Giliran Rusia Tuduh Amerika Cs Rencanakan Provokasi di Ukraina
Kamis, 20 Januari 2022 - 18:57 WIB
MOSKOW - Rusia menuduh Barat merencanakan provokasi di Ukraina dan menyalahkan Moskow atas rencana aksi militer agresif di negara tetangganya itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh bahwa klaim Kiev dan Barat tentang serangan Rusia yang akan segera terjadi di Ukraina adalah kedok untuk melakukan provokasi skala besar mereka sendiri, termasuk yang bersifat militer.
“Mereka mungkin memiliki konsekuensi yang sangat tragis bagi keamanan regional dan global,” kata Zakharova seperti dilansir dari AP, Kamis (20/1/2022).
Dia menunjuk pada pengiriman senjata ke Ukraina oleh pesawat angkut militer Inggris dalam beberapa hari terakhir. Zakharova mengklaim bahwa Ukraina menganggap bantuan militer Barat sebagai pemegang wewenang penuh untuk operasi militer di Donbas.
Donbas, yang terletak di Ukraina timur, berada di bawah kendali separatis pro Rusia yang telah memerangi pasukan Ukraina selama hampir delapan tahun, konflik yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Tudingan ini seolah membalas tuduhan media Amerika Serikat (AS) yang menyebut Rusia tengah merencanakan operasi bendera palsu sebagai dalih untuk menyerang Ukraina. Sebelumnya, CNN mengutip seorang pejabat AS melaporkan bahwa Rusia akan melakukan sabotase terhadap pasukan proksinya sendiri.
Ukraina mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah menerima pengiriman rudal anti-tank dari Inggris. Ukraina telah menolak klaim Moskow bahwa pihaknya merencanakan serangan untuk merebut kembali kendali atas wilayah yang dikuasai separatis di jantung industri timur negara itu.
Sementara itu, pemerintah Ukraina, AS dan sekutu NATO-nya telah menyatakan keprihatinan yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir atas penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina.
Konsentrasi sekitar 100.000 tentara Rusia di dekat Ukraina telah memicu kekhawatiran Barat bahwa Moskow siap untuk menyerang tetangganya. Presiden AS, Joe Biden, berpikir Rusia akan menginvasi Ukraina. Ia memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa negaranya akan membayar "harga yang mahal" atas nyawa yang hilang dan kemungkinan pemutusan dari sistem perbankan global jika itu terjadi .
Moskow telah berulang kali membantah memiliki rencana untuk melancarkan serangan. Tetapi mereka telah meminta satu set jaminan keamanan dari Barat yang akan mengecualikan ekspansi NATO ke Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya serta penyebaran senjata aliansi di sana.
Washington dan sekutunya dengan tegas menolak tuntutan Moskow dalam pembicaraan keamanan pekan lalu, tetapi tetap membuka pintu untuk kemungkinan pembicaraan lebih lanjut tentang pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengurangi potensi permusuhan.
Di tengah ketegangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Ukraina pada Rabu kemarin untuk meyakinkan dukungan Barat kepada Kiev.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh bahwa klaim Kiev dan Barat tentang serangan Rusia yang akan segera terjadi di Ukraina adalah kedok untuk melakukan provokasi skala besar mereka sendiri, termasuk yang bersifat militer.
“Mereka mungkin memiliki konsekuensi yang sangat tragis bagi keamanan regional dan global,” kata Zakharova seperti dilansir dari AP, Kamis (20/1/2022).
Dia menunjuk pada pengiriman senjata ke Ukraina oleh pesawat angkut militer Inggris dalam beberapa hari terakhir. Zakharova mengklaim bahwa Ukraina menganggap bantuan militer Barat sebagai pemegang wewenang penuh untuk operasi militer di Donbas.
Donbas, yang terletak di Ukraina timur, berada di bawah kendali separatis pro Rusia yang telah memerangi pasukan Ukraina selama hampir delapan tahun, konflik yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang.
Tudingan ini seolah membalas tuduhan media Amerika Serikat (AS) yang menyebut Rusia tengah merencanakan operasi bendera palsu sebagai dalih untuk menyerang Ukraina. Sebelumnya, CNN mengutip seorang pejabat AS melaporkan bahwa Rusia akan melakukan sabotase terhadap pasukan proksinya sendiri.
Ukraina mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah menerima pengiriman rudal anti-tank dari Inggris. Ukraina telah menolak klaim Moskow bahwa pihaknya merencanakan serangan untuk merebut kembali kendali atas wilayah yang dikuasai separatis di jantung industri timur negara itu.
Sementara itu, pemerintah Ukraina, AS dan sekutu NATO-nya telah menyatakan keprihatinan yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir atas penumpukan pasukan Rusia di dekat Ukraina.
Konsentrasi sekitar 100.000 tentara Rusia di dekat Ukraina telah memicu kekhawatiran Barat bahwa Moskow siap untuk menyerang tetangganya. Presiden AS, Joe Biden, berpikir Rusia akan menginvasi Ukraina. Ia memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa negaranya akan membayar "harga yang mahal" atas nyawa yang hilang dan kemungkinan pemutusan dari sistem perbankan global jika itu terjadi .
Moskow telah berulang kali membantah memiliki rencana untuk melancarkan serangan. Tetapi mereka telah meminta satu set jaminan keamanan dari Barat yang akan mengecualikan ekspansi NATO ke Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya serta penyebaran senjata aliansi di sana.
Washington dan sekutunya dengan tegas menolak tuntutan Moskow dalam pembicaraan keamanan pekan lalu, tetapi tetap membuka pintu untuk kemungkinan pembicaraan lebih lanjut tentang pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengurangi potensi permusuhan.
Di tengah ketegangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Ukraina pada Rabu kemarin untuk meyakinkan dukungan Barat kepada Kiev.
(ian)
tulis komentar anda