Diplomasi Nuklir Iran Gagal, Timur Tengah Bisa Bernasib Seperti Semenanjung Korea

Minggu, 24 Oktober 2021 - 13:32 WIB
IAEA memperingatkan kegagalan diplomasi nuklir Iran akan membuat Timur Tengah menghadapi skenario yang mirip dengan Korea Utara (Korut). Foto/Ilustrasi
JENEWA - Kepala badan pengawas atom PBB Rafael Grossi memperingatkan bahwa jika diplomasi nuklir dengan Iran berujung kegagalan, Timur Tengah mungkin menghadapi skenario yang mirip dengan Korea Utara (Korut).

Agen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) diusir dari Korut pada tahun 2009 dan sekarang negara itu diyakini memiliki puluhan senjata nuklir.

“Kasus (Korea Utara) harus mengingatkan kita tentang apa yang mungkin terjadi jika upaya diplomatik salah,” ujar Direktur Jenderal IAEA dalam sebuah wawancara dengan NBC News.

“Ini adalah contoh yang jelas, ini adalah indikasi, itu adalah suar. Jika diplomasi gagal, Anda mungkin dihadapkan pada situasi yang akan memiliki dampak politik yang sangat besar di Timur Tengah dan sekitarnya,” tambah Grossi seperti dikutip dari Al Arabiya, Minggu (24/10/2021).





Menurut Grossi, program pemantauan IAEA di Iran tidak lagi utuh setelah Teheran menolak untuk memperbaiki kamera di fasilitas nuklir. Ia menambahkan bahwa pengawas PBB mungkin tidak dapat merekonstruksi gambaran tentang apa yang dilakukan Iran.

Iran mengatakan pada bulan September bahwa pihaknya menolak untuk memberikan IAEA akses ke kamera pengintai di fasilitas nuklirnya.

Grossi juga menekankan bahwa dia tidak dapat menjalin komunikasi langsung dengan pemerintah Iran sejak Ebrahim Raisi menjadi presiden pada Juni lalu.



Para ahli percaya Raisi telah menumpuk dek dengan menunjuk pejabat pemerintah garis keras untuk menekan Amerika Serikat (AS) agar membuat konsesi yang menguntungkan Teheran dalam pembicaraan mengenai menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan.

Pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir yang ditarik oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 telah terhenti di bawah Raisi dan Washington telah berulang kali menyatakan bahwa kesabarannya menipis dan mengancam menggunakan "Rencana B" yang ambigu jika diplomasi gagal.

“Saya belum pernah berbicara dengan menteri luar negeri yang baru. Saya berharap dapat memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya segera karena itu sangat penting...jadi ketika ada masalah, ketika ada kesalahpahaman, ketika ada ketidaksepakatan, kita bisa membicarakannya," kata Grossi.

"Saya dulu memilikinya, dan saya akan menganggapnya sebagai hal yang normal,” pungkasnya.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More