PM Israel Dituduh Tekan Presiden Ukraina Menyerah pada Rusia

Minggu, 13 Maret 2022 - 00:41 WIB
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dituduh telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyerah pada Rusia. Foto/Yonatan Sindel/Pool via REUTERS
KIEV - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett dituduh telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyerah pada Rusia .

Tuduhan ini dilontarkan seorang pejabat senior Ukraina yang dikutip dua media Israel; Walla dan Jerusalem Post, dan satu media Amerika Serikat (AS); Axios, pada Sabtu (12/3/2022). Nama pejabat itu tidak diungkapkan.

Laporan tersebut menyatakan Zelensky ditekan untuk menerima persyaratan dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri konflik.



Setelah invasi Rusia ke Ukraina, Bennett adalah pemimpin dunia pertama yang berbicara langsung dengan Putin.



Axios melaporkan panggilan telepon antara Bennett dan Zelensky terjadi pada hari Selasa, di mana pemimpin Ukraina itu menolak seruan PM Israel.

"Bennett pada dasarnya menyuruh kami untuk menyerah dan kami tidak berniat melakukan itu," kata pejabat senior Ukraina itu.

"Inisiatifnya tampak seperti alasan mengapa dia tidak berbicara menentang Rusia, tidak memberikan senjata ke Ukraina dan tidak memberi sanksi kepada Rusia," ujarnya.

Namun, Kantor PM Israel membantah apa yang diungkap pejabat senior Ukraina tersebut.

Menurut kantor tersebut, pembicaraan mediasi dilakukan melalui jalur pribadi dan hanya dihadiri oleh Zelensky dan penasihat dekatnya.

Kantor PM Israel itu juga mengatakan bahwa rekomendasi belum diberikan selama pembicaraan, yang difokuskan pada menghentikan pertumpahan darah di Ukraina.

Sementara itu, Zelensky telah menyampaikan pesan yang penuh harapan kepada rakyatnya bahwa militer Ukraina telah mencapai mencapai titik balik strategis, yang akan membuat mereka menang melawan invasi Rusia.

“Tidak mungkin untuk mengatakan berapa hari kita masih punya (di depan kita) untuk membebaskan tanah Ukraina. Tapi kami bisa mengatakan kami akan melakukannya,” katanya. “Kami sudah bergerak menuju tujuan kami, kemenangan kami.”

Dia juga menyebut invasi itu sebagai “perang patriotik” melawan “musuh yang sangat keras kepala” dan sekali lagi menuduh Rusia menyeret pasukan cadangan dan wajib militer ke dalam pertempuran.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(min)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More