Ingin Caplok Tepi Barat, UEA Peringatkan Israel
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Israel tidak bisa berharap dapat menormalkan hubungannya dengan dunia Arab jika negara itu mencaplok tanah di Tepi Barat yang diduduki. Peringatan itu dilontarkan Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) di surat kabar Israel.
Beberapa pejabat Israel telah menolak gagasan bahwa menerapkan kedaulatan untuk permukiman Yahudi dan Lembah Jordan di Tepi Barat akan memperlambat normalisasi hubungan diam-diam antara Israel dan negara-negara Arab, terutama dengan negara-negara Teluk yang berbagi keprihatinan bersama Israel atas Iran .
Namun, dalam seruan yang jarang dilakukan kepada publik Israel oleh seorang pejabat Arab, Duta Besar UEA untuk Washington, Youssef al Otaiba, mengatakan langkah itu akan menjadi apa yang ia sebut sebagai "pengambilalihan ilegal" tanah yang dicari warga Palestina untuk sebuah negara.
"Aneksasi akan - tentu saja dan segera - menjungkirbalikkan semua aspirasi Israel untuk meningkatkan keamanan, ekonomi dan hubungan budaya dengan dunia Arab dan UEA," tulisnya dalam sebuah opini di harian terlaris Israel, Yedioth Ahronoth, yang diterbitkan dalam bahasa Ibrani.
Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk Arab, tetapi kekhawatiran umum atas pengaruh regional Iran telah menyebabkan hubungan yang terbatas di antara keduanya. Pada bulan Mei, maskapai Etihad yang berbasis di Abu Dhabi melakukan penerbangan pertama ke Israel, membawa bantuan virus corona untuk Palestina. (Baca: Pertama Kalinya, Maskapai UEA Etihad Terbang ke Israel )
Mesir dan Yordania adalah satudua negara Arab di yang memiliki hubungan formal dengan Israel.
"Semua kemajuan yang Anda lihat dan sikap yang telah berubah terhadap Israel, orang-orang menjadi lebih menerima Israel dan kurang memusuhi Israel, semua itu bisa dirusak oleh keputusan untuk mencaplok (Tepi Barat)," kata al Otaiba dalam sebuah video yang menyertai artikel online itu seperti dilansir dari Reuters, Jumat (12/6/2020).
Pemerintah Israel bermaksud untuk memulai debat pencaplokan pada 1 Juli. Sementara langkah itu memenangkan dukungan dalam rencana Timur Tengah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, seorang menteri Israel pada hari Kamis mengatakan ada kesenjangan dengan Washington mengenai masalah ini dan bahwa kedua sekutu belum menyetujui peta garis teritorial. (Baca: Menteri Israel Sebut Belum Ada Kesepahaman Soal Aneksasi Tepi Barat dengan AS )
Palestina menginginkan Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur - wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967 - untuk negara merdeka yang akan datang.
Mereka mengatakan pencaplokan akan membuat itu tidak mungkin, dan menyerukan sanksi internasional terhadap Israel.
Negara-negara Arab dan Eropa telah menyuarakan keprihatinan atas gerakan teritorial sepihak yang dapat membahayakan solusi dua negara untuk konflik tersebut.
Lihat Juga: Orientalis Zionis: Erdogan Berambisi Kembalikan Kejayaan Kekaisaran Ottoman yang Benci Israel
Beberapa pejabat Israel telah menolak gagasan bahwa menerapkan kedaulatan untuk permukiman Yahudi dan Lembah Jordan di Tepi Barat akan memperlambat normalisasi hubungan diam-diam antara Israel dan negara-negara Arab, terutama dengan negara-negara Teluk yang berbagi keprihatinan bersama Israel atas Iran .
Namun, dalam seruan yang jarang dilakukan kepada publik Israel oleh seorang pejabat Arab, Duta Besar UEA untuk Washington, Youssef al Otaiba, mengatakan langkah itu akan menjadi apa yang ia sebut sebagai "pengambilalihan ilegal" tanah yang dicari warga Palestina untuk sebuah negara.
"Aneksasi akan - tentu saja dan segera - menjungkirbalikkan semua aspirasi Israel untuk meningkatkan keamanan, ekonomi dan hubungan budaya dengan dunia Arab dan UEA," tulisnya dalam sebuah opini di harian terlaris Israel, Yedioth Ahronoth, yang diterbitkan dalam bahasa Ibrani.
Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk Arab, tetapi kekhawatiran umum atas pengaruh regional Iran telah menyebabkan hubungan yang terbatas di antara keduanya. Pada bulan Mei, maskapai Etihad yang berbasis di Abu Dhabi melakukan penerbangan pertama ke Israel, membawa bantuan virus corona untuk Palestina. (Baca: Pertama Kalinya, Maskapai UEA Etihad Terbang ke Israel )
Mesir dan Yordania adalah satudua negara Arab di yang memiliki hubungan formal dengan Israel.
"Semua kemajuan yang Anda lihat dan sikap yang telah berubah terhadap Israel, orang-orang menjadi lebih menerima Israel dan kurang memusuhi Israel, semua itu bisa dirusak oleh keputusan untuk mencaplok (Tepi Barat)," kata al Otaiba dalam sebuah video yang menyertai artikel online itu seperti dilansir dari Reuters, Jumat (12/6/2020).
Pemerintah Israel bermaksud untuk memulai debat pencaplokan pada 1 Juli. Sementara langkah itu memenangkan dukungan dalam rencana Timur Tengah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, seorang menteri Israel pada hari Kamis mengatakan ada kesenjangan dengan Washington mengenai masalah ini dan bahwa kedua sekutu belum menyetujui peta garis teritorial. (Baca: Menteri Israel Sebut Belum Ada Kesepahaman Soal Aneksasi Tepi Barat dengan AS )
Palestina menginginkan Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur - wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967 - untuk negara merdeka yang akan datang.
Mereka mengatakan pencaplokan akan membuat itu tidak mungkin, dan menyerukan sanksi internasional terhadap Israel.
Negara-negara Arab dan Eropa telah menyuarakan keprihatinan atas gerakan teritorial sepihak yang dapat membahayakan solusi dua negara untuk konflik tersebut.
Lihat Juga: Orientalis Zionis: Erdogan Berambisi Kembalikan Kejayaan Kekaisaran Ottoman yang Benci Israel
(ian)