Terancam China, Australia Siap Beli Rudal Pembunuh Kapal dari AS
Rabu, 01 Juli 2020 - 20:34 WIB
Strategi pertahanan 10 tahun pemerintah Morrison juga membuka pintu untuk mengejar persenjataan mutakhir, termasuk senjata energi terarah dan kendaraan peluncur hipersonik—saat ini masih dalam tahap awal penyebaran di AS dan China.
Australia bermaksud untuk bergabung dengan kekuatan besar dalam mengembangkan kemampuan khusus untuk memasuki ranah perang perang yang pernah futuristik di ruang angkasa dan perang siber dan informasi.
Canberra mengandalkan Washington untuk memasok dan mendukung senjata baru Australia, memperluas ketergantungan yang sudah ada pada AS.
LRASM memiliki jangkauan hingga 370 km, sekitar tiga kali lipat dari rudal-rudal Australia saat ini.
Australia sebelumnya telah menolak tawaran AS membolehkan Darwin menjadi lokasi pengerahan rudal jarak jauh Washington. Namun, Canberra kini mempertimbangkan opsi untuk membeli sekitar 200 rudal buatan Lockheed Martin untuk armada Super Hornet dan mungkin juga pesawat tempur lain. Pembelian LSASM akan menelan biaya sekitar AUSD800 juta.
Rudal-rudal baru nantinya akan menjadi peningkatan signifikan dari rudal anti-kapal ADF Harpoon saat ini, yang diperkenalkan pada awal 1980-an dan hanya memiliki jangkauan 124 kilometer.
PM Morrison mengatakan ketegangan atas klaim teritorial meningkat di kawasan Indo-Pasifik, termasuk bentrok di perbatasan yang disengketakan antara India dan China, sengketa kawasan Laut China Selatan dan juga Laut China Timur.
Sejak Buku Putih Pertahanan 2016 pemerintah dikeluarkan, Morrison mengatakan dunia telah menyaksikan percepatan tren strategis yang sudah berjalan.
"Risiko salah perhitungan—dan bahkan konflik—semakin tinggi," lanjut bocoran pidato Morrison yang dijadwalkan disampaikan malam ini. (Baca juga: Punya Rudal Anti-Kapal, China Tak Takut 3 Kapal Induk AS )
Menurutnya, hubungan antara China dan AS sangat kacau ketika mereka bersaing untuk supremasi politik, ekonomi dan teknologi."Tetapi mereka bukan satu-satunya aktor dari konsekuensi," imbuh bocoran pidato tersebut.
Australia bermaksud untuk bergabung dengan kekuatan besar dalam mengembangkan kemampuan khusus untuk memasuki ranah perang perang yang pernah futuristik di ruang angkasa dan perang siber dan informasi.
Canberra mengandalkan Washington untuk memasok dan mendukung senjata baru Australia, memperluas ketergantungan yang sudah ada pada AS.
LRASM memiliki jangkauan hingga 370 km, sekitar tiga kali lipat dari rudal-rudal Australia saat ini.
Australia sebelumnya telah menolak tawaran AS membolehkan Darwin menjadi lokasi pengerahan rudal jarak jauh Washington. Namun, Canberra kini mempertimbangkan opsi untuk membeli sekitar 200 rudal buatan Lockheed Martin untuk armada Super Hornet dan mungkin juga pesawat tempur lain. Pembelian LSASM akan menelan biaya sekitar AUSD800 juta.
Rudal-rudal baru nantinya akan menjadi peningkatan signifikan dari rudal anti-kapal ADF Harpoon saat ini, yang diperkenalkan pada awal 1980-an dan hanya memiliki jangkauan 124 kilometer.
PM Morrison mengatakan ketegangan atas klaim teritorial meningkat di kawasan Indo-Pasifik, termasuk bentrok di perbatasan yang disengketakan antara India dan China, sengketa kawasan Laut China Selatan dan juga Laut China Timur.
Sejak Buku Putih Pertahanan 2016 pemerintah dikeluarkan, Morrison mengatakan dunia telah menyaksikan percepatan tren strategis yang sudah berjalan.
"Risiko salah perhitungan—dan bahkan konflik—semakin tinggi," lanjut bocoran pidato Morrison yang dijadwalkan disampaikan malam ini. (Baca juga: Punya Rudal Anti-Kapal, China Tak Takut 3 Kapal Induk AS )
Menurutnya, hubungan antara China dan AS sangat kacau ketika mereka bersaing untuk supremasi politik, ekonomi dan teknologi."Tetapi mereka bukan satu-satunya aktor dari konsekuensi," imbuh bocoran pidato tersebut.
tulis komentar anda