Kerabat Korban Serangan Drone Kabul Tolak Permintaan Maaf AS
Minggu, 19 September 2021 - 16:10 WIB
KABUL - Kerabat korban serangan drone Amerika Serikat (AS) di Kabul, Afghanistan menolak permintaan maaf Washington. AS mengakui bahwa serangan drone yang mereka lakukan di dekat bandara Kabul pada 29 Agustus lalu menewaskan warga sipil dan bukan anggota ISIS-K.
Sepuluh warga sipil, termasuk seorang pekerja bantuan dan tujuh anak-anak tewas dalam serangan tersebut.
Mohammad Nasim, paman dari Zamari Ahmadi, pekerja kemanusiaan yang menjadi korban serangan drone AS mengatakan, dia tidak bisa menerima permintaan maaf dari AS.
“Ini tidak dapat diterima oleh kami. AS harus mengakuinya sebagai kejahatan perang,” kata Nasim dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (19/9/2021).
“Sejak serangan drone, AS telah gagal untuk menghubungi keluarga dan sementara sekarang telah mengeluarkan permintaan maaf. Mereka yang tewas tidak dapat kembali, dan menerima kesalahan tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diterima," sambungnya.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah di bawah hukum internasional.
Romal Ahmadi, yang kehilangan ketiga anaknya, termasuk bayi yang sedang menyusui, serta saudara laki-lakinya dalam serangan itu, juga mengatakan dia tidak bisa menerima permintaan maaf AS.
“AS membunuh orang yang tidak bersalah dan mereka harus datang kepada saya, dan meminta maaf dan menyampaikan belasungkawa,” ucapnya.
Sementara itu, kepala Komando Pusat AS, Frank McKenzie mengatakan pihaknya sedang "menjajaki kemungkinan" untuk melakukan pembayaran reparasi kepada keluarga korban serangan tersebut.
Sepuluh warga sipil, termasuk seorang pekerja bantuan dan tujuh anak-anak tewas dalam serangan tersebut.
Mohammad Nasim, paman dari Zamari Ahmadi, pekerja kemanusiaan yang menjadi korban serangan drone AS mengatakan, dia tidak bisa menerima permintaan maaf dari AS.
“Ini tidak dapat diterima oleh kami. AS harus mengakuinya sebagai kejahatan perang,” kata Nasim dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (19/9/2021).
“Sejak serangan drone, AS telah gagal untuk menghubungi keluarga dan sementara sekarang telah mengeluarkan permintaan maaf. Mereka yang tewas tidak dapat kembali, dan menerima kesalahan tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diterima," sambungnya.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah di bawah hukum internasional.
Romal Ahmadi, yang kehilangan ketiga anaknya, termasuk bayi yang sedang menyusui, serta saudara laki-lakinya dalam serangan itu, juga mengatakan dia tidak bisa menerima permintaan maaf AS.
“AS membunuh orang yang tidak bersalah dan mereka harus datang kepada saya, dan meminta maaf dan menyampaikan belasungkawa,” ucapnya.
Sementara itu, kepala Komando Pusat AS, Frank McKenzie mengatakan pihaknya sedang "menjajaki kemungkinan" untuk melakukan pembayaran reparasi kepada keluarga korban serangan tersebut.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda