Sosok Sun Yat Sen, Revolusioner China tapi Jadi Presiden Pertama Taiwan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sun Yat Sen (1866-1925) adalah seorang pemimpin revolusioner China tapi menjadi presiden pertama Republik China (nama resmi Taiwan).
Dia adalah tokoh penting dalam penggulingan Dinasti Qing dan tokoh dalam upaya pembentukan pemerintahan demokratis di China.
Sun lahir dari keluarga petani di Ceheng, Provinsi Guangdong, China. Dia bersekolah di sekolah lokal sebelum melanjutkan studi kedokteran di Hong Kong, di mana dia mengenal ide dan politik Barat.
Sun memasuki dunia politik pada tahun 1894, mendirikan Revive China Society, yang berupaya memodernisasi China dan mengakhiri Dinasti Qing. Dia memimpin beberapa pemberontakan yang gagal melawan Dinasti Qing, tetapi usahanya membantu pembentukan gerakan revolusioner China.
Gagasan dan visi Sun untuk China baru didasarkan pada tiga prinsip: nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Dia percaya bahwa untuk mendapatkan kembali kedaulatan dan menjadi negara yang makmur, China perlu melakukan modernisasi dan menjadi lebih demokratis. Gagasan dan prinsipnya dikenal sebagai Prinsip Tiga Rakyat.
Upaya revolusioner Sun memuncak pada jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911. Sun diangkat sebagai presiden sementara Republik China dan mulai melakukan reformasi untuk memodernisasi negara. Namun, masa kepresidenannya singkat, dan dia terpaksa mengundurkan diri pada tahun 1912.
Sun terus bekerja untuk pembentukan pemerintahan demokratis di China setelah mengundurkan diri. Dia mendirikan Partai Kuomintang (KMT) dengan tujuan mempersatukan negara dan membentuk pemerintahan yang demokratis. Namun, upayanya terhambat oleh panglima perang dan kekuatan asing yang berusaha mempertahankan kendali atas China.
Sun membentuk aliansi dengan Partai Komunis China, yang dipimpin oleh Mao Zedong, pada tahun 1923. Tujuan aliansi tersebut adalah untuk menyatukan negara dan membentuk pemerintahan yang demokratis, tetapi upaya mereka sekali lagi digagalkan oleh panglima perang dan kekuatan asing.
Sun meninggal karena kanker pada tahun 1925, tetapi warisannya diteruskan oleh Partai KMT, yang berupaya mendirikan pemerintahan demokratis di China. Namun, setelah kematian Sun, KMT terpecah menjadi beberapa faksi, dan China tetap terbagi selama bertahun-tahun.
Pada akhirnya, China dikuasai kubu Partai Komunis. KMT kemudian mendirikan pemerintah sendiri di pulau yang sekarang bernama Taiwan dan pemerintahannya bernama Republik China. Sun diabadikan sebagai presiden pertama Republik China alias Taiwan.
Peninggalan Sun Yat sen sebagai pemimpin revolusioner, serta gagasannya untuk China yang demokratis, terus berdampak pada politik China saat ini. Tiga Prinsip Rakyat-nya tetap menjadi bagian penting dari wacana politik China, dan visinya tentang China yang bersatu dan demokratis tetap menjadi tujuan banyak orang.
MG/Tazakka Artesa Hidayat
Dia adalah tokoh penting dalam penggulingan Dinasti Qing dan tokoh dalam upaya pembentukan pemerintahan demokratis di China.
Sun lahir dari keluarga petani di Ceheng, Provinsi Guangdong, China. Dia bersekolah di sekolah lokal sebelum melanjutkan studi kedokteran di Hong Kong, di mana dia mengenal ide dan politik Barat.
Sun memasuki dunia politik pada tahun 1894, mendirikan Revive China Society, yang berupaya memodernisasi China dan mengakhiri Dinasti Qing. Dia memimpin beberapa pemberontakan yang gagal melawan Dinasti Qing, tetapi usahanya membantu pembentukan gerakan revolusioner China.
Gagasan dan visi Sun untuk China baru didasarkan pada tiga prinsip: nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Dia percaya bahwa untuk mendapatkan kembali kedaulatan dan menjadi negara yang makmur, China perlu melakukan modernisasi dan menjadi lebih demokratis. Gagasan dan prinsipnya dikenal sebagai Prinsip Tiga Rakyat.
Upaya revolusioner Sun memuncak pada jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911. Sun diangkat sebagai presiden sementara Republik China dan mulai melakukan reformasi untuk memodernisasi negara. Namun, masa kepresidenannya singkat, dan dia terpaksa mengundurkan diri pada tahun 1912.
Sun terus bekerja untuk pembentukan pemerintahan demokratis di China setelah mengundurkan diri. Dia mendirikan Partai Kuomintang (KMT) dengan tujuan mempersatukan negara dan membentuk pemerintahan yang demokratis. Namun, upayanya terhambat oleh panglima perang dan kekuatan asing yang berusaha mempertahankan kendali atas China.
Sun membentuk aliansi dengan Partai Komunis China, yang dipimpin oleh Mao Zedong, pada tahun 1923. Tujuan aliansi tersebut adalah untuk menyatukan negara dan membentuk pemerintahan yang demokratis, tetapi upaya mereka sekali lagi digagalkan oleh panglima perang dan kekuatan asing.
Sun meninggal karena kanker pada tahun 1925, tetapi warisannya diteruskan oleh Partai KMT, yang berupaya mendirikan pemerintahan demokratis di China. Namun, setelah kematian Sun, KMT terpecah menjadi beberapa faksi, dan China tetap terbagi selama bertahun-tahun.
Pada akhirnya, China dikuasai kubu Partai Komunis. KMT kemudian mendirikan pemerintah sendiri di pulau yang sekarang bernama Taiwan dan pemerintahannya bernama Republik China. Sun diabadikan sebagai presiden pertama Republik China alias Taiwan.
Peninggalan Sun Yat sen sebagai pemimpin revolusioner, serta gagasannya untuk China yang demokratis, terus berdampak pada politik China saat ini. Tiga Prinsip Rakyat-nya tetap menjadi bagian penting dari wacana politik China, dan visinya tentang China yang bersatu dan demokratis tetap menjadi tujuan banyak orang.
MG/Tazakka Artesa Hidayat
(min)