Puluhan Pengunjuk Rasa dan 12 Polisi Tewas di Kazakhstan, 1 Dipenggal
Kamis, 06 Januari 2022 - 16:59 WIB
Kazakhstan telah diguncang oleh meningkatnya aksi protes yang dimulai pada hari Minggu atas kenaikan tajam harga bahan bakar gas cair. Protes dimulai di barat negara itu tetapi menyebar ke Almaty dan ibu kota Nur-Sultan.
Pada awal tahun, harga gas yang disebut LPG naik sekitar dua kali lipat karena pemerintah menarik diri dari kontrol harga sebagai bagian dari upaya untuk beralih ke ekonomi pasar.
Pada hari Rabu, Tokayev berjanji untuk mengambil tindakan keras untuk memadamkan kerusuhan dan menyatakan keadaan darurat selama dua minggu untuk seluruh negeri, memperluas pengumuman sebelumnya yang hanya diperuntukan ibu kota Nur-Sultan dan kota terbesar Almaty yang memberlakukan jam malam dan pembatasan pergerakan ke dalam dan sekitar wilayah perkotaan.
Setelah demonstrasi menyebar ke Nur-Sultan dan Almaty, kabinet pemerintah mengumumkan pengunduran dirinya. Namun Tokayev mengatakan para menteri akan tetap dalam peran mereka sampai Kabinet baru terbentuk, sehingga tidak pasti apakah pengunduran diri akan berdampak signifikan.
Meskipun aksi protes dimulai oleh kenaikan harga bahan bakar, namun ukuran dan cepatnya menyebar aksi protes menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintah yang berada di bawah kekuasaan partai yang sama sejak merdeka dari Uni Soviet pada tahun 1991.
Selain itu, aksi protes ini tidak ada yang memimpin dan isu yang diangkat pun tidak seragam. Sebagian demonstran meneriakkan "orang tua pergi", merujuk pada Nursultan Nazarbayev, presiden pertama negara itu yang terus memiliki pengaruh besar setelah pengunduran dirinya pada 2019.
Nazarbayev mendominasi politik Kazakhstan dan pemerintahannya ditandai oleh kultus kepribadian yang moderat. Kritikus mengatakan dia secara efektif melembagakan sistem klan di pemerintahan.
Tokayev mengklaim kerusuhan itu dipimpin oleh "kelompok teroris" yang telah menerima bantuan dari negara lain yang tidak disebutkan namanya.
Pada awal tahun, harga gas yang disebut LPG naik sekitar dua kali lipat karena pemerintah menarik diri dari kontrol harga sebagai bagian dari upaya untuk beralih ke ekonomi pasar.
Pada hari Rabu, Tokayev berjanji untuk mengambil tindakan keras untuk memadamkan kerusuhan dan menyatakan keadaan darurat selama dua minggu untuk seluruh negeri, memperluas pengumuman sebelumnya yang hanya diperuntukan ibu kota Nur-Sultan dan kota terbesar Almaty yang memberlakukan jam malam dan pembatasan pergerakan ke dalam dan sekitar wilayah perkotaan.
Setelah demonstrasi menyebar ke Nur-Sultan dan Almaty, kabinet pemerintah mengumumkan pengunduran dirinya. Namun Tokayev mengatakan para menteri akan tetap dalam peran mereka sampai Kabinet baru terbentuk, sehingga tidak pasti apakah pengunduran diri akan berdampak signifikan.
Baca Juga
Meskipun aksi protes dimulai oleh kenaikan harga bahan bakar, namun ukuran dan cepatnya menyebar aksi protes menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintah yang berada di bawah kekuasaan partai yang sama sejak merdeka dari Uni Soviet pada tahun 1991.
Selain itu, aksi protes ini tidak ada yang memimpin dan isu yang diangkat pun tidak seragam. Sebagian demonstran meneriakkan "orang tua pergi", merujuk pada Nursultan Nazarbayev, presiden pertama negara itu yang terus memiliki pengaruh besar setelah pengunduran dirinya pada 2019.
Nazarbayev mendominasi politik Kazakhstan dan pemerintahannya ditandai oleh kultus kepribadian yang moderat. Kritikus mengatakan dia secara efektif melembagakan sistem klan di pemerintahan.
Tokayev mengklaim kerusuhan itu dipimpin oleh "kelompok teroris" yang telah menerima bantuan dari negara lain yang tidak disebutkan namanya.
tulis komentar anda