Terungkap, Pembajak 9/11 asal Saudi Beraksi dengan Dukungan di AS
Senin, 06 September 2021 - 09:29 WIB
WASHINGTON - Dua warga Arab Saudi pembajak pesawat dalam serangan 11 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat (AS) diketahui beraksi dengan dukungan jaringan yang bermarkas di Amerika. Informasi terbaru ini diungkap mantan agen FBI Danny Gonzalez.
Gonzalez pernah bekerja dalam operasi penyelidikan serangan 9/11 yang dikenal sebagai "Operation Encore".
Dua pembajak pesawat komersial yang melakukan serangan 9/11 di AS merupakan warga Arab Saudi bernama Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar. Namun keduanya tinggal di San Diego sampai serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang itu terjadi.
Gonzalez angkat bicara setelah Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif pada Jumat pekan lalu yang mengarahkan Departemen Kehakiman untuk mengawasi tinjauan deklasifikasi beberapa dokumen yang terkait dengan serangan 9/11.
Perintah Biden itu keluar setelah ada tekanan dari keluarga korban serangan 9/11 yang menuntut untuk mengetahui apakah Arab Saudi membantu para pembajak. Perintah tersebut mengharuskan Jaksa Agung untuk merilis dokumen yang tidak diklasifikasikan dalam enam bulan ke depan.
Meskipun bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk merilis dokumen, Gonzalez mengatakan kepada CBS News bahwa dia yakin dua pembajak pesawat itu memiliki jaringan dukungan yang berbasis di AS.
"19 pembajak tidak dapat melakukan 3.000 pembunuhan massal sendirian," kata Gonzalez dalam wawancara televisi pertamanya tentang penyelidikan tersebut.
"Berdasarkan apa yang Anda temukan, apakah Anda yakin ada jaringan dukungan domestik untuk para pembajak?" tanya koresponden investigasi senior CBS News, Catherine Herridge, kepada Gonzalez.
Gonzalez pernah bekerja dalam operasi penyelidikan serangan 9/11 yang dikenal sebagai "Operation Encore".
Dua pembajak pesawat komersial yang melakukan serangan 9/11 di AS merupakan warga Arab Saudi bernama Nawaf al-Hazmi dan Khalid al-Mihdhar. Namun keduanya tinggal di San Diego sampai serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang itu terjadi.
Gonzalez angkat bicara setelah Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif pada Jumat pekan lalu yang mengarahkan Departemen Kehakiman untuk mengawasi tinjauan deklasifikasi beberapa dokumen yang terkait dengan serangan 9/11.
Perintah Biden itu keluar setelah ada tekanan dari keluarga korban serangan 9/11 yang menuntut untuk mengetahui apakah Arab Saudi membantu para pembajak. Perintah tersebut mengharuskan Jaksa Agung untuk merilis dokumen yang tidak diklasifikasikan dalam enam bulan ke depan.
Meskipun bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk merilis dokumen, Gonzalez mengatakan kepada CBS News bahwa dia yakin dua pembajak pesawat itu memiliki jaringan dukungan yang berbasis di AS.
"19 pembajak tidak dapat melakukan 3.000 pembunuhan massal sendirian," kata Gonzalez dalam wawancara televisi pertamanya tentang penyelidikan tersebut.
"Berdasarkan apa yang Anda temukan, apakah Anda yakin ada jaringan dukungan domestik untuk para pembajak?" tanya koresponden investigasi senior CBS News, Catherine Herridge, kepada Gonzalez.
Lihat Juga :
tulis komentar anda