Korban Gempa Suriah Marah dan Sedih Tak Ada Bantuan Asing Datang, Sangat Beda dengan Turki
loading...
A
A
A
BAB AL HAWA - Dengan ratusan orang masih terjebak di bawah puing, tim penyelamat menyesalkan kurangnya bantuan kemanusiaan internasional yang sangat dibutuhkan para korban gempa.
Gempa dahsyat menewaskan ribuan orang di barat laut Suriah dan jutaan orang terkena dampak.
Saat tim penyelamat dan relawan dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke Turki, relawan medis Obaida Rannoush di Suriah menyesalkan kelambanan komunitas global untuk datang ke negaranya.
“Saya menyerukan kepada masyarakat internasional, negara-negara Arab, dan PBB untuk segera membantu kami,” ujar dia sambil berdiri di perbatasan Bab al-Hawa.
“Lebih dari 60 jam setelah gempa terjadi, masih ada ratusan orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Kami tidak dapat menyelamatkan mereka karena sumber daya kami yang sedikit. Kami membutuhkan alat berat, bantuan kemanusiaan dan medis,” papar dia.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada satu pun konvoi kemanusiaan yang melintasi perbatasan.
“Kami belum menerima bantuan apa pun,” ungkap Rannoush. “Kami berdiri di sini di perbatasan untuk meminta bantuan kemanusiaan agar kami dapat menyelamatkan beberapa orang di bawah reruntuhan.”
Pada Rabu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mengerahkan tim dan tiga penerbangan dengan pasokan medis ke Turki dan Suriah.
“Kebutuhan kesehatan sangat besar,” ujar Dr Iman Shankiti, perwakilan WHO untuk Suriah.
Ribuan orang juga terluka, menurut Shankiti, menambahkan sistem perawatan kesehatan Suriah sudah bertekuk lutut setelah perang bertahun-tahun.
Jutaan Orang Terpengaruh
Di Suriah barat laut, respons internasional yang lamban adalah masalah hidup atau mati bagi ratusan orang yang masih terperangkap di bawah beton bangunan yang runtuh.
Kurangnya tanggapan mendorong puluhan jurnalis Suriah melakukan aksi duduk di persimpangan perbatasan Bab al-Hawa.
Mazen Alloush, kepala hubungan media untuk perbatasan Bab al-Hawa, mengatakan jutaan warga Suriah terkena dampak gempa utama dan gempa susulannya.
“Penyeberangan sudah ditutup sejak gempa terjadi,” ujar dia.
Madevi Sun-Suon, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan pada Selasa bahwa aliran bantuan dari Turki ke Suriah barat laut untuk sementara berhenti karena dampak gempa.
“Beberapa jalan rusak, beberapa tidak dapat diakses. Ada masalah logistik yang perlu diselesaikan,” ungkap dia.
Pemakaman Banyak tapi Tidak Ada Bantuan
Alloush menolak klaim bahwa jalanan tak dapat dilalui konvoi bantuan. Menurut dia, jalan terbuka lebar.
“Setiap setengah jam atau lebih kami melihat mobil yang membawa jenazah orang Suriah yang tewas dalam gempa bumi di Turki melintasi perbatasan ke Suriah,” papar dia.
“Jadi bagaimana jalan bisa ditutup untuk bantuan tetapi terbuka untuk konvoi pemakaman?” tanya dia.
“Kami tahu bahwa bantuan PBB disimpan di kota Reyhanli, Turki, yang jaraknya hanya satu kilometer dari perbatasan,” ungkap dia.
Sejauh ini, jenazah 300 warga Suriah yang meninggal akibat gempa di Turki telah menyeberang ke Suriah untuk dimakamkan.
Tapi Alloush mengatakan sejak saat-saat pertama setelah gempa, Turki berhenti menerima pasien medis dari Suriah, dan juga melarang tim sukarelawan melintasi perbatasan.
“Tidak ada bantuan yang masuk (Suriah utara) melalui salah satu koridor,” papar Abdul Razzak Kentar, manajer program di Pertahanan Sipil Suriah, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Hanya tim teknis Mesir yang terdiri dari 20 orang, termasuk dokter tanpa peralatan, masuk melalui perlintasan Bab al-Hawa,” ujar dia.
“Semua penyeberangan menurut pernyataan resmi telah dibuka, Bab al-Hawa, Jarabulus, dan Bab al-Salamah. Tetapi untuk pertahanan sipil, sejauh ini kami belum menerima bantuan internasional atau non-internasional,” ungkap dia.
“Kami masih bekerja dengan cadangan dan bantuan dari organisasi lokal yang beroperasi di wilayah utara yang dibebaskan,” ujar Kentar.
Gempa dahsyat menewaskan ribuan orang di barat laut Suriah dan jutaan orang terkena dampak.
Saat tim penyelamat dan relawan dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke Turki, relawan medis Obaida Rannoush di Suriah menyesalkan kelambanan komunitas global untuk datang ke negaranya.
“Saya menyerukan kepada masyarakat internasional, negara-negara Arab, dan PBB untuk segera membantu kami,” ujar dia sambil berdiri di perbatasan Bab al-Hawa.
“Lebih dari 60 jam setelah gempa terjadi, masih ada ratusan orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Kami tidak dapat menyelamatkan mereka karena sumber daya kami yang sedikit. Kami membutuhkan alat berat, bantuan kemanusiaan dan medis,” papar dia.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada satu pun konvoi kemanusiaan yang melintasi perbatasan.
“Kami belum menerima bantuan apa pun,” ungkap Rannoush. “Kami berdiri di sini di perbatasan untuk meminta bantuan kemanusiaan agar kami dapat menyelamatkan beberapa orang di bawah reruntuhan.”
Pada Rabu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mengerahkan tim dan tiga penerbangan dengan pasokan medis ke Turki dan Suriah.
“Kebutuhan kesehatan sangat besar,” ujar Dr Iman Shankiti, perwakilan WHO untuk Suriah.
Ribuan orang juga terluka, menurut Shankiti, menambahkan sistem perawatan kesehatan Suriah sudah bertekuk lutut setelah perang bertahun-tahun.
Jutaan Orang Terpengaruh
Di Suriah barat laut, respons internasional yang lamban adalah masalah hidup atau mati bagi ratusan orang yang masih terperangkap di bawah beton bangunan yang runtuh.
Kurangnya tanggapan mendorong puluhan jurnalis Suriah melakukan aksi duduk di persimpangan perbatasan Bab al-Hawa.
Mazen Alloush, kepala hubungan media untuk perbatasan Bab al-Hawa, mengatakan jutaan warga Suriah terkena dampak gempa utama dan gempa susulannya.
“Penyeberangan sudah ditutup sejak gempa terjadi,” ujar dia.
Madevi Sun-Suon, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan pada Selasa bahwa aliran bantuan dari Turki ke Suriah barat laut untuk sementara berhenti karena dampak gempa.
“Beberapa jalan rusak, beberapa tidak dapat diakses. Ada masalah logistik yang perlu diselesaikan,” ungkap dia.
Pemakaman Banyak tapi Tidak Ada Bantuan
Alloush menolak klaim bahwa jalanan tak dapat dilalui konvoi bantuan. Menurut dia, jalan terbuka lebar.
“Setiap setengah jam atau lebih kami melihat mobil yang membawa jenazah orang Suriah yang tewas dalam gempa bumi di Turki melintasi perbatasan ke Suriah,” papar dia.
“Jadi bagaimana jalan bisa ditutup untuk bantuan tetapi terbuka untuk konvoi pemakaman?” tanya dia.
“Kami tahu bahwa bantuan PBB disimpan di kota Reyhanli, Turki, yang jaraknya hanya satu kilometer dari perbatasan,” ungkap dia.
Sejauh ini, jenazah 300 warga Suriah yang meninggal akibat gempa di Turki telah menyeberang ke Suriah untuk dimakamkan.
Tapi Alloush mengatakan sejak saat-saat pertama setelah gempa, Turki berhenti menerima pasien medis dari Suriah, dan juga melarang tim sukarelawan melintasi perbatasan.
“Tidak ada bantuan yang masuk (Suriah utara) melalui salah satu koridor,” papar Abdul Razzak Kentar, manajer program di Pertahanan Sipil Suriah, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Hanya tim teknis Mesir yang terdiri dari 20 orang, termasuk dokter tanpa peralatan, masuk melalui perlintasan Bab al-Hawa,” ujar dia.
“Semua penyeberangan menurut pernyataan resmi telah dibuka, Bab al-Hawa, Jarabulus, dan Bab al-Salamah. Tetapi untuk pertahanan sipil, sejauh ini kami belum menerima bantuan internasional atau non-internasional,” ungkap dia.
“Kami masih bekerja dengan cadangan dan bantuan dari organisasi lokal yang beroperasi di wilayah utara yang dibebaskan,” ujar Kentar.
(sya)