Hamas Peringatkan Israel Konsekuensi Kebijakan Membunuh Warga Palestina
Rabu, 18 Mei 2022 - 21:34 WIB
GAZA - Kepala politik Hamas , Ismail Haniyeh, pada Rabu (18/5/2022), memperingatkan konsekuensi jika Israel melanjutkan kebijakannya untuk membunuh warga Palestina .
Seperti dilaporkan Anadolu News Agency, penasihat medianya, Taher Al-Nunu mengatakan, pemimpin Hamas itu mengirim pesan ke beberapa pemimpin asing untuk memperingatkan agar tidak dimulainya kembali pembunuhan terhadap wara Palestina.
“Haniyeh mengatakan bahwa dampak dari setiap upaya pembunuhan akan lebih besar dari yang diperkirakan," kata Al-Nunu.
Awal bulan ini, beberapa tokoh masyarakat Israel meminta pemerintah Israel untuk membunuh pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai tanggapan atas serangan terhadap Israel.
Sementara itu, seorang pejabat di Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Mahmoud Al-Zahar, mengatakan bahwa faksi-faksi di Jalur Gaza telah membentuk "pencegahan" tertentu yang membuat tentara pendudukan Israel ragu-ragu untuk melakukan agresi besar atau pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan.
Pejabat Hamas menambahkan, mediasi regional dan internasional dengan gerakan tersebut telah meningkat untuk menghindari eskalasi apapun. Dia mencatat bahwa mediasi tersebut telah menyampaikan keinginan Israel untuk menjaga ketenangan dan tidak meningkat menjadi perang.
Al-Zahar mengancam Israel dengan "tanggapan tegas" jika membunuh pemimpin gerakan di Gaza, Yahya Sinwar. “Seruan-seruan ini tidak melampaui ancaman dan intimidasi. Dan, tidak ada upaya pembunuhan sebelumnya terhadap tokoh-tokoh Palestina yang didahului oleh peringatan apa pun. Ini tidak berarti bahwa kepemimpinan perlawanan tidak berhati-hati,” tegasnya.
Pemimpin Hamas menjelaskan bahwa ada gerakan konstan dari mediator Arab, asing dan Eropa untuk menjaga ketenangan di Gaza. Selain itu, semua orang di kawasan itu khawatir bahwa hal-hal di Gaza tidak boleh berkembang menjadi perang. Mediasi semacam itu, tegasnya, didorong oleh Israel, yang tahu bahwa perang tidak akan menguntungkannya.
Al-Zahar menegaskan bahwa Hamas dan faksi Palestina lainnya bersikeras Gaza memiliki pelabuhan di Mediterania yang tidak tunduk pada otoritas Israel dan yang memenuhi kebutuhan warga Gaza. "Pelabuhan seperti itu adalah hak bagi orang Palestina,” tandasnya.
Ketegangan telah meningkat di seluruh wilayah Palestina di tengah kampanye penangkapan Israel berulang kali di Tepi Timur yang diduduki dan serangan pemukim ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Seperti dilaporkan Anadolu News Agency, penasihat medianya, Taher Al-Nunu mengatakan, pemimpin Hamas itu mengirim pesan ke beberapa pemimpin asing untuk memperingatkan agar tidak dimulainya kembali pembunuhan terhadap wara Palestina.
“Haniyeh mengatakan bahwa dampak dari setiap upaya pembunuhan akan lebih besar dari yang diperkirakan," kata Al-Nunu.
Awal bulan ini, beberapa tokoh masyarakat Israel meminta pemerintah Israel untuk membunuh pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai tanggapan atas serangan terhadap Israel.
Sementara itu, seorang pejabat di Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Mahmoud Al-Zahar, mengatakan bahwa faksi-faksi di Jalur Gaza telah membentuk "pencegahan" tertentu yang membuat tentara pendudukan Israel ragu-ragu untuk melakukan agresi besar atau pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan.
Pejabat Hamas menambahkan, mediasi regional dan internasional dengan gerakan tersebut telah meningkat untuk menghindari eskalasi apapun. Dia mencatat bahwa mediasi tersebut telah menyampaikan keinginan Israel untuk menjaga ketenangan dan tidak meningkat menjadi perang.
Al-Zahar mengancam Israel dengan "tanggapan tegas" jika membunuh pemimpin gerakan di Gaza, Yahya Sinwar. “Seruan-seruan ini tidak melampaui ancaman dan intimidasi. Dan, tidak ada upaya pembunuhan sebelumnya terhadap tokoh-tokoh Palestina yang didahului oleh peringatan apa pun. Ini tidak berarti bahwa kepemimpinan perlawanan tidak berhati-hati,” tegasnya.
Pemimpin Hamas menjelaskan bahwa ada gerakan konstan dari mediator Arab, asing dan Eropa untuk menjaga ketenangan di Gaza. Selain itu, semua orang di kawasan itu khawatir bahwa hal-hal di Gaza tidak boleh berkembang menjadi perang. Mediasi semacam itu, tegasnya, didorong oleh Israel, yang tahu bahwa perang tidak akan menguntungkannya.
Al-Zahar menegaskan bahwa Hamas dan faksi Palestina lainnya bersikeras Gaza memiliki pelabuhan di Mediterania yang tidak tunduk pada otoritas Israel dan yang memenuhi kebutuhan warga Gaza. "Pelabuhan seperti itu adalah hak bagi orang Palestina,” tandasnya.
Ketegangan telah meningkat di seluruh wilayah Palestina di tengah kampanye penangkapan Israel berulang kali di Tepi Timur yang diduduki dan serangan pemukim ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
(esn)
tulis komentar anda