Viral, Ibu Tangisi Kenaikan Harga Pangan: Saya Harus Beri Makan Anak-anak atau Membunuhnya?
Kamis, 11 Agustus 2022 - 11:29 WIB
KARACHI - Di tengah meningkatnya inflasi di Pakistan , sebuah video seorang Ibu dengan cepat menjadi viral. Di video itu dia menangisi kenaikan harga obat-obatan, bahan makanan dan listrik terutama di kota Karachi.
Dia lantas mengecam Perdana Menteri (PM) Shehbaz Sharif dan pemimpin partai Pakistan Muslim League (PML-N), Maryam Nawaz.
Pakistan sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang melumpuhkan dan gejolak politik yang semakin dalam menimbulkan keraguan tentang kemampuan pemerintah untuk membuat keputusan yang sulit.
Warga Pakistan menagih janji perbaikan ekonomi pemerintah secara online dan mengkritik PM Sharif karena tidak melakukan apa-apa untuk melegakan massa.
Video Ibu yang menangis itu juga telah ditayangkanjurnalis televisi Pakistan, Hamid Mir.
Ibu, yang diidentifikasi sebagai Rabia asal Karachi bertanya kepada pemerintah apakah dia harus mengakhiri hidup anak-anaknya dengan tidak memberi mereka makan lagi.
Dia terlihat menangis dan mengeluh tentang masalah keuangan yang dia hadapi setelah kenaikan inflasi.
Dia mengatakan bahwa para penguasa harus memberitahunya bagaimana mengatur pengeluarannya setelah kenaikan harga komoditas penting.
"Apa yang harus saya lakukan, membayar sewa rumah, tagihan listrik yang besar, membeli susu dan obat-obatan untuk anak-anak saya, memberi makan anak-anak saya atau haruskah saya membunuh mereka?" tanya Rabia dalam video yang dikutip oleh The News International, Kamis (11/8/2022).
Rabia, yang memiliki dua orang anak, mengatakan bahwa salah satu anaknya sedang sakit, sementara harga obat untuk pengobatannya naik selama empat bulan terakhir.
"Bisakah saya menghindari membeli obat untuk anak saya?" dia bertanya lebih lanjut.
"Pemerintah hampir membunuh orang-orang miskin. Apakah Anda benar-benar takut ditanyai oleh Allah SWT atau tidak?"
Menanggapi video yang viral itu, Menteri Keuangan Miftah Ismail membela situasi ekonomi negara.
Dia menjelaskan, pemerintah tidak menaikkan tarif listrik pada Juni dan juga tidak mengenakan pajak baru untuk obat-obatan.
Sementara itu, pemerintah koalisi PM Shehbaz Sharif, yang mengambil alih kekuasaan pada April 2022, sedang bergulat dengan berbagai krisis politik dan ekonomi.
Defisit transaksi berjalan telah melonjak menjadi USD17,4 miliar atau 4,6 persen ukuran ekonomi selama tahun fiskal terakhir karena meningkatnya defisit perdagangan.
Defisit transaksi berjalan yang melonjak di tengah menipisnya aliran masuk dolar dari pemberi pinjaman multilateral dan bilateral, serta menyusutnya investasi asing telah membawa cadangan devisa dan rupee di bawah tekanan besar selama beberapa bulan terakhir.
Ini telah memicu inflasi yang cepat, memaksa Bank Negara untuk meningkatkan biaya pinjaman ke level tertinggi multi-tahun dan mengikis kepercayaan investor terhadap perekonomian.
Dia lantas mengecam Perdana Menteri (PM) Shehbaz Sharif dan pemimpin partai Pakistan Muslim League (PML-N), Maryam Nawaz.
Pakistan sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang melumpuhkan dan gejolak politik yang semakin dalam menimbulkan keraguan tentang kemampuan pemerintah untuk membuat keputusan yang sulit.
Warga Pakistan menagih janji perbaikan ekonomi pemerintah secara online dan mengkritik PM Sharif karena tidak melakukan apa-apa untuk melegakan massa.
Video Ibu yang menangis itu juga telah ditayangkanjurnalis televisi Pakistan, Hamid Mir.
Ibu, yang diidentifikasi sebagai Rabia asal Karachi bertanya kepada pemerintah apakah dia harus mengakhiri hidup anak-anaknya dengan tidak memberi mereka makan lagi.
Dia terlihat menangis dan mengeluh tentang masalah keuangan yang dia hadapi setelah kenaikan inflasi.
Dia mengatakan bahwa para penguasa harus memberitahunya bagaimana mengatur pengeluarannya setelah kenaikan harga komoditas penting.
"Apa yang harus saya lakukan, membayar sewa rumah, tagihan listrik yang besar, membeli susu dan obat-obatan untuk anak-anak saya, memberi makan anak-anak saya atau haruskah saya membunuh mereka?" tanya Rabia dalam video yang dikutip oleh The News International, Kamis (11/8/2022).
Rabia, yang memiliki dua orang anak, mengatakan bahwa salah satu anaknya sedang sakit, sementara harga obat untuk pengobatannya naik selama empat bulan terakhir.
"Bisakah saya menghindari membeli obat untuk anak saya?" dia bertanya lebih lanjut.
"Pemerintah hampir membunuh orang-orang miskin. Apakah Anda benar-benar takut ditanyai oleh Allah SWT atau tidak?"
Menanggapi video yang viral itu, Menteri Keuangan Miftah Ismail membela situasi ekonomi negara.
Dia menjelaskan, pemerintah tidak menaikkan tarif listrik pada Juni dan juga tidak mengenakan pajak baru untuk obat-obatan.
Sementara itu, pemerintah koalisi PM Shehbaz Sharif, yang mengambil alih kekuasaan pada April 2022, sedang bergulat dengan berbagai krisis politik dan ekonomi.
Defisit transaksi berjalan telah melonjak menjadi USD17,4 miliar atau 4,6 persen ukuran ekonomi selama tahun fiskal terakhir karena meningkatnya defisit perdagangan.
Defisit transaksi berjalan yang melonjak di tengah menipisnya aliran masuk dolar dari pemberi pinjaman multilateral dan bilateral, serta menyusutnya investasi asing telah membawa cadangan devisa dan rupee di bawah tekanan besar selama beberapa bulan terakhir.
Ini telah memicu inflasi yang cepat, memaksa Bank Negara untuk meningkatkan biaya pinjaman ke level tertinggi multi-tahun dan mengikis kepercayaan investor terhadap perekonomian.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda