Agama Warga Negara Thailand dan Persentasenya
Kamis, 23 Juni 2022 - 05:30 WIB
Cultural Atlas menyebut, bentuk Buddhisme yang paling banyak dianut dan dipraktikkan warga Thailand adalah Buddhisme Theravada.
Kepercayaan ini berlindung dalam 3 permata, yakni guru (Buddha), ajaran atau dhamma, dan komunitas monastic atau sangha.
Dalam Theravada, Buddha tidak dianggap sebagai Tuhan. Pengabdian kepada sang Buddha lebih diartikan sebagai bentuk pengabdian seorang siswa kepada gurunya.
Di sisi lain, penghormatan terhadap Buddha merupakan prinsip penting yang harus dijalankan penganut Buddha di Thailand dan dilembagakan melalui hukum. Penghinaan atau pencemaran terhadap Buddha adalah satu hal yang sangat dilarang.
Thailand memiliki tiga provinsi yang 80% penduduknya menganut agama Islam. Mereka tersebar di Provinsi Yala, Narathiwat, dan Patani.
Toleransi antarumat beragama sangat terlihat di negara ini. Salah satunya terlihat di pusat kerajinan tangan Si Ma Ya di Yala.
Meskipun memiliki agama berbeda dan latar belakang tak sama, namun masyarakat Yala tergolong rukun dan hidup bergotong royong.
Ibu rumah tangga di wilayah itu bersama-sama mengolah tanah Gunung Kampan dan dijadikan bahan dasar pewarna kaos sebagai buah tangan para wisatawan yang berkunjung.
Kepercayaan ini berlindung dalam 3 permata, yakni guru (Buddha), ajaran atau dhamma, dan komunitas monastic atau sangha.
Dalam Theravada, Buddha tidak dianggap sebagai Tuhan. Pengabdian kepada sang Buddha lebih diartikan sebagai bentuk pengabdian seorang siswa kepada gurunya.
Di sisi lain, penghormatan terhadap Buddha merupakan prinsip penting yang harus dijalankan penganut Buddha di Thailand dan dilembagakan melalui hukum. Penghinaan atau pencemaran terhadap Buddha adalah satu hal yang sangat dilarang.
Thailand memiliki tiga provinsi yang 80% penduduknya menganut agama Islam. Mereka tersebar di Provinsi Yala, Narathiwat, dan Patani.
Toleransi antarumat beragama sangat terlihat di negara ini. Salah satunya terlihat di pusat kerajinan tangan Si Ma Ya di Yala.
Meskipun memiliki agama berbeda dan latar belakang tak sama, namun masyarakat Yala tergolong rukun dan hidup bergotong royong.
Ibu rumah tangga di wilayah itu bersama-sama mengolah tanah Gunung Kampan dan dijadikan bahan dasar pewarna kaos sebagai buah tangan para wisatawan yang berkunjung.
(sya)
tulis komentar anda