Mohammed bin Salman dan Para Pangeran Saudi Bersatu, Isyarat Suksesi Bakal Mulus
Sabtu, 21 Mei 2022 - 08:57 WIB
Dalam pendakian yang cepat ke kekuasaan, Pangeran MBS telah menindak saingan dan kritikus sejak dia menggantikan Mohammed bin Nayef (MBN), keponakan Raja Salman, sebagai putra mahkota dalam kudeta istana pada 2017.
Setelah disahkan oleh Dewan Kesetiaan pada tahun yang sama, aksesi MBS adalah otomatis dan tidak diharapkan untuk ditentang.
Pangeran MBS, yang juga menjabat menteri pertahanan, secara ketat mengontrol layanan keamanan negara.
Tetapi para diplomat telah mengidentifikasi penahanan MBN dan Pangeran Ahmed pada Maret 2020 sebagai titik sakit antara Riyadh dan Washington, yang hubungannya telah tegang sejak pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi pada 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul.
Pihak berwenang Saudi belum mengomentari penahanan para pengeran tersebut, yang menurut beberapa sumber pada saat itu atas tuduhan pengkhianatan dan digambarkan sebagai upaya pencegahan untuk memastikan kepatuhan dalam keluarga al-Saud.
Sebelum penahanannya, Pangeran Ahmed tidak menonjolkan diri sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah perjalanan ke London di mana dia muncul dalam rekaman online untuk mengkritik kepemimpinan Saudi.
Perjalanan ke Abu Dhabi bukan pertama kalinya MBS membawa kerabat bangsawan yang sebelumnya tidak disukai, termasuk mereka yang terjaring dalam pembersihan anti-korupsi.
MBN digantikan sebagai menteri dalam negeri pada 2017 oleh keponakannya; Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef.
Pada tahun 2018, Pangeran Turki bin Talal diangkat sebagai Wakil Gubernur Wilayah Asir ketika saudaranya Alwaleed bin Talal, yang ditahan selama pembersihan, sedang merundingkan penyelesaian pembebasan.
Saat dia memberdayakan bangsawan muda dalam posisi otoritas, tindakan Pangeran MBS juga menandakan penyerahan tongkat estafet yang pasti dari generasi Raja Salman dan Pangeran Ahmed—putra Raja Abdulaziz yang masih hidup, yang mendirikan Arab Saudi modern dan diikuti oleh enam keturunan sebagai raja.
Setelah disahkan oleh Dewan Kesetiaan pada tahun yang sama, aksesi MBS adalah otomatis dan tidak diharapkan untuk ditentang.
Pangeran MBS, yang juga menjabat menteri pertahanan, secara ketat mengontrol layanan keamanan negara.
Tetapi para diplomat telah mengidentifikasi penahanan MBN dan Pangeran Ahmed pada Maret 2020 sebagai titik sakit antara Riyadh dan Washington, yang hubungannya telah tegang sejak pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi pada 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul.
Pihak berwenang Saudi belum mengomentari penahanan para pengeran tersebut, yang menurut beberapa sumber pada saat itu atas tuduhan pengkhianatan dan digambarkan sebagai upaya pencegahan untuk memastikan kepatuhan dalam keluarga al-Saud.
Sebelum penahanannya, Pangeran Ahmed tidak menonjolkan diri sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah perjalanan ke London di mana dia muncul dalam rekaman online untuk mengkritik kepemimpinan Saudi.
Perjalanan ke Abu Dhabi bukan pertama kalinya MBS membawa kerabat bangsawan yang sebelumnya tidak disukai, termasuk mereka yang terjaring dalam pembersihan anti-korupsi.
MBN digantikan sebagai menteri dalam negeri pada 2017 oleh keponakannya; Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef.
Pada tahun 2018, Pangeran Turki bin Talal diangkat sebagai Wakil Gubernur Wilayah Asir ketika saudaranya Alwaleed bin Talal, yang ditahan selama pembersihan, sedang merundingkan penyelesaian pembebasan.
Saat dia memberdayakan bangsawan muda dalam posisi otoritas, tindakan Pangeran MBS juga menandakan penyerahan tongkat estafet yang pasti dari generasi Raja Salman dan Pangeran Ahmed—putra Raja Abdulaziz yang masih hidup, yang mendirikan Arab Saudi modern dan diikuti oleh enam keturunan sebagai raja.
Lihat Juga :
tulis komentar anda