Evakuasi Penduduk Sipil Mariupol Gagal untuk Kedua Kalinya
Minggu, 06 Maret 2022 - 23:02 WIB
MARIUPOL - Rencana untuk mengevakuasi warga sipil dari kota pelabuhan yang terkepung di Ukraina , Mariupol gagal terlaksana untuk kedua kalinya, Minggu (6/3/2022). Penyebabnya adalah masih adanya baku tembak di kota itu.
Semula, warga sipil diperkirakan bisa meninggalkan Mariupol pada pukul 10 pagi hingga 9 malam, setelah disepakatinya gencatan senjata lokal, otoritas militer Ukraina mengatakan pada hari sebelumnya.
Namun, Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko mengatakan, evakuasi yang direncanakan dihentikan karena serangan yang sedang berlangsung oleh pasukan Rusia.
"Tidak boleh ada 'koridor hijau', karena hanya otak orang Rusia yang sakit yang memutuskan kapan harus mulai menembak dan kepada siapa," kata Gerashchenko di Telegram, seperti dikutip dari AP. Ini jelas kekecewaan bagi wanita, anak-anak dan orang dewasa yang menunggu untuk meninggalkan Mariupol dan kota terdekat Volnovakha.
Berita itu memupus harapan kemajuan dalam meredakan, apalagi mengakhiri, perang di Ukraina, yang sekarang memasuki hari ke-11 dan telah menyebabkan 1,5 juta orang meninggalkan negara itu. Kepala badan pengungsi PBB pada hari Minggu menyebut eksodus itu sebagai “krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
"Lebih dari 1,5 juta pengungsi dari Ukraina telah menyeberang ke negara-negara tetangga dalam 10 hari," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grande di Twitter, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (6/3/2022).
PBB menggambarkan arus keluar sebagai "krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II". Pada hari Sabtu dilaporkan bahwa hampir 1,37 juta pengungsi telah melarikan diri.
Semula, warga sipil diperkirakan bisa meninggalkan Mariupol pada pukul 10 pagi hingga 9 malam, setelah disepakatinya gencatan senjata lokal, otoritas militer Ukraina mengatakan pada hari sebelumnya.
Namun, Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko mengatakan, evakuasi yang direncanakan dihentikan karena serangan yang sedang berlangsung oleh pasukan Rusia.
"Tidak boleh ada 'koridor hijau', karena hanya otak orang Rusia yang sakit yang memutuskan kapan harus mulai menembak dan kepada siapa," kata Gerashchenko di Telegram, seperti dikutip dari AP. Ini jelas kekecewaan bagi wanita, anak-anak dan orang dewasa yang menunggu untuk meninggalkan Mariupol dan kota terdekat Volnovakha.
Berita itu memupus harapan kemajuan dalam meredakan, apalagi mengakhiri, perang di Ukraina, yang sekarang memasuki hari ke-11 dan telah menyebabkan 1,5 juta orang meninggalkan negara itu. Kepala badan pengungsi PBB pada hari Minggu menyebut eksodus itu sebagai “krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
"Lebih dari 1,5 juta pengungsi dari Ukraina telah menyeberang ke negara-negara tetangga dalam 10 hari," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grande di Twitter, seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (6/3/2022).
PBB menggambarkan arus keluar sebagai "krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II". Pada hari Sabtu dilaporkan bahwa hampir 1,37 juta pengungsi telah melarikan diri.
tulis komentar anda