Proyek Pemulihan Dampak COVID-19 PBB di Indonesia Jangkau 185 Ribu Orang
Kamis, 21 April 2022 - 22:42 WIB
JAKARTA - Dana Tanggap dan Pemulihan COVID-19 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengalokasikan USD1,7 juta ke Indonesia untuk melindungi masyarakat miskin dan kelompok rentan serta menawarkan solusi masa depan yang lebih berkelanjutan dan lebih inklusif untuk semua. Kelompok inilah yang menanggung dampak lebih berat dari pandemi dan mengalami kesulitan dalam pemulihan.
Empat badan PBB yaitu ILO, UNAIDS, UNDP dan UNHCR bersinergi dalam proyek “Employment and Livelihood” selama lebih dari satu tahun terakhir untuk memberikan dukungan kepada penerima manfaat melalui tiga cara: mendukung pelatihan kewirausahaan dan pengembangan usaha; memberikan pengembangan keterampilan untuk meningkatkan penghasilan; dan mempromosikan pasar tenaga kerja yang setara dan inklusif, serta bebas dari diskriminasi.
Dalam acara penutupan proyek, Kepala Perwakilan PBB Indonesia Valerie Julliand mengatakan, meski proyek dan program “Employment and Livelihood” beroperasi dalam waktu pendek, terbukti memberikan dampak positif yang signifikan.
“PBB menetapkan target sangat tinggi dalam hal bagaimana kami memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia,” kata kata Valerie, dalam sebuah acara daring pada Rabu kemarin seperti tertuang dalam keterangan tertulis Kamis (21/4/2022).
Valerie mengatakan, dampak terberat dari COVID-19 menimpa masyarakat di Indonesia, khususnya para perempuan, anak muda, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), penyandang disabilitas, dan pengungsi. Proyek telah mengakselerasi pemulihan perekonomian untuk mereka yang tinggal di kawasan tertinggal, terutama kawasan timur Indonesia meliputi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat melalui pengembangan kapasitas.
Dalam membangun tempat kerja yang inklusif terutama mengarusutamaan kesetaraan gender, program ini telah membangun kemampuan kewirausahaan dan berbagai keterampilan bagi lebih dari 4.000 perempuan dan kelompok rentan lainnya, termasuk mereka yang tinggal di daerah tertinggal.
Setidaknya 6.000 sumber daya manusia (SDM), aparatur sipil negara (ASN), serta mitra sosial turut terlibat dalam pelaksaan proyek – yang juga turut berkontribusi pada capaian tujuan pembangunan keberlanjutan (TPB), khususnya dalam hal kesetaraan gender dan prinsip pemulihan ekonomi.
Dampak kesenjangan keterampilan pada pasar tenaga kerja akibat COVID-19 mendorong proyek untuk mempererat kolaborasi antara pemerintah, pekerja dan pengusaha mempercepat tindakan pemulihan ekonomi secara inklusif.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Michiko Miyamoto, mengatakan bahwa proyek singkat ini telah mencapai sebagian besar target bahkan melampauinya.
“Bootcamp bagi perusahaan rintisan telah diikuti oleh 98 start-ups. Pelatihan kewirausahaan secara daring juga berhasil menjangkau 1634 UMKM untuk pelatihan rencana bisnis dalam pengembangan produk dan jaringan,” tambah Michiko.
Proyek satu tahunan ini ditutup dengan diskusi tripartit dengan pembahasan terkait strategi untuk mempromosikan pemulihan inklusif bersama dengan Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Vivi Yulaswati, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban, dan Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana.
Dalam diskusi diharapkan Indonesia mengambil tindakan nyata dan mendorong inklusivitas, dan sektor swasta dan asosiasi bisnis perlu merespons ketidaksetaraan atau kesenjangan yang sangat tinggi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Empat badan PBB yaitu ILO, UNAIDS, UNDP dan UNHCR bersinergi dalam proyek “Employment and Livelihood” selama lebih dari satu tahun terakhir untuk memberikan dukungan kepada penerima manfaat melalui tiga cara: mendukung pelatihan kewirausahaan dan pengembangan usaha; memberikan pengembangan keterampilan untuk meningkatkan penghasilan; dan mempromosikan pasar tenaga kerja yang setara dan inklusif, serta bebas dari diskriminasi.
Dalam acara penutupan proyek, Kepala Perwakilan PBB Indonesia Valerie Julliand mengatakan, meski proyek dan program “Employment and Livelihood” beroperasi dalam waktu pendek, terbukti memberikan dampak positif yang signifikan.
“PBB menetapkan target sangat tinggi dalam hal bagaimana kami memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia,” kata kata Valerie, dalam sebuah acara daring pada Rabu kemarin seperti tertuang dalam keterangan tertulis Kamis (21/4/2022).
Valerie mengatakan, dampak terberat dari COVID-19 menimpa masyarakat di Indonesia, khususnya para perempuan, anak muda, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), penyandang disabilitas, dan pengungsi. Proyek telah mengakselerasi pemulihan perekonomian untuk mereka yang tinggal di kawasan tertinggal, terutama kawasan timur Indonesia meliputi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat melalui pengembangan kapasitas.
Dalam membangun tempat kerja yang inklusif terutama mengarusutamaan kesetaraan gender, program ini telah membangun kemampuan kewirausahaan dan berbagai keterampilan bagi lebih dari 4.000 perempuan dan kelompok rentan lainnya, termasuk mereka yang tinggal di daerah tertinggal.
Setidaknya 6.000 sumber daya manusia (SDM), aparatur sipil negara (ASN), serta mitra sosial turut terlibat dalam pelaksaan proyek – yang juga turut berkontribusi pada capaian tujuan pembangunan keberlanjutan (TPB), khususnya dalam hal kesetaraan gender dan prinsip pemulihan ekonomi.
Dampak kesenjangan keterampilan pada pasar tenaga kerja akibat COVID-19 mendorong proyek untuk mempererat kolaborasi antara pemerintah, pekerja dan pengusaha mempercepat tindakan pemulihan ekonomi secara inklusif.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Michiko Miyamoto, mengatakan bahwa proyek singkat ini telah mencapai sebagian besar target bahkan melampauinya.
“Bootcamp bagi perusahaan rintisan telah diikuti oleh 98 start-ups. Pelatihan kewirausahaan secara daring juga berhasil menjangkau 1634 UMKM untuk pelatihan rencana bisnis dalam pengembangan produk dan jaringan,” tambah Michiko.
Proyek satu tahunan ini ditutup dengan diskusi tripartit dengan pembahasan terkait strategi untuk mempromosikan pemulihan inklusif bersama dengan Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Vivi Yulaswati, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban, dan Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana.
Dalam diskusi diharapkan Indonesia mengambil tindakan nyata dan mendorong inklusivitas, dan sektor swasta dan asosiasi bisnis perlu merespons ketidaksetaraan atau kesenjangan yang sangat tinggi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
(ian)
tulis komentar anda