Disambangi Menlu Denmark, Retno Bahas Sawit hingga Kontra Terorisme
Senin, 22 November 2021 - 15:17 WIB
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Denmark Jeppe Kofod berkunjung ke Indonesia . Diplomat Eropa ini membahas berbagai isu saat menemui Menlu Indonesia Retno Lestri Priansari Marsudi, Senin (22/11/2021).
Ini adalah kunjungan resmi pertama Menlu Kofod ke Indonesia. Selain menemui Retno, diplomat Denmark yang membawa 13 delegasi bisnis itu juga menemui beberapa pemangku kepentingan di Indonesia.
"Indonesia dan Denmark berbagi kemitraan strategis yang terus berkembang berdasarkan saling menghormati dan menguntungkan," kata Retno, sembari mengucapkan selamat kepada Menlu Kofod atas peresmian Konsulat Kehormatan Denmark di Surabaya, kemarin.
Reto mengaku dirinya dan Menlu Kofod menandatangani dua perjanjian, yakni Rencana Aksi (PoA) Indonesia-Denmark: Kemitraan Strategis Berkelanjutan untuk Masa Depan Periode2021-2024, dan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur.
"Kami yakin bahwa PoA yang diperbarui akan memungkinkan kami untuk menghasilkan kolaborasi yang lebih konkret antara kedua
negara," ujar Retno dalam pernyataan bersama Menlu Kofod.
Retno menyampaikan beberapa pembahasan dengan Kofod selama pertemuan hari ini. Beberapa isu yang dibahas salah satunya adalah tentang pemulihan ekonomi.
"Menteri Kofod dan saya sepakat untuk memperkuat kerja sama untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Denmark adalah mitra terbesar kedua Indonesiauntuk kawasan Nordik dalam perdagangan, investasi dan pariwisata," kata Retno.
Sebelum pandemi, Indonesia dan Denmark berbisnis kelapa sawit dengan nilai yang melonjak dari USD39,2 juta pada tahun 2015 menjadi USD73,5 juta pada tahun 2019.
"Kami sepakat untuk terus mendukung kontribusi positif kelapa sawit berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi. Saya menghargai Denmark atas dukungannya terhadap penghapusan perlakuan diskriminatif terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya kelapa sawit," ujarnya.
Bidang kerja sama lain yang dibahas kedua Menlu itu adalah peningkatan kapasitas bagi wirausahawan pemula, termasuk pada penggunaan ICT oleh start-up.
Sedangkan soal kerja sama investasi, Retno berharap penandatanganan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kerja sama keuangan dan investasi, khususnya di bidang ICT, energi, transportasi dan
logistik, maritim, serta pertahanan.
Selanjutnya, kedua Menlu membahas perihal "kemitraan hijau". Indonesia dan Denmark berbagi pentingnya implementasi efektif Perjanjian Paris dan Pakta Iklim Glasgow.
Menurut Retno, itu sudah tercermin dengan baik dalam Kerja Sama Sektor Strategis (SSC) kedua pihak dalam mempromosikan pertumbuhan hijau yang berkelanjutan.
"Pertumbuhan berkelanjutan bukan lagi pilihan. Ini adalah suatu keharusan. Karena itu, saya sangat senang melihat kerja sama kami dalam pengurangan emisi gas rumah kaca," katanya.
Retno mengatakan pihaknya menyambut baik minat perusahaan Denmark untuk berinvestasi ibu kota baru Indonesia di masa depan.
Terkait pembahasan isu kontra terorisme, Denmark telah menjanjikan kontribusi mereka untuk mendukung Jakarta Center for Law Eforcement and Cooperation (JCLEC) untuk mencegah dan melawan kekerasan terorisme dan ekstremisme melalui berbagai
program peningkatan kapasitas kolaboratif.
"Saya menyambut baik dukungan lanjutan Denmark terhadap JCLEC, melalui penandatanganan Peace and Stabilisation Engagement Document. Kontribusi USD763.000 akan diberikan kepada JCLEC untuk periode 2021-2023," kata Retno.
Ini adalah kunjungan resmi pertama Menlu Kofod ke Indonesia. Selain menemui Retno, diplomat Denmark yang membawa 13 delegasi bisnis itu juga menemui beberapa pemangku kepentingan di Indonesia.
"Indonesia dan Denmark berbagi kemitraan strategis yang terus berkembang berdasarkan saling menghormati dan menguntungkan," kata Retno, sembari mengucapkan selamat kepada Menlu Kofod atas peresmian Konsulat Kehormatan Denmark di Surabaya, kemarin.
Reto mengaku dirinya dan Menlu Kofod menandatangani dua perjanjian, yakni Rencana Aksi (PoA) Indonesia-Denmark: Kemitraan Strategis Berkelanjutan untuk Masa Depan Periode2021-2024, dan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur.
"Kami yakin bahwa PoA yang diperbarui akan memungkinkan kami untuk menghasilkan kolaborasi yang lebih konkret antara kedua
negara," ujar Retno dalam pernyataan bersama Menlu Kofod.
Retno menyampaikan beberapa pembahasan dengan Kofod selama pertemuan hari ini. Beberapa isu yang dibahas salah satunya adalah tentang pemulihan ekonomi.
"Menteri Kofod dan saya sepakat untuk memperkuat kerja sama untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Denmark adalah mitra terbesar kedua Indonesiauntuk kawasan Nordik dalam perdagangan, investasi dan pariwisata," kata Retno.
Sebelum pandemi, Indonesia dan Denmark berbisnis kelapa sawit dengan nilai yang melonjak dari USD39,2 juta pada tahun 2015 menjadi USD73,5 juta pada tahun 2019.
"Kami sepakat untuk terus mendukung kontribusi positif kelapa sawit berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi. Saya menghargai Denmark atas dukungannya terhadap penghapusan perlakuan diskriminatif terhadap produk pertanian Indonesia, khususnya kelapa sawit," ujarnya.
Bidang kerja sama lain yang dibahas kedua Menlu itu adalah peningkatan kapasitas bagi wirausahawan pemula, termasuk pada penggunaan ICT oleh start-up.
Sedangkan soal kerja sama investasi, Retno berharap penandatanganan MoU Pembiayaan Proyek Infrastruktur dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kerja sama keuangan dan investasi, khususnya di bidang ICT, energi, transportasi dan
logistik, maritim, serta pertahanan.
Selanjutnya, kedua Menlu membahas perihal "kemitraan hijau". Indonesia dan Denmark berbagi pentingnya implementasi efektif Perjanjian Paris dan Pakta Iklim Glasgow.
Menurut Retno, itu sudah tercermin dengan baik dalam Kerja Sama Sektor Strategis (SSC) kedua pihak dalam mempromosikan pertumbuhan hijau yang berkelanjutan.
"Pertumbuhan berkelanjutan bukan lagi pilihan. Ini adalah suatu keharusan. Karena itu, saya sangat senang melihat kerja sama kami dalam pengurangan emisi gas rumah kaca," katanya.
Retno mengatakan pihaknya menyambut baik minat perusahaan Denmark untuk berinvestasi ibu kota baru Indonesia di masa depan.
Terkait pembahasan isu kontra terorisme, Denmark telah menjanjikan kontribusi mereka untuk mendukung Jakarta Center for Law Eforcement and Cooperation (JCLEC) untuk mencegah dan melawan kekerasan terorisme dan ekstremisme melalui berbagai
program peningkatan kapasitas kolaboratif.
"Saya menyambut baik dukungan lanjutan Denmark terhadap JCLEC, melalui penandatanganan Peace and Stabilisation Engagement Document. Kontribusi USD763.000 akan diberikan kepada JCLEC untuk periode 2021-2023," kata Retno.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda