Biden Secara Prinsip Setuju Bertemu Langsung dengan Putin
Senin, 21 Februari 2022 - 15:42 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden “secara prinsip” setuju mengadakan pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas krisis di Ukraina.
Pembicaraan yang diusulkan Prancis hanya akan terjadi jika Rusia tidak menyerang Ukraina, menurut Gedung Putih.
Pertemuan itu dapat menawarkan solusi diplomatik yang mungkin untuk salah satu krisis keamanan terburuk di Eropa dalam beberapa dekade terakhir.
Para pejabat AS mengatakan intelijen menunjukkan Rusia siap meluncurkan operasi militer ke Ukraina. Rusia menyangkal tuduhan itu.
Proposal itu diumumkan kantor kepresidenan Prancis setelah dua panggilan telepon antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putin yang berlangsung selama hampir tiga jam.
Pembicaraan keduanya terjadi pada dini hari Senin (21/2/2022) waktu Moskow, dan setelah percakapan 15 menit yang dilakukan Macron dengan Biden.
Kantor Macron mengatakan rincian kemungkinan konferensi tingkat tinggi (KTT) akan dibahas selama pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis.
Dalam pernyataan yang mengkonfirmasi proposal tersebut, Gedung Putih juga mengatakan Rusia tampaknya, "melanjutkan persiapan untuk serangan skala penuh di Ukraina segera."
Gedung Putin menjelaskan, AS siap memaksakan "konsekuensi cepat dan berat" jika itu terjadi.
Rusia telah mengumpulkan lebih dari 150.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, menurut perkiraan AS.
Perusahaan AS, Maxar, mengatakan citra satelit baru menunjukkan beberapa penempatan lapangan baru peralatan lapis baja dan pasukan dari garnisun Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina, yang menunjukkan peningkatan kesiapan militer.
Putin menyetujui perlunya "memprioritaskan solusi diplomatik" untuk krisis tersebut, menurut kantor kepresidenan Prancis.
Diungkapkan bahwa "pekerjaan intensif" akan dilakukan untuk memungkinkan pertemuan "dalam beberapa jam ke depan" yang bertujuan untuk gencatan senjata.
Kremlin mengatakan Putin menyalahkan militer Ukraina atas meningkatnya ketegangan. Ukraina telah menolak tuduhan ini, dengan mengatakan Moskow terlibat dalam kampanye provokasi yang bertujuan menciptakan dalih untuk intervensi.
Namun, kantor kepresidenan Prancis mengatakan kedua pemimpin sepakat melanjutkan pembicaraan melalui Format Normandia, kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan konflik di Ukraina timur yang mencakup Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan komitmen Putin kepada Macron adalah "pertanda selamat datang" bahwa dia mungkin masih "terlibat dalam mencari solusi diplomatik".
Namun Johnson meminta Putin "mundur dari ancamannya saat ini dan menarik pasukan dari perbatasan Ukraina."
Sebelumnya, Rusia mengumumkan perpanjangan latihan militer di Belarusia, di mana 30.000 tentara Rusia dikerahkan, yang akan berakhir pada Minggu.
Pernyataan Belarusia menyalahkan "memburuknya situasi" di Ukraina timur sebagai salah satu alasan untuk memperpanjang latihan.
Berbicara di CNN, Menlu AS Blinken mengatakan, "Semua yang kami lihat menunjukkan bahwa ini sangat serius dan kita berada di ambang invasi."
"Sampai tank dan pesawat terbang benar-benar meluncur, kami akan menggunakan setiap kesempatan dan setiap menit. Kita harus melihat apakah diplomasi masih dapat menghalangi Presiden Putin untuk meneruskan ini," papar dia.
Komentarnya muncul ketika laporan yang belum diverifikasi di media AS menunjukkan bahwa Washington yakin serangan dapat diluncurkan dalam waktu dekat.
CBS News melaporkan AS memiliki intelijen bahwa komandan Rusia di lapangan telah menerima perintah melanjutkan invasi dan sekarang membuat rencana pertempuran khusus tentang cara menyerang.
Laporan itu mengatakan invasi akan dimulai dengan serangan siber yang diikuti kampanye serangan rudal dan serangan udara, sebelum unit darat berusaha merebut ibu kota Kiev.
Dan seorang pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada CNN bahwa hampir 75% dari pasukan konvensional Rusia sekarang siap di perbatasan Ukraina.
“Konsentrasi pasukan Rusia dalam jarak serang Ukraina sangat tidak biasa,” ungkap sumber itu.
Namun Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina Alexei Reznikov mengatakan serangan "besok atau lusa" tidak mungkin terjadi karena belum ada "kelompok penyerang" Rusia yang terbentuk di dekat perbatasan.
Dalam perkembangan lainnya, pemberontak di Luhansk mengatakan dua warga sipil tewas dalam serangan penembakan oleh pasukan Ukraina, tetapi pihak berwenang di Kiev membantah terlibat.
Ribuan warga sipil, dari populasi beberapa juta jiwa, sedang dievakuasi dari wilayah separatis ke Rusia sementara pria dalam usia siap bertempur telah dimobilisasi untuk berperang
Kedutaan Besar AS di Moskow memperingatkan warga Amerika tentang potensi serangan di tempat-tempat umum di Rusia, termasuk di sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengkritik langkah tersebut
Putin telah menuntut jaminan bahwa NATO tidak akan mengakui Ukraina sebagai anggota blok tersebut.
Ukraina adalah bekas negara Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Aliansi Barat menyangkal hal itu menimbulkan ancaman bagi Rusia.
Ada kekhawatiran bahwa intervensi militer Rusia dapat memicu perang yang lebih berdarah daripada konflik di Ukraina timur yang telah menelan 14.000 nyawa.
Pembicaraan yang diusulkan Prancis hanya akan terjadi jika Rusia tidak menyerang Ukraina, menurut Gedung Putih.
Pertemuan itu dapat menawarkan solusi diplomatik yang mungkin untuk salah satu krisis keamanan terburuk di Eropa dalam beberapa dekade terakhir.
Para pejabat AS mengatakan intelijen menunjukkan Rusia siap meluncurkan operasi militer ke Ukraina. Rusia menyangkal tuduhan itu.
Proposal itu diumumkan kantor kepresidenan Prancis setelah dua panggilan telepon antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putin yang berlangsung selama hampir tiga jam.
Pembicaraan keduanya terjadi pada dini hari Senin (21/2/2022) waktu Moskow, dan setelah percakapan 15 menit yang dilakukan Macron dengan Biden.
Kantor Macron mengatakan rincian kemungkinan konferensi tingkat tinggi (KTT) akan dibahas selama pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Kamis.
Dalam pernyataan yang mengkonfirmasi proposal tersebut, Gedung Putih juga mengatakan Rusia tampaknya, "melanjutkan persiapan untuk serangan skala penuh di Ukraina segera."
Gedung Putin menjelaskan, AS siap memaksakan "konsekuensi cepat dan berat" jika itu terjadi.
Rusia telah mengumpulkan lebih dari 150.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina, menurut perkiraan AS.
Perusahaan AS, Maxar, mengatakan citra satelit baru menunjukkan beberapa penempatan lapangan baru peralatan lapis baja dan pasukan dari garnisun Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina, yang menunjukkan peningkatan kesiapan militer.
Putin menyetujui perlunya "memprioritaskan solusi diplomatik" untuk krisis tersebut, menurut kantor kepresidenan Prancis.
Diungkapkan bahwa "pekerjaan intensif" akan dilakukan untuk memungkinkan pertemuan "dalam beberapa jam ke depan" yang bertujuan untuk gencatan senjata.
Kremlin mengatakan Putin menyalahkan militer Ukraina atas meningkatnya ketegangan. Ukraina telah menolak tuduhan ini, dengan mengatakan Moskow terlibat dalam kampanye provokasi yang bertujuan menciptakan dalih untuk intervensi.
Namun, kantor kepresidenan Prancis mengatakan kedua pemimpin sepakat melanjutkan pembicaraan melalui Format Normandia, kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan konflik di Ukraina timur yang mencakup Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan komitmen Putin kepada Macron adalah "pertanda selamat datang" bahwa dia mungkin masih "terlibat dalam mencari solusi diplomatik".
Namun Johnson meminta Putin "mundur dari ancamannya saat ini dan menarik pasukan dari perbatasan Ukraina."
Sebelumnya, Rusia mengumumkan perpanjangan latihan militer di Belarusia, di mana 30.000 tentara Rusia dikerahkan, yang akan berakhir pada Minggu.
Pernyataan Belarusia menyalahkan "memburuknya situasi" di Ukraina timur sebagai salah satu alasan untuk memperpanjang latihan.
Berbicara di CNN, Menlu AS Blinken mengatakan, "Semua yang kami lihat menunjukkan bahwa ini sangat serius dan kita berada di ambang invasi."
"Sampai tank dan pesawat terbang benar-benar meluncur, kami akan menggunakan setiap kesempatan dan setiap menit. Kita harus melihat apakah diplomasi masih dapat menghalangi Presiden Putin untuk meneruskan ini," papar dia.
Komentarnya muncul ketika laporan yang belum diverifikasi di media AS menunjukkan bahwa Washington yakin serangan dapat diluncurkan dalam waktu dekat.
CBS News melaporkan AS memiliki intelijen bahwa komandan Rusia di lapangan telah menerima perintah melanjutkan invasi dan sekarang membuat rencana pertempuran khusus tentang cara menyerang.
Laporan itu mengatakan invasi akan dimulai dengan serangan siber yang diikuti kampanye serangan rudal dan serangan udara, sebelum unit darat berusaha merebut ibu kota Kiev.
Dan seorang pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada CNN bahwa hampir 75% dari pasukan konvensional Rusia sekarang siap di perbatasan Ukraina.
“Konsentrasi pasukan Rusia dalam jarak serang Ukraina sangat tidak biasa,” ungkap sumber itu.
Namun Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina Alexei Reznikov mengatakan serangan "besok atau lusa" tidak mungkin terjadi karena belum ada "kelompok penyerang" Rusia yang terbentuk di dekat perbatasan.
Dalam perkembangan lainnya, pemberontak di Luhansk mengatakan dua warga sipil tewas dalam serangan penembakan oleh pasukan Ukraina, tetapi pihak berwenang di Kiev membantah terlibat.
Ribuan warga sipil, dari populasi beberapa juta jiwa, sedang dievakuasi dari wilayah separatis ke Rusia sementara pria dalam usia siap bertempur telah dimobilisasi untuk berperang
Kedutaan Besar AS di Moskow memperingatkan warga Amerika tentang potensi serangan di tempat-tempat umum di Rusia, termasuk di sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengkritik langkah tersebut
Putin telah menuntut jaminan bahwa NATO tidak akan mengakui Ukraina sebagai anggota blok tersebut.
Ukraina adalah bekas negara Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Aliansi Barat menyangkal hal itu menimbulkan ancaman bagi Rusia.
Ada kekhawatiran bahwa intervensi militer Rusia dapat memicu perang yang lebih berdarah daripada konflik di Ukraina timur yang telah menelan 14.000 nyawa.
(sya)
tulis komentar anda