Sebut Musuh Kuat, Jenderal Israel Siap Gempur Hizbullah

Sabtu, 10 September 2022 - 08:45 WIB
Selama berbulan-bulan, Hizbullah telah mengancam untuk menyerang platform gas alam Israel di Laut Mediterania ketika Israel dan pemerintah Lebanon melakukan negosiasi yang ditengahi Amerika Serikat atas perbatasan maritim mereka yang disengketakan.

Pada bulan Juli, Israel menembak jatuh tiga drone pengintai yang diluncurkan oleh Hizbullah ketika menuju ladang gas.

Dalam perang 2006, Hizbullah memerangi Israel hingga menemui jalan buntu dalam sebulan pertempuran yang berakhir dengan gencatan senjata PBB.

Kenangan pahit dari pertempuran itu telah membuat kedua belah pihak waspada untuk memulai perang baru. Krisis politik dan ekonomi Lebanon juga dapat menghalangi Hizbullah.

Namun, ketegangan baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran di Israel tentang pertempuran baru. Militer Israel telah menginvestasikan banyak uang untuk mempersiapkan skenario ini.

Gordin menggambarkan persenjataan Hizbullah, yang sekarang diyakini termasuk rudal canggih yang dipandu dengan presisi, sulit dipahami.

Ketika gerilyawan Gaza dapat meluncurkan sekitar 400 roket sehari ke Israel selama pertempuran sengit, kata Gordin, Hizbullah diyakini mampu menembakkan 10 kali lipat dari jumlah itu.

Bahkan dengan pertahanan udara Israel mencegat lebih dari 90 persen tembakan yang masuk, militer Israel memperkirakan bahwa sebanyak 7.000 roket akan menyerang daerah-daerah yang dibangun dalam perang di masa depan yang berlangsung beberapa minggu.

Militer Israel tidak mengumumkan perkiraan korban, tetapi proyeksi itu menunjukkan ratusan atau bahkan ribuan orang berpotensi terluka. Di situlah Komando Front Dalam Negeri berperan.

Didirikan setelah serangan rudal Scud Irak terhadap Israel selama Perang Teluk 1991, Komando Front Dalam Negeri berfungsi sebagai kekuatan pertahanan sipil Israel.

Komando itu membantu menjaga jaringan negara tempat perlindungan bom dan sirene serangan udara dan dilatih untuk membantu warga sipil selama perang dan bencana alam. Di bawah komando Gordin, itu juga memainkan peran kunci selama pandemi virus corona melalui program pelacakan kontak skala besar.

Selama gejolak tiga hari pada awal Agustus, kelompok militan Jihad Islam Palestina di Gaza menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel. Tetapi tidak ada kematian atau cedera serius di pihak Israel. Sekitar 49 warga Palestina, termasuk setidaknya 12 militan, tewas.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More