Terancam China, Australia Siap Beli Rudal Pembunuh Kapal dari AS
Rabu, 01 Juli 2020 - 20:34 WIB
"Jepang, India, Republik Korea, negara-negara Asia Tenggara, dan Pasifik semuanya memiliki agensi—pilihan untuk membuat dan bagian untuk dimainkan. Begitu juga Australia."
"Ada dinamika baru persaingan strategis, dan lingkungan keamanan yang sebagian besar jinak telah dinikmati Australia—kira-kira dari runtuhnya Tembok Berlin ke Krisis Keuangan Global—hilang," sambung bocoran teks pidato Morrison.
Pembaruan baru akan memprioritaskan fokus geografis ADF (Pasukan Pertahanan Australia) pada wilayah langsung—wilayah mulai dari Samudra Hindia timur laut, melalui maritim dan daratan Asia Tenggara hingga Papua Nugini dan Pasifik Barat Daya.
Strategi ini memiliki tiga tujuan utama, yakni untuk membentuk lingkungan strategis Australia, mencegah tindakan terhadap kepentingan Australia dan menanggapi dengan kekuatan militer yang kredibel, bila diperlukan.
Alasan dari strategi baru ini adalah bahwa kemampuan global tidak lagi sama pentingnya—sebuah tanda bahwa Australia akan terlibat dalam lebih sedikit upaya di Timur Tengah dan memusatkan pertahanannya di kawasan Indo-Pasifik.
Strategi pemerintah menekankan "membentuk" lingkungan strategis dengan mengintensifkan hubungan dengan negara-negara sahabat di kawasan itu, termasuk Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Ini bertujuan untuk menghentikan negara-negara yang tidak bersahabat membangun pangkalan militer baru dan infrastruktur di wilayah tersebut. Meskipun China tidak disebutkan namanya, negara itu adalah penyebab besar kekhawatiran di antara para ahli strategi pemerintah Australia.
Rencana strategis tersebut menjanjikan AUSD270 miliar selama 10 tahun, komitmen yang dirancang untuk memberikan kepastian perencanaan jauh melampaui siklus anggaran empat tahun yang normal. Ini bukan peningkatan pengeluaran pertahanan Australia secara riil di luar status quo.
Itu juga tidak mengantisipasi platform pengiriman utama baru, yakni kapal selam, kapal perang atau pun pesawat—di luar keputusan yang sudah ada sebelumnya.
Pemerintah mengalokasikan AUSD7 miliar untuk perang antariksa, AUSD15 miliar untuk perang siber dan informasi, AUSD55 miliar untuk pertempuran darat, AUSD65 miliar untuk penerbangan dan AUSD75 miliar untuk kemampuan maritim.
"Ada dinamika baru persaingan strategis, dan lingkungan keamanan yang sebagian besar jinak telah dinikmati Australia—kira-kira dari runtuhnya Tembok Berlin ke Krisis Keuangan Global—hilang," sambung bocoran teks pidato Morrison.
Pembaruan baru akan memprioritaskan fokus geografis ADF (Pasukan Pertahanan Australia) pada wilayah langsung—wilayah mulai dari Samudra Hindia timur laut, melalui maritim dan daratan Asia Tenggara hingga Papua Nugini dan Pasifik Barat Daya.
Strategi ini memiliki tiga tujuan utama, yakni untuk membentuk lingkungan strategis Australia, mencegah tindakan terhadap kepentingan Australia dan menanggapi dengan kekuatan militer yang kredibel, bila diperlukan.
Alasan dari strategi baru ini adalah bahwa kemampuan global tidak lagi sama pentingnya—sebuah tanda bahwa Australia akan terlibat dalam lebih sedikit upaya di Timur Tengah dan memusatkan pertahanannya di kawasan Indo-Pasifik.
Strategi pemerintah menekankan "membentuk" lingkungan strategis dengan mengintensifkan hubungan dengan negara-negara sahabat di kawasan itu, termasuk Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Ini bertujuan untuk menghentikan negara-negara yang tidak bersahabat membangun pangkalan militer baru dan infrastruktur di wilayah tersebut. Meskipun China tidak disebutkan namanya, negara itu adalah penyebab besar kekhawatiran di antara para ahli strategi pemerintah Australia.
Rencana strategis tersebut menjanjikan AUSD270 miliar selama 10 tahun, komitmen yang dirancang untuk memberikan kepastian perencanaan jauh melampaui siklus anggaran empat tahun yang normal. Ini bukan peningkatan pengeluaran pertahanan Australia secara riil di luar status quo.
Itu juga tidak mengantisipasi platform pengiriman utama baru, yakni kapal selam, kapal perang atau pun pesawat—di luar keputusan yang sudah ada sebelumnya.
Pemerintah mengalokasikan AUSD7 miliar untuk perang antariksa, AUSD15 miliar untuk perang siber dan informasi, AUSD55 miliar untuk pertempuran darat, AUSD65 miliar untuk penerbangan dan AUSD75 miliar untuk kemampuan maritim.
Lihat Juga :
tulis komentar anda