Desak Negosiasi Damai, Kissinger Kembali Sarankan Ukraina Serahkan Wilayahnya ke Rusia

Sabtu, 17 Desember 2022 - 13:23 WIB
Henry Kissinger. Foto/CNBC
WASHINGTON - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger kembali mengemukakan pendapatnya terkait dengan perang Rusia-Ukraina yang telah memasuki bulan ke sepuluh.

Dalam essai berjudul "Bagaiman Menghindari Perang Dunia Lain" yang dimuat laman The Spectator, Kissinger mendesak untuk dilakukannya pembicaraan damai. Proses perdamaian ini, bagaimanapun caranya, harus menghubungkan Ukraina dengan NATO.

"Alternatif netralitas tidak lagi berarti, apalagi setelah Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO," tulisnya seperti dikutip dari The Spectator, Sabtu (17/12/2022).





Politisi kelahiran Jerman ini pun kembali menyinggung soal garis gencatan senjata yang direkomendasikannya pada bulan Mei lalu.

"Rusia akan melepaskan penaklukannya dari sana, tetapi bukan wilayah yang didudukinya hampir satu dekade lalu, termasuk Crimea," katanya.

"Wilayah itu bisa menjadi subjek negosiasi setelah gencatan senjata," sambungnya.

Dikatakan oleh Kissinger, jika garis pemisah sebelum perang antara Ukraina dan Rusia tidak dapat dicapai dengan pertempuran atau negosiasi, jalan lain untuk prinsip penentuan nasib sendiri dapat dieksplorasi.



"Referendum yang diawasi secara internasional mengenai penentuan nasib sendiri dapat diterapkan pada wilayah yang sangat memecah belah yang telah berpindah tangan berulang kali selama berabad-abad," usul Kissinger.

"Tujuan dari proses perdamaian ada dua: untuk menegaskan kebebasan Ukraina dan untuk menentukan struktur internasional yang baru, terutama untuk Eropa Tengah dan Timur. Akhirnya Rusia harus menemukan tempat dalam tatanan seperti itu," kata Kissinger.

Kissinger juga mengatakan upaya perdamaian dan ketertiban memiliki dua komponen yang terkadang dianggap kontradiktif yaitu upaya mewujudkan unsur keamanan dan kebutuhan akan tindakan rekonsiliasi.

"Jika kita tidak dapat mencapai keduanya, kita tidak akan dapat mencapai keduanya. Jalan diplomasi mungkin tampak rumit dan membuat frustrasi. Tetapi kemajuan untuk itu membutuhkan visi dan keberanian untuk melakukan perjalanan," pungkasnya.

(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More