Paus Fransiskus: NATO Mungkin telah Memprovokasi Rusia atas Ukraina
Rabu, 04 Mei 2022 - 20:01 WIB
ROMA - Paus Fransiskus mengatakan ekspansi NATO ke arah timur mungkin telah memprovokasi Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan terhadap Ukraina.
Dalam wawancara yang diterbitkan pada Selasa (3/5/2022) oleh harian Italia Corriere Della Sera, Paus berspekulasi “gonggongan NATO di pintu Rusia” dapat mendorong Kremlin meluncurkan kampanye militer pada 24 Februari.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah itu diprovokasi, tapi mungkin ya," ujar Paus.
Paus Fransiskus juga meminta pertemuan dengan Putin selama minggu-minggu awal konflik, tetapi masih belum menerima jawaban.
Paus meminta diplomat tinggi Vatikan untuk menghubungi presiden Rusia tentang pengaturan pertemuan sekitar tiga pekan permusuhan.
"Kami belum menerima tanggapan dan kami masih bersikeras," ujar dia kepada surat kabar itu.
"Saya khawatir Putin tidak bisa, dan tidak ingin, mengadakan pertemuan ini saat ini. Tapi bagaimana Anda tidak bisa menghentikan begitu banyak kebrutalan?" papar dia.
Paus mengatakan dia sebelumnya telah berbicara dengan kepala gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill dari Moskow, selama 40 menit melalui Zoom.
Patriark, yang telah membuat komentar yang membenarkan serangan Rusia di Ukraina, "tidak bisa menjadi putra altar Putin," tegas Paus.
Fransiskus juga mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban telah meyakinkannya Putin memiliki rencana mengakhiri perang pada 9 Mei, hari ketika Rusia merayakan kemenangan 1945 atas Nazi Jerman.
Paus sebelumnya telah dikritik karena tidak secara langsung mengecam Rusia pada hari-hari awal serangan.
Pada Maret, dia menyerukan “cara yang berbeda untuk mengatur dunia” dan mendesak peradaban untuk mengatasi kebutuhan refleksif untuk “lebih banyak senjata, lebih banyak sanksi, lebih banyak aliansi politik-militer.”
Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Dalam wawancara yang diterbitkan pada Selasa (3/5/2022) oleh harian Italia Corriere Della Sera, Paus berspekulasi “gonggongan NATO di pintu Rusia” dapat mendorong Kremlin meluncurkan kampanye militer pada 24 Februari.
"Saya tidak bisa mengatakan apakah itu diprovokasi, tapi mungkin ya," ujar Paus.
Paus Fransiskus juga meminta pertemuan dengan Putin selama minggu-minggu awal konflik, tetapi masih belum menerima jawaban.
Paus meminta diplomat tinggi Vatikan untuk menghubungi presiden Rusia tentang pengaturan pertemuan sekitar tiga pekan permusuhan.
"Kami belum menerima tanggapan dan kami masih bersikeras," ujar dia kepada surat kabar itu.
"Saya khawatir Putin tidak bisa, dan tidak ingin, mengadakan pertemuan ini saat ini. Tapi bagaimana Anda tidak bisa menghentikan begitu banyak kebrutalan?" papar dia.
Paus mengatakan dia sebelumnya telah berbicara dengan kepala gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill dari Moskow, selama 40 menit melalui Zoom.
Patriark, yang telah membuat komentar yang membenarkan serangan Rusia di Ukraina, "tidak bisa menjadi putra altar Putin," tegas Paus.
Fransiskus juga mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban telah meyakinkannya Putin memiliki rencana mengakhiri perang pada 9 Mei, hari ketika Rusia merayakan kemenangan 1945 atas Nazi Jerman.
Paus sebelumnya telah dikritik karena tidak secara langsung mengecam Rusia pada hari-hari awal serangan.
Pada Maret, dia menyerukan “cara yang berbeda untuk mengatur dunia” dan mendesak peradaban untuk mengatasi kebutuhan refleksif untuk “lebih banyak senjata, lebih banyak sanksi, lebih banyak aliansi politik-militer.”
Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
tulis komentar anda