Relawan AS di Ukraina Blak-blakan Ungkap Kejahatan Perang Kiev
Sabtu, 02 April 2022 - 00:15 WIB
“Mereka ingin meminimalkan korban dari orang-orang mereka. Jadi, jika Anda memiliki banyak orang asing yang datang untuk menjadi sukarelawan, kirimkan mereka (tentara Ukraina) terlebih dahulu,” ujar dia.
Warga Amerika itu juga mengingat insiden seorang tentara Ukraina yang memberi tahu dia dan rekan-rekannya bahwa orang-orang Georgia marah atas penolakan kelompok itu untuk pergi ke Kiev tanpa senjata yang layak.
Orang-orang Georgia itu memperingatkan bahwa para pejuang Legiun “mengancam akan menembak Anda dari belakang.”
Hoeft menjelaskan, dia dan kelompoknya akhirnya memutuskan meninggalkan Ukraina dan menyeberang kembali ke Polandia setelah diberitahu bahwa legiun berencana mengeksekusi mereka dan akan ditandai sebagai korban pertempuran.
Dalam perjalanan pulang, kelompok Hoeft bertemu para pejuang Inggris yang mengatakan para sukarelawan dengan perlengkapan tempur sedang dikirim kembali dari daerah perbatasan setelah paspor mereka disita.
Hoeft memberikan peringatan kepada setiap warga Amerika, termasuk veteran perang dari konflik seperti Irak dan Afghanistan, untuk tetap tinggal di rumah.
Dia mengatakan situasi di Ukraina tidak seperti apa pun yang telah dilihat AS sejak Vietnam, dan mungkin lebih buruk.
“Terakhir kali kami mungkin mengalami sesuatu yang buruk ini adalah Vietnam, tetapi kami bahkan mendapat dukungan udara saat itu. Anda tidak memiliki dukungan udara (di Ukraina), Anda tidak memiliki keunggulan artileri,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Anda tahu, Rusia yang memiliki roket, mereka yang memiliki rudal jelajah, mereka yang memiliki jet yang terbang di atas, drone, semua itu. Dan saya hanya berpikir semua orang perlu hati-hati memikirkan setiap skenario yang mungkin.”
Serangan udara Rusia terhadap kamp pelatihan yang menampung sukarelawan dan kesaksian orang-orang seperti Hoeft dan orang Barat lainnya dilaporkan menyebabkan menipisnya jumlah orang asing yang ingin melawan Rusia di Ukraina.
Warga Amerika itu juga mengingat insiden seorang tentara Ukraina yang memberi tahu dia dan rekan-rekannya bahwa orang-orang Georgia marah atas penolakan kelompok itu untuk pergi ke Kiev tanpa senjata yang layak.
Orang-orang Georgia itu memperingatkan bahwa para pejuang Legiun “mengancam akan menembak Anda dari belakang.”
Hoeft menjelaskan, dia dan kelompoknya akhirnya memutuskan meninggalkan Ukraina dan menyeberang kembali ke Polandia setelah diberitahu bahwa legiun berencana mengeksekusi mereka dan akan ditandai sebagai korban pertempuran.
Dalam perjalanan pulang, kelompok Hoeft bertemu para pejuang Inggris yang mengatakan para sukarelawan dengan perlengkapan tempur sedang dikirim kembali dari daerah perbatasan setelah paspor mereka disita.
Hoeft memberikan peringatan kepada setiap warga Amerika, termasuk veteran perang dari konflik seperti Irak dan Afghanistan, untuk tetap tinggal di rumah.
Dia mengatakan situasi di Ukraina tidak seperti apa pun yang telah dilihat AS sejak Vietnam, dan mungkin lebih buruk.
“Terakhir kali kami mungkin mengalami sesuatu yang buruk ini adalah Vietnam, tetapi kami bahkan mendapat dukungan udara saat itu. Anda tidak memiliki dukungan udara (di Ukraina), Anda tidak memiliki keunggulan artileri,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Anda tahu, Rusia yang memiliki roket, mereka yang memiliki rudal jelajah, mereka yang memiliki jet yang terbang di atas, drone, semua itu. Dan saya hanya berpikir semua orang perlu hati-hati memikirkan setiap skenario yang mungkin.”
Serangan udara Rusia terhadap kamp pelatihan yang menampung sukarelawan dan kesaksian orang-orang seperti Hoeft dan orang Barat lainnya dilaporkan menyebabkan menipisnya jumlah orang asing yang ingin melawan Rusia di Ukraina.
tulis komentar anda