Wanita Ini Sudah 7 Kali Hendak Dieksekusi Gantung, tapi Akhirnya Dibebaskan
Senin, 14 November 2022 - 09:27 WIB
NEW DELHI - Nalini Sriharan, salah satu dari enam terpidana mati dalam kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi, sudah tujuh menerima perintah untuk dieksekusi gantung. Namun, dia dibebaskan oleh Mahkamah Agung pada hari Minggu.
Wanita tersebut berkali-kali menegaskan bahwa dia tidak memiliki peran dalam plot dan dipenjara hanya karena berkenalan dengan teman-teman suaminya—kelompok yang merencanakan pembunuhan terhadap Rajiv Gandhi.
Ditanya apakah dia menyesali perannya dalam pembunuhan itu dan peran orang lain dalam pengeboman, dia mempertahankan sikapnya yang tidak bersalah.
"Saya tidak memiliki peran sama sekali, sungguh. Saya tahu saya bersalah [karena berkenalan dengan para pelaku]. Tapi di hati saya, dan hati nurani saya...itu tahu apa yang terjadi," kata Sriharan kepada NDTV, yang dilansir Senin (14/11/2022).
Dia mengatakan dia tidak terlibat dalam konspirasi untuk membunuh mantan Perdana Menteri Rajiv Gandhi, tetapi didakwa karena dia adalah bagian dari kelompok yang merencanakan pembunuhan.
“Mereka adalah teman suami saya. Jadi, saya berkenalan dengan mereka. Saya orang yang sangat pendiam. Saya tidak berbicara dengan mereka," kata Sriharan.
"Saya membantu ketika mereka membutuhkannya, seperti pergi ke toko atau teater atau hotel atau kuil. Saya dulu ikut mereka. Itu saja. Selain itu, saya tidak punya kontak pribadi, atau saya tidak tahu keluarga mereka, di mana mereka berasal," katanya.
Sebelum hukuman matinya diringankan pada tahun 2001, Sriharan mengatakan dia telah berekspetkasi akan dieksekusi gantung kapan saja karena sudah tujuh kali menerima perintah eksekusi gantung.
"Tujuh kali mereka memasang surat perintah hitam [perintah eksekusi] mereka biasa menunggu saya," katanya.
Tapi dia ingat pertemuannya di penjara dengan putri Rajiv Gandhi, Priyanka Gandhi Vadra.
"Dia adalah orang yang sangat baik. Dia adalah seorang malaikat. Dan dia membuat saya menghormati diri saya sendiri karena...kami tidak diperlakukan dengan baik di penjara," kata Sriharan.
"Kami bahkan tidak diperbolehkan duduk di depan petugas. Kami harus berdiri dan berbicara. Tapi ketika dia datang menemui saya, dia menyuruh saya duduk di sebelahnya. Itu adalah pengalaman yang sangat berbeda bagi saya," katanya.
Sriharan mengatakan Gandhi Vadra menanyainya tentang pembunuhan ayahnya ketika mereka bertemu. Dia menjadi emosional dan menangis juga.
"Dia bertanya kepada saya tentang pembunuhan ayahnya. Dia menjadi emosional karena ayahnya. Dia juga menangis," katanya pada konferensi pers.
Sriharan juga mengatakan kepada NDTV tentang dirinya berhubungan kembali dengan putrinya; Harithra, seorang dokter di London yang lahir darinya pada tahun 1992 di penjara dan kemudian dibesarkan di luar. Pada 2019, ketika putrinya menikah, Srihararan diberikan pembebasan bersyarat selama sebulan untuk menghadirinya.
"Dia benar-benar melupakan saya. Sayalah yang melahirkannya, tapi saya terpisah darinya setelah berumur dua tahun. Jadi, setelah memberinya [kehidupan] di luar, dia benar-benar lupa siapa saya. Sekarang kami mencoba memulihkan apa yang terjadi," katanya.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit bagi saya dan dia. Kami sudah dewasa. Kami dapat memahami banyak hal, tetapi dia masih sangat muda. Dia tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi. Itulah sebabnya dia menderita seperti itu. Jadi, sangat sulit bagi putri saya," paparnya.
Sriharan dijatuhi hukuman mati karena perannya dalam pembunuhan Rajiv Gandhi tahun 1991 oleh seorang pengebom bunuh diri Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) selama pertemuan umum pemilu di Sriperumbudur, Tamil Nadu.
Hukuman itu diringankan menjadi hukuman seumur hidup atas intervensi istri Rajiv Gandhi, Sonia Gandhi. Bertahun-tahun kemudian, Mahkamah Agung meringankan hukuman enam terpidana lagi dalam kasus ini.
Keputusan pembebasan Sriharan disambut baik banyak orang di Tamil Nadu, di mana penahanannya dan orang-orang lainnya telah menjadi masalah emosional, mengingat banyak yang percaya bahwa tujuh penduduk setempat yang dihukum adalah bagian dari plot tanpa mengetahui sejauh mana peran mereka.
Wanita tersebut berkali-kali menegaskan bahwa dia tidak memiliki peran dalam plot dan dipenjara hanya karena berkenalan dengan teman-teman suaminya—kelompok yang merencanakan pembunuhan terhadap Rajiv Gandhi.
Ditanya apakah dia menyesali perannya dalam pembunuhan itu dan peran orang lain dalam pengeboman, dia mempertahankan sikapnya yang tidak bersalah.
"Saya tidak memiliki peran sama sekali, sungguh. Saya tahu saya bersalah [karena berkenalan dengan para pelaku]. Tapi di hati saya, dan hati nurani saya...itu tahu apa yang terjadi," kata Sriharan kepada NDTV, yang dilansir Senin (14/11/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan dia tidak terlibat dalam konspirasi untuk membunuh mantan Perdana Menteri Rajiv Gandhi, tetapi didakwa karena dia adalah bagian dari kelompok yang merencanakan pembunuhan.
“Mereka adalah teman suami saya. Jadi, saya berkenalan dengan mereka. Saya orang yang sangat pendiam. Saya tidak berbicara dengan mereka," kata Sriharan.
"Saya membantu ketika mereka membutuhkannya, seperti pergi ke toko atau teater atau hotel atau kuil. Saya dulu ikut mereka. Itu saja. Selain itu, saya tidak punya kontak pribadi, atau saya tidak tahu keluarga mereka, di mana mereka berasal," katanya.
Sebelum hukuman matinya diringankan pada tahun 2001, Sriharan mengatakan dia telah berekspetkasi akan dieksekusi gantung kapan saja karena sudah tujuh kali menerima perintah eksekusi gantung.
"Tujuh kali mereka memasang surat perintah hitam [perintah eksekusi] mereka biasa menunggu saya," katanya.
Tapi dia ingat pertemuannya di penjara dengan putri Rajiv Gandhi, Priyanka Gandhi Vadra.
"Dia adalah orang yang sangat baik. Dia adalah seorang malaikat. Dan dia membuat saya menghormati diri saya sendiri karena...kami tidak diperlakukan dengan baik di penjara," kata Sriharan.
"Kami bahkan tidak diperbolehkan duduk di depan petugas. Kami harus berdiri dan berbicara. Tapi ketika dia datang menemui saya, dia menyuruh saya duduk di sebelahnya. Itu adalah pengalaman yang sangat berbeda bagi saya," katanya.
Sriharan mengatakan Gandhi Vadra menanyainya tentang pembunuhan ayahnya ketika mereka bertemu. Dia menjadi emosional dan menangis juga.
"Dia bertanya kepada saya tentang pembunuhan ayahnya. Dia menjadi emosional karena ayahnya. Dia juga menangis," katanya pada konferensi pers.
Sriharan juga mengatakan kepada NDTV tentang dirinya berhubungan kembali dengan putrinya; Harithra, seorang dokter di London yang lahir darinya pada tahun 1992 di penjara dan kemudian dibesarkan di luar. Pada 2019, ketika putrinya menikah, Srihararan diberikan pembebasan bersyarat selama sebulan untuk menghadirinya.
"Dia benar-benar melupakan saya. Sayalah yang melahirkannya, tapi saya terpisah darinya setelah berumur dua tahun. Jadi, setelah memberinya [kehidupan] di luar, dia benar-benar lupa siapa saya. Sekarang kami mencoba memulihkan apa yang terjadi," katanya.
"Ini adalah situasi yang sangat sulit bagi saya dan dia. Kami sudah dewasa. Kami dapat memahami banyak hal, tetapi dia masih sangat muda. Dia tidak dapat memahami apa yang sedang terjadi. Itulah sebabnya dia menderita seperti itu. Jadi, sangat sulit bagi putri saya," paparnya.
Sriharan dijatuhi hukuman mati karena perannya dalam pembunuhan Rajiv Gandhi tahun 1991 oleh seorang pengebom bunuh diri Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) selama pertemuan umum pemilu di Sriperumbudur, Tamil Nadu.
Hukuman itu diringankan menjadi hukuman seumur hidup atas intervensi istri Rajiv Gandhi, Sonia Gandhi. Bertahun-tahun kemudian, Mahkamah Agung meringankan hukuman enam terpidana lagi dalam kasus ini.
Keputusan pembebasan Sriharan disambut baik banyak orang di Tamil Nadu, di mana penahanannya dan orang-orang lainnya telah menjadi masalah emosional, mengingat banyak yang percaya bahwa tujuh penduduk setempat yang dihukum adalah bagian dari plot tanpa mengetahui sejauh mana peran mereka.
(min)
tulis komentar anda