Putin Berjanji Akan Menstabilkan Wilayah Aneksasi

Kamis, 06 Oktober 2022 - 04:19 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan menstabilkan wilayah yang dianeksasi dari Ukraina. Foto/BBC
MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin berjanji untuk 'menstabilkan' wilayah yang dicaplok. Pernyataan itu dilontarkannya saat Ukraina memperoleh keuntungan di sejumlah medan perang.

Dalam pidatonya di depan para guru pada hari guru Rusia, Putin mengatakan dia akan "dengan tenang mengembangkan" wilayah yang dicaplok.

Presiden Rusia itu mengumumkan pencaplokan Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia dan Kherson minggu lalu setelah memproklamirkan referendum yang tidak diakui secara internasional.



Janjinya datang ketika Ukraina mengatakan akan merebut kembali desa-desa di Luhansk dan Kherson. Kiev telah mengontrol bagian penting dari dua wilayah lainnya, dan telah membuat keuntungan baru-baru ini di Donetsk.

Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan merebut kembali wilayah yang telah hilang.

"Tidak ada kontradiksi di sini. Mereka akan bersama Rusia selamanya, mereka akan dikembalikan," ujarnya seperti dikutip dari BBC, Kamis (6/10/2022).



Tetapi Andrey Kartopolov, ketua komite pertahanan Duma Negara, mengatakan kepada media pemerintah bahwa Rusia perlu berhenti berbohong tentang apa yang terjadi di medan perang, dengan mengatakan bahwa warga Rusia tidak bodoh.

Pasukan Ukraina membuat keuntungan di selatan dan timur.

Serhiy Haidai, Gubernur Ukraina wilayah Luhansk, mengatakan kepada BBC pada hari Rabu bahwa enam desa di wilayah itu telah direbut kembali. Dan Presiden Zelensky kemudian mengatakan Ukraina telah membebaskan tiga desa lagi di wilayah selatan Kherson.

Itu terjadi setelah serangkaian keuntungan di Kherson pada hari sebelumnya, termasuk desa kunci yang strategis Davydiv Brid.

Rusia masih bekerja untuk memobilisasi pasukan cadangan, setelah Putin mengumumkan panggilan dari 300.000 orang yang telah menyelesaikan wajib militer pada bulan lalu.

Tetapi Putin telah menarik kembali sejumlah kelompok yang akan terpengaruh, setelah mendapatkan sikap oposisi yang kuat dan aksi protes di Rusia menentang langkah tersebut.



Dia telah menandatangani surat keputusan yang membebaskan beberapa kategori mahasiswa, termasuk mahasiswa baru di lembaga terakreditasi, dan beberapa jenis mahasiswa pascasarjana - seperti yang ada di bidang sains.

Sementara itu, Rafael Grossi, kepala pengawas nuklir PBB Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sedang dalam perjalanan ke Kiev.

Grossi menulis di Twitter bahwa dia bepergian untuk "pertemuan penting" tentang perlunya zona perlindungan di sekitar pembangkit nuklir Zaporizhzhia.

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang berada di dekat garis depan itu telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret. Laporan pertempuran di sekitarnya telah memicu kekhawatiran internasional, dan reaktor terakhirnya ditutup bulan lalu.

IAEA, yang memiliki dua ahli di lokasi, mengatakan staf operasi Ukraina sedang bersiap untuk memulai kembali salah satu reaktor dengan daya yang dikurangi untuk menyediakan panas bagi pembangkit.



Sebelumnya, Putin telah menandatangani dekrit yang mengatakan bahwa pemerintah Rusia akan mengintegrasikan fasilitas nuklir pembangkit tersebut sebagai milik Rusia.

Tapi kepala operator nuklir Ukraina Enerhoatom, Petro Kotin, mengatakan bahwa semua keputusan tentang operasi pabrik akan diambil di kantor pusat perusahaan di Kiev.

"Kami akan terus bekerja sesuai dengan undang-undang Ukraina dalam sistem energi Ukraina, di Enerhoatom," katanya seperti dikutip oleh kantor berita Interfax-Ukraine.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More