Disambangi Menlu Denmark, Retno Bahas Sawit hingga Kontra Terorisme
Senin, 22 November 2021 - 15:17 WIB
Sebelum pandemi, Indonesia dan Denmark berbisnis kelapa sawit dengan nilai yang melonjak dari USD39,2 juta pada tahun 2015 menjadi USD73,5 juta pada tahun 2019.
"Kami sepakat untuk terus mendukung kontribusi positif kelapa sawit berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi. Saya menghargai Denmark atas dukungannya terhadap penghapusan perlakuan diskriminatif terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya kelapa sawit," ujarnya.
Bidang kerja sama lain yang dibahas kedua Menlu itu adalah peningkatan kapasitas bagi wirausahawan pemula, termasuk pada penggunaan ICT oleh start-up.
Sedangkan soal kerja sama investasi, Retno berharap penandatanganan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kerja sama keuangan dan investasi, khususnya di bidang ICT, energi, transportasi dan
logistik, maritim, serta pertahanan.
Selanjutnya, kedua Menlu membahas perihal "kemitraan hijau". Indonesia dan Denmark berbagi pentingnya implementasi efektif Perjanjian Paris dan Pakta Iklim Glasgow.
Menurut Retno, itu sudah tercermin dengan baik dalam Kerja Sama Sektor Strategis (SSC) kedua pihak dalam mempromosikan pertumbuhan hijau yang berkelanjutan.
"Pertumbuhan berkelanjutan bukan lagi pilihan. Ini adalah suatu keharusan. Karena itu, saya sangat senang melihat kerja sama kami dalam pengurangan emisi gas rumah kaca," katanya.
Retno mengatakan pihaknya menyambut baik minat perusahaan Denmark untuk berinvestasi ibu kota baru Indonesia di masa depan.
Terkait pembahasan isu kontra terorisme, Denmark telah menjanjikan kontribusi mereka untuk mendukung Jakarta Center for Law Eforcement and Cooperation (JCLEC) untuk mencegah dan melawan kekerasan terorisme dan ekstremisme melalui berbagai
"Kami sepakat untuk terus mendukung kontribusi positif kelapa sawit berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi. Saya menghargai Denmark atas dukungannya terhadap penghapusan perlakuan diskriminatif terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya kelapa sawit," ujarnya.
Bidang kerja sama lain yang dibahas kedua Menlu itu adalah peningkatan kapasitas bagi wirausahawan pemula, termasuk pada penggunaan ICT oleh start-up.
Sedangkan soal kerja sama investasi, Retno berharap penandatanganan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kerja sama keuangan dan investasi, khususnya di bidang ICT, energi, transportasi dan
logistik, maritim, serta pertahanan.
Selanjutnya, kedua Menlu membahas perihal "kemitraan hijau". Indonesia dan Denmark berbagi pentingnya implementasi efektif Perjanjian Paris dan Pakta Iklim Glasgow.
Menurut Retno, itu sudah tercermin dengan baik dalam Kerja Sama Sektor Strategis (SSC) kedua pihak dalam mempromosikan pertumbuhan hijau yang berkelanjutan.
"Pertumbuhan berkelanjutan bukan lagi pilihan. Ini adalah suatu keharusan. Karena itu, saya sangat senang melihat kerja sama kami dalam pengurangan emisi gas rumah kaca," katanya.
Retno mengatakan pihaknya menyambut baik minat perusahaan Denmark untuk berinvestasi ibu kota baru Indonesia di masa depan.
Terkait pembahasan isu kontra terorisme, Denmark telah menjanjikan kontribusi mereka untuk mendukung Jakarta Center for Law Eforcement and Cooperation (JCLEC) untuk mencegah dan melawan kekerasan terorisme dan ekstremisme melalui berbagai
tulis komentar anda