Pakar: Utang Bantuan Investasi Militer AS Buat Ukraina Jadi Negara Gagal
Jum'at, 23 Desember 2022 - 10:56 WIB
WASHINGTON - Ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi Washington DC, pada Rabu (21/12/2022), Kongres memperdebatkan paket bantuan militer baru yang besar untuk Kiev.
Zelensky mendesak anggota parlemen AS menganggap uang itu bukan sebagai "amal", tetapi sebagai "investasi".
Seorang ahli dalam masalah regional dan militer mengatakan kepada Sputnik pada Kamis bahwa uang dalam jumlah besar akan digunakan untuk mengontrol dan menjarah Ukraina, serta memperkaya orang dan institusi terkait di Barat, termasuk Partai Demokrat.
“AS berinvestasi dengan keyakinan mereka akan dapat melemahkan Rusia dan pada akhirnya melihat perubahan rezim dan berpotensi membongkar Rusia yang kemudian juga akan memungkinkan penahanan China lebih lanjut,” ujar Earl Rasmussen, wakil presiden eksekutif Eurasia Center yang berbasis di Washington dan pensiunan Letnan Kolonel dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di Angkatan Darat AS.
“Ini juga berperan mengganggu kerja sama ekonomi antara Eropa dan Rusia dan (antara) Eropa dan China, sehingga berpotensi mengarah pada deindustrialisasi Eropa, khususnya Jerman,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Selain itu, Kompleks Industri Militer AS (MIC) mendapat banyak keuntungan dari 'konflik' dan meningkatnya ketegangan. Peluang tambahan mungkin terjadi bagi perusahaan barat (AS) untuk 'merekonstruksi' Ukraina dan untuk mendapatkan sumber daya Ukraina dengan harga jual yang tinggi.”
Akademisi dan veteran itu menjelaskan ada banyak pemimpin AS yang percaya AS adalah “negara yang sangat diperlukan yang pada dasarnya menguasai dunia,” dan berupaya mempertahankan posisi itu dengan cara apa pun.
Zelensky mendesak anggota parlemen AS menganggap uang itu bukan sebagai "amal", tetapi sebagai "investasi".
Seorang ahli dalam masalah regional dan militer mengatakan kepada Sputnik pada Kamis bahwa uang dalam jumlah besar akan digunakan untuk mengontrol dan menjarah Ukraina, serta memperkaya orang dan institusi terkait di Barat, termasuk Partai Demokrat.
“AS berinvestasi dengan keyakinan mereka akan dapat melemahkan Rusia dan pada akhirnya melihat perubahan rezim dan berpotensi membongkar Rusia yang kemudian juga akan memungkinkan penahanan China lebih lanjut,” ujar Earl Rasmussen, wakil presiden eksekutif Eurasia Center yang berbasis di Washington dan pensiunan Letnan Kolonel dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di Angkatan Darat AS.
“Ini juga berperan mengganggu kerja sama ekonomi antara Eropa dan Rusia dan (antara) Eropa dan China, sehingga berpotensi mengarah pada deindustrialisasi Eropa, khususnya Jerman,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Selain itu, Kompleks Industri Militer AS (MIC) mendapat banyak keuntungan dari 'konflik' dan meningkatnya ketegangan. Peluang tambahan mungkin terjadi bagi perusahaan barat (AS) untuk 'merekonstruksi' Ukraina dan untuk mendapatkan sumber daya Ukraina dengan harga jual yang tinggi.”
Akademisi dan veteran itu menjelaskan ada banyak pemimpin AS yang percaya AS adalah “negara yang sangat diperlukan yang pada dasarnya menguasai dunia,” dan berupaya mempertahankan posisi itu dengan cara apa pun.
tulis komentar anda