efek samping serius yang berbahaya. Hanya separuh sukarelawan yang merasakan reaksi ringan seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot setelah disuntik vaksin. Gejala ringan juga dialami setelah mereka mendapatkan dosis kedua.
“Kita tidak melihat peristiwa yang menunjukkan efek samping serius,” kata Lisa Jackson, peneliti Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, AS. Efek samping serius adalah sukarelawan yang harus menjalani perawatan di rumah sakit atau kematian akibat menjalani uji klinis vaksin corona.
Kandidat vaksin yang dinyatakan berhasil itu diproduksi Moderna, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS). Mereka telah menguji vaksin kepada manusia pada 16 Maret lalu. (Baca: Sanksi Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan, Efefktifkah?)
Pada Juni lalu, Moderna telah memilih dosis 100 mikrogram untuk meminimalisasi efek samping. Dengan dosis itu, Moderna bisa memproduksi 500 juta dosis per tahun dan kemungkinan 1 miliar dosis per tahun pada 2021. Mereka juga akan bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Swiss, Lonza.
Menurut William Schaffner, peneliti vaksin dari Universitas Vanderbilt, hasil yang ditunjukkan vaksin Modern merupakan langkah yang baik. “Itu akan mendukung uji klinis fase kedua dan ketiga,” katanya.
Para pakar menyatakan vaksin merupakan solusi jangka panjang dari pandemi virus corona yang mengakibatkan jutaan orang terinfeksi dan sebanyak 575.000 orang meninggal. Tanpa vaksin, virus corona tetap akan menjadi pandemi. Karena itu, banyak negara dan perusahaan farmasi ikut mengembangkan vaksin corona.
Direktur Institute Nasional untuk Penyakit Infeksi dan Alergi AS Anthony Fauci mengatakan kabar kandidat vaksin yang dikembangkan Moderna merupakan berita baik. “Jika tidak ada dampak serius, vaksin itu mampu membunuh virus atau menghasilkan antibodi,” ujarnya.
Dia mengatakan, jika vaksin itu mampu menghasilkan antibodi, itu adalah pemenangnya. “Itulah kenapa kita senang dengan hasil tersebut,” ungkapnya. (Baca juga: Larang Huawei, Inggris Bantah Dipengaruhi AS)
Para sukarelawan yang mendapatkan dua dosis vaksin korona ternyata memiliki antibodi yang meningkat di atas rata-rata. Itu sama seperti orang yang berhasil sembuh dari Covid-19. Hal itu dilaporkan pada New England Journal of Medicine.
Yang menarik adalah tidak ada efek samping serius yang berbahaya. Hanya separuh sukarelawan yang merasakan reaksi ringan seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot setelah disuntik vaksin. Gejala ringan juga dialami setelah mereka mendapatkan dosis kedua.
“Kita tidak melihat peristiwa yang menunjukkan efek samping serius,” kata Lisa Jackson, peneliti Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, AS. Efek samping serius adalah sukarelawan yang harus menjalani perawatan di rumah sakit atau kematian akibat menjalani uji klinis vaksin corona.
Kandidat vaksin yang dinyatakan berhasil itu diproduksi Moderna, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS). Mereka telah menguji vaksin kepada manusia pada 16 Maret lalu. (Baca: Sanksi Bagi Pelanggar Protokol Kesehatan, Efefktifkah?)
Pada Juni lalu, Moderna telah memilih dosis 100 mikrogram untuk meminimalisasi efek samping. Dengan dosis itu, Moderna bisa memproduksi 500 juta dosis per tahun dan kemungkinan 1 miliar dosis per tahun pada 2021. Mereka juga akan bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Swiss, Lonza.
Menurut William Schaffner, peneliti vaksin dari Universitas Vanderbilt, hasil yang ditunjukkan vaksin Modern merupakan langkah yang baik. “Itu akan mendukung uji klinis fase kedua dan ketiga,” katanya.
Para pakar menyatakan vaksin merupakan solusi jangka panjang dari pandemi virus corona yang mengakibatkan jutaan orang terinfeksi dan sebanyak 575.000 orang meninggal. Tanpa vaksin, virus corona tetap akan menjadi pandemi. Karena itu, banyak negara dan perusahaan farmasi ikut mengembangkan vaksin corona.
Direktur Institute Nasional untuk Penyakit Infeksi dan Alergi AS Anthony Fauci mengatakan kabar kandidat vaksin yang dikembangkan Moderna merupakan berita baik. “Jika tidak ada dampak serius, vaksin itu mampu membunuh virus atau menghasilkan antibodi,” ujarnya.
Dia mengatakan, jika vaksin itu mampu menghasilkan antibodi, itu adalah pemenangnya. “Itulah kenapa kita senang dengan hasil tersebut,” ungkapnya. (Baca juga: Larang Huawei, Inggris Bantah Dipengaruhi AS)