Kalah dalam Pemilu, Mahathir Mohamad Mundur sebagai Ketua Partai
Minggu, 18 Desember 2022 - 09:27 WIB
KUALA LUMPUR - Mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memutuskan mundur sebagai ketua partai Parti Pejuang Tanah Air (Pejuang) yang didirikannya setelah kalah dalam pemilu baru-baru ini. Keputusan mundur Mahathir pun diterima oleh anggota dewan eksekutif partai.
“Anggota dewan eksekutif pusat dan anggota partai berterima kasih padanya atas layanan, bimbingan, dan kepemimpinannya selama masa jabatannya sebagai ketua,” kata presiden partai Muhkriz Mahathir dalam sebuah pernyataanpada Sabtu kemarin.
“Pejuang akan berusaha agar cara berpikir dan gaya kepemimpinan Tun (Dr Mahathir) yang berlandaskan prinsip dan nilai-nilai budaya murni dapat diteladani oleh generasi penerus,” sambungnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (18/12/2022).
Meski mengundurkan diri sebagai ketua, mantan pria berusia 97 tahun itu tetap menjadi anggota Partai Pejuang.
“Kami percaya Tun akan terus memberikan pandangan dan kritik yang konstruktif terhadap masa depan Malaysia sebagai negarawan yang luar biasa,” kata Mukhriz yang merupakan putra Mahathir.
Mahathir gagal mempertahankan kursinya di Langkawi di Kedah - kekalahan elektoral pertamanya dalam 53 tahun - pada Pemilihan Umum ke-15 Malaysia pada November lalu.
Dia kehilangan kursi setelah finis keempat dalam pertarungan lima sudut, yang dimenangkan oleh Mohd Suhaimi Abdullah dari Perikatan Nasional.
Koalisi Gerakan Tanah Air (GTA) yang dipimpinnya juga gagal meraih satu kursi pun.
Pejuang, yang merupakan bagian dari koalisi, didirikan pada Agustus 2020 setelah pemerintahan Pakatan Harapan (PH) saat itu runtuh karena pertikaian.
Pada 2018, Mahathir, Muhyiddin Yassin, dan Anwar Ibrahim bekerja sama memenangkan Pemilihan Umum di bawah payung PH. Namun pemerintahan PH hanya bertahan kurang dari dua tahun.
Setelah kekalahannya dalam pemilu 2022, Mahathir men-tweet bahwa dia akan fokus menulis tentang sejarah dan kejadian di Malaysia, dengan mengatakan bahwa banyak peristiwa di negara tersebut tidak tercatat.
Mahathir memegang rekor dunia sebagai perdana menteri tertua.
Dia juga perdana menteri terlama di Malaysia, setelah menjabat selama 22 tahun hingga 2003, sebelum kembali sebagai perdana menteri pada 2018.
“Anggota dewan eksekutif pusat dan anggota partai berterima kasih padanya atas layanan, bimbingan, dan kepemimpinannya selama masa jabatannya sebagai ketua,” kata presiden partai Muhkriz Mahathir dalam sebuah pernyataanpada Sabtu kemarin.
“Pejuang akan berusaha agar cara berpikir dan gaya kepemimpinan Tun (Dr Mahathir) yang berlandaskan prinsip dan nilai-nilai budaya murni dapat diteladani oleh generasi penerus,” sambungnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (18/12/2022).
Meski mengundurkan diri sebagai ketua, mantan pria berusia 97 tahun itu tetap menjadi anggota Partai Pejuang.
“Kami percaya Tun akan terus memberikan pandangan dan kritik yang konstruktif terhadap masa depan Malaysia sebagai negarawan yang luar biasa,” kata Mukhriz yang merupakan putra Mahathir.
Mahathir gagal mempertahankan kursinya di Langkawi di Kedah - kekalahan elektoral pertamanya dalam 53 tahun - pada Pemilihan Umum ke-15 Malaysia pada November lalu.
Dia kehilangan kursi setelah finis keempat dalam pertarungan lima sudut, yang dimenangkan oleh Mohd Suhaimi Abdullah dari Perikatan Nasional.
Koalisi Gerakan Tanah Air (GTA) yang dipimpinnya juga gagal meraih satu kursi pun.
Pejuang, yang merupakan bagian dari koalisi, didirikan pada Agustus 2020 setelah pemerintahan Pakatan Harapan (PH) saat itu runtuh karena pertikaian.
Pada 2018, Mahathir, Muhyiddin Yassin, dan Anwar Ibrahim bekerja sama memenangkan Pemilihan Umum di bawah payung PH. Namun pemerintahan PH hanya bertahan kurang dari dua tahun.
Setelah kekalahannya dalam pemilu 2022, Mahathir men-tweet bahwa dia akan fokus menulis tentang sejarah dan kejadian di Malaysia, dengan mengatakan bahwa banyak peristiwa di negara tersebut tidak tercatat.
Mahathir memegang rekor dunia sebagai perdana menteri tertua.
Dia juga perdana menteri terlama di Malaysia, setelah menjabat selama 22 tahun hingga 2003, sebelum kembali sebagai perdana menteri pada 2018.
(ian)
tulis komentar anda