Invasi Ukraina, AS Sebut Rusia Siapkan Operasi Bendera Palsu
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengatakan telah mengantongi informasi yang menunjukkan Rusia telah mempersiapkan operasi bendera palsu sebagai dalih untuk melakukan invasi ke Ukraina .
Operator operasi itu dilatih dalam perang perkotaan dan menggunakan bahan peledak untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pasukan proksi Rusia sendiri.
"Militer Rusia berencana untuk memulai kegiatan ini beberapa minggu sebelum invasi militer, yang dapat dimulai antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari," kata seorang pejabat AS.
"Kami telah melihat strategi ini pada tahun 2014 di Crimea," sambungnya seperti dilansir dari CNN, Sabtu (15/1/2022).
Pejabat itu mengatakan AS juga telah melihat aktor-aktor yang terpengaruh oleh Rusia mulai mengarahkan audiensi Moskow untuk intervensi, termasuk dengan menekankan narasi tentang memburuknya hak asasi manusia di Ukraina dan meningkatnya militansi para pemimpin Ukraina.
"Selama Desember, konten berbahasa Rusia di media sosial yang mencakup ketiga narasi ini meningkat menjadi rata-rata hampir 3.500 postingan per hari, meningkat 200% dari rata-rata harian pada November," kata pejabat itu.
Pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden yakin Rusia dapat mempersiapkan invasi ke Ukraina yang dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas dan kejahatan perang jika diplomasi gagal memenuhi tujuan mereka.
Pernyataan pejabat AS ini diamini oleh Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby. Menurutnya, Departemen Pertahanan telah memiliki informasi yang kredibel yang mengindikasikan Rusia telah mempreposisikan sekelompok operator untuk melakukan operasi yang dirancang agar terlihat seperti serangan terhadap mereka atau orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina untuk menciptakan alasan bagi invasi potensial.
Operator operasi itu dilatih dalam perang perkotaan dan menggunakan bahan peledak untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pasukan proksi Rusia sendiri.
"Militer Rusia berencana untuk memulai kegiatan ini beberapa minggu sebelum invasi militer, yang dapat dimulai antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari," kata seorang pejabat AS.
"Kami telah melihat strategi ini pada tahun 2014 di Crimea," sambungnya seperti dilansir dari CNN, Sabtu (15/1/2022).
Pejabat itu mengatakan AS juga telah melihat aktor-aktor yang terpengaruh oleh Rusia mulai mengarahkan audiensi Moskow untuk intervensi, termasuk dengan menekankan narasi tentang memburuknya hak asasi manusia di Ukraina dan meningkatnya militansi para pemimpin Ukraina.
"Selama Desember, konten berbahasa Rusia di media sosial yang mencakup ketiga narasi ini meningkat menjadi rata-rata hampir 3.500 postingan per hari, meningkat 200% dari rata-rata harian pada November," kata pejabat itu.
Pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden yakin Rusia dapat mempersiapkan invasi ke Ukraina yang dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas dan kejahatan perang jika diplomasi gagal memenuhi tujuan mereka.
Pernyataan pejabat AS ini diamini oleh Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby. Menurutnya, Departemen Pertahanan telah memiliki informasi yang kredibel yang mengindikasikan Rusia telah mempreposisikan sekelompok operator untuk melakukan operasi yang dirancang agar terlihat seperti serangan terhadap mereka atau orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina untuk menciptakan alasan bagi invasi potensial.