Politisi Kemarin Sore Kalahkan PM 3 Periode dalam Pemilu Slovenia
Senin, 25 April 2022 - 10:42 WIB
LJUBLJANA - Politikus pendatang baru liberal Robert Golob mengalahkan Perdana Menteri (PM) tiga periode Slovenia Janez Jansa dalam pemilu pada hari Minggu. Negara ini telah dilanda perpecahan politik yang pahit.
Golob dikenal sebagai politikus "kemarin sore" karena baru mendirikan Partai Freedom Movement (GS) pada bulan Januari lalu. Namun, sepak terjangnya sukses menjungkalkan rezim Jansa di negara pecahan Yugoslavia tersebut.
Kubu oposisi menuduh Jansa mencoba merusak institusi demokrasi dan kebebasan pers sejak dia kembali berkuasa pada 2020.
Dengan hampir semua suara dihitung di negara berpenduduk sekitar dua juta orang itu, Partai GS meraih 34,5 persen suara, mengalahkan Partai Demokrat pimpinan Jansa yang meraih 23,6 persen suara.
"Tujuan kami telah tercapai: kemenangan yang akan memungkinkan kami membawa negara itu kembali ke kebebasan," kata Golob kepada para pendukungnya yang bergembira, Minggu malam, seperti dikutip AFP, Senin (25/4/2022).
“Masyarakat menginginkan perubahan dan telah menyatakan keyakinannya kepada kami sebagai satu-satunya yang dapat membawa perubahan itu,” ujarnya sebelumnya melalui siaran langsung dari rumahnya tempat dia diisolasi setelah tertular COVID-19.
Mantan manajer perusahaan listrik berusia 55 tahun itu telah berjanji untuk memulihkan "normalitas", setelah menyebut pemilu itu sebagai "referendum demokrasi".
Analis politik Miha Kovac mengatakan masyarakat sipil dan pemilih muda khususnya telah dimobilisasi. Analis memperkirakan peningkatan jumlah pemilih berbalik melawan gaya Jansa.
Jumlah pemilih mencapai sekitar 70 persen dari 1,7 juta pemilih—jauh lebih tinggi dari 52 persen dalam pemilu parlemen terakhir pada 2018.
"Pemungutan suara adalah suara menentang Jansa," kata Kovac. "Melawan Slovenia di jalur Hongaria, melawan demokrasi tidak liberal di Slovenia, melawan pemerintah yang mengambil alih televisi publik, melawan kontrol peradilan."
Tetapi dia memperingatkan bahwa Partai GS tidak memiliki pengalaman pemerintah—meskipun dapat bermitra dengan Partai Demokrat Sosial (SD) yang lebih berpengalaman, yang memiliki 6,7 persen suara dengan hampir semua surat suara dihitung.
"Ini seperti perusahaan yang tiba-tiba tumbuh," imbuh Kovac. "Ini tidak memiliki infrastruktur, tidak ada pengetahuan, tidak ada orang yang tahu bagaimana bekerja di badan parlemen."
Jansa (63), pengagum mantan presiden AS Donald Trump, telah berkampanye dengan janji-janji stabilitas.
"Di depan pemerintahan baru ada banyak tantangan, tetapi selama mandat kami, kami telah menetapkan landasan yang kokoh untuk navigasi yang damai," katanya Minggu malam.
"Sangat mudah untuk membayar papan reklame, mendapat dukungan dari semua media dan apa yang disebut masyarakat sipil," katanya. "Tapi kemudian kerja keras dan tantangan datang, dan tidak ada yang bisa membantu Anda."
Golob dikenal sebagai politikus "kemarin sore" karena baru mendirikan Partai Freedom Movement (GS) pada bulan Januari lalu. Namun, sepak terjangnya sukses menjungkalkan rezim Jansa di negara pecahan Yugoslavia tersebut.
Kubu oposisi menuduh Jansa mencoba merusak institusi demokrasi dan kebebasan pers sejak dia kembali berkuasa pada 2020.
Dengan hampir semua suara dihitung di negara berpenduduk sekitar dua juta orang itu, Partai GS meraih 34,5 persen suara, mengalahkan Partai Demokrat pimpinan Jansa yang meraih 23,6 persen suara.
"Tujuan kami telah tercapai: kemenangan yang akan memungkinkan kami membawa negara itu kembali ke kebebasan," kata Golob kepada para pendukungnya yang bergembira, Minggu malam, seperti dikutip AFP, Senin (25/4/2022).
“Masyarakat menginginkan perubahan dan telah menyatakan keyakinannya kepada kami sebagai satu-satunya yang dapat membawa perubahan itu,” ujarnya sebelumnya melalui siaran langsung dari rumahnya tempat dia diisolasi setelah tertular COVID-19.
Mantan manajer perusahaan listrik berusia 55 tahun itu telah berjanji untuk memulihkan "normalitas", setelah menyebut pemilu itu sebagai "referendum demokrasi".
Analis politik Miha Kovac mengatakan masyarakat sipil dan pemilih muda khususnya telah dimobilisasi. Analis memperkirakan peningkatan jumlah pemilih berbalik melawan gaya Jansa.
Jumlah pemilih mencapai sekitar 70 persen dari 1,7 juta pemilih—jauh lebih tinggi dari 52 persen dalam pemilu parlemen terakhir pada 2018.
"Pemungutan suara adalah suara menentang Jansa," kata Kovac. "Melawan Slovenia di jalur Hongaria, melawan demokrasi tidak liberal di Slovenia, melawan pemerintah yang mengambil alih televisi publik, melawan kontrol peradilan."
Tetapi dia memperingatkan bahwa Partai GS tidak memiliki pengalaman pemerintah—meskipun dapat bermitra dengan Partai Demokrat Sosial (SD) yang lebih berpengalaman, yang memiliki 6,7 persen suara dengan hampir semua surat suara dihitung.
"Ini seperti perusahaan yang tiba-tiba tumbuh," imbuh Kovac. "Ini tidak memiliki infrastruktur, tidak ada pengetahuan, tidak ada orang yang tahu bagaimana bekerja di badan parlemen."
Jansa (63), pengagum mantan presiden AS Donald Trump, telah berkampanye dengan janji-janji stabilitas.
"Di depan pemerintahan baru ada banyak tantangan, tetapi selama mandat kami, kami telah menetapkan landasan yang kokoh untuk navigasi yang damai," katanya Minggu malam.
"Sangat mudah untuk membayar papan reklame, mendapat dukungan dari semua media dan apa yang disebut masyarakat sipil," katanya. "Tapi kemudian kerja keras dan tantangan datang, dan tidak ada yang bisa membantu Anda."
(min)
tulis komentar anda