Terancam China, Australia Siap Beli Rudal Pembunuh Kapal dari AS
Rabu, 01 Juli 2020 - 20:34 WIB
CANBERRA - Pemerintah Australia memutuskan akan membeli rudal anti-kapal jarak jauh dari Amerika Serikat (AS). Keputusan membeli misil pembunuh kapal ini diambil setelah berbagai ancaman termasuk dari China dirasa telah meningkat.
Canberra berdalih pembelian Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) untuk melindungi pasukan luar negeri, sekutu, dan daratannya dari berbagai ancaman asing. Perdana Menteri (PM) Scott Morrison pada hari Rabu (1/7/2020) tidak menyebut negara yang jadi ancaman bagi Australia, namun media setempat menyebut China dan Korea Utara sebagai ancaman yang dimaksud.
PM Morrison menyampaikan pembaruan besar-besaran terhadap strategi pertahanan negara, termasuk pembelian rudal anti-kapal jarak jauh dari AS untuk melengkapi armada Super Hornet-nya.
Pembaruan strategi ini juga akan melihat prospek kemungkinan untuk memperoleh rudal jarak jauh baru yang dapat diluncurkan dari darat di masa depan, termasuk rudal hipersonik yang dapat melesat setidaknya lima kali kecepatan suara.
Strategi pertahanan Canberra kini fokus pada perlindungan diri dan sekutunya di wilayah Indo-Pasifik. (Baca: Di Tengah Ketegangan dengan China, Australia Umumkan Strategi Pertahanan Baru )
Korea Utara dan China dalam beberapa tahun terakhir telah mempercepat pengembangan rudal balistik jarak jauh mereka, yang dapat menempuh jarak lebih dari 5.500 kilometer.
Pada teks pidato yang akan disampaikan di Australian Defence Force Academy di Canberra hari Rabu, Morrison akan mengatakan; "Australia harus menghadapi kenyataan bahwa kita telah pindah ke era strategis baru dan kurang ramah."
Menurutnya, meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut berarti Australia harus mampu menahan pasukan musuh potensial dari jarak yang lebih jauh.
"Ini termasuk mengembangkan kemampuan di bidang-bidang seperti senjata serangan jarak jauh, kemampuan dunia maya dan area denial systems," bunyi bocoran pidato yang akan disampaikan Morrison sebagaimana dikutip The Sydney Morning Herald.
Canberra berdalih pembelian Long Range Anti-Ship Missile (LRASM) untuk melindungi pasukan luar negeri, sekutu, dan daratannya dari berbagai ancaman asing. Perdana Menteri (PM) Scott Morrison pada hari Rabu (1/7/2020) tidak menyebut negara yang jadi ancaman bagi Australia, namun media setempat menyebut China dan Korea Utara sebagai ancaman yang dimaksud.
PM Morrison menyampaikan pembaruan besar-besaran terhadap strategi pertahanan negara, termasuk pembelian rudal anti-kapal jarak jauh dari AS untuk melengkapi armada Super Hornet-nya.
Pembaruan strategi ini juga akan melihat prospek kemungkinan untuk memperoleh rudal jarak jauh baru yang dapat diluncurkan dari darat di masa depan, termasuk rudal hipersonik yang dapat melesat setidaknya lima kali kecepatan suara.
Strategi pertahanan Canberra kini fokus pada perlindungan diri dan sekutunya di wilayah Indo-Pasifik. (Baca: Di Tengah Ketegangan dengan China, Australia Umumkan Strategi Pertahanan Baru )
Korea Utara dan China dalam beberapa tahun terakhir telah mempercepat pengembangan rudal balistik jarak jauh mereka, yang dapat menempuh jarak lebih dari 5.500 kilometer.
Pada teks pidato yang akan disampaikan di Australian Defence Force Academy di Canberra hari Rabu, Morrison akan mengatakan; "Australia harus menghadapi kenyataan bahwa kita telah pindah ke era strategis baru dan kurang ramah."
Menurutnya, meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut berarti Australia harus mampu menahan pasukan musuh potensial dari jarak yang lebih jauh.
"Ini termasuk mengembangkan kemampuan di bidang-bidang seperti senjata serangan jarak jauh, kemampuan dunia maya dan area denial systems," bunyi bocoran pidato yang akan disampaikan Morrison sebagaimana dikutip The Sydney Morning Herald.
tulis komentar anda