Kuasai Emas Afghanistan Rp14.431 Triliun, Taliban Bisa Jadi Kekuatan Ekonomi Dunia
Jum'at, 27 Agustus 2021 - 00:01 WIB
KABUL - Taliban sekarang mengusai deposit bijih besi, tembaga, lithium dan emas di Afghanistan senilai USD1 triliun (lebih dari Rp14.431 triliun). Kekayaan yang sangat besar itu dapat mendanai dan memenangkan perang mereka selama beberapa dekade mendatang.
Butuh waktu kurang dari dua minggu bagi Taliban untuk menguasai Afghanistan lagi setelah pasukan Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya mundur. Kelompok itu secara resmi mengambil alih negara Afghanistan pekan lalu.
Ini memicu beberapa adegan yang berkonfrontasi termasuk orang-orang putus asa yang jatuh dari sayap pesawat saat mereka mencoba melarikan diri. Ada juga pemandangan sekitar 640 orang berdesakan di ruang kargo pesawat saat mereka melarikan diri.
Sekarang setelah Taliban mengendalikan negara itu, yang menurut perkiraan Pentagon memiliki deposit bijih besi, tembaga, hingga emas bernilai lebih dari USD1 triliun.
Itu prospek yang menakutkan mengingat mereka berhasil memenangkan perang hanya dengan modal USD1,6 miliar (lebih dari Rp23 triliun).
Menurut para pejabat militer AS, yang dilansir news.com.au, Kamis (26/8/2021), jumlah nilai kekayaan Taliban akan meningkat hampir 1.000 kali lipat di tahun-tahun mendatang karena mengeksploitasi deposit mineral yang kaya di negara itu.
Seorang ahli mengatakan hanya perlu satu dekade bagi Taliban untuk menjadi kekuatan ekonomi.
Di masa lalu, korupsi, keterpencilan dan ancaman pemberontakan telah mempersulit penggalian mineral berharga dari tanah Afghanistan.
Tapi itu diperkirakan akan berubah dengan faksi-faksi Afghanistan bersatu di bawah Taliban.
Said Mirzad dari US Geological Survey mengatakan kawasan itu bisa dengan cepat melihat ledakan ekonomi.
“Jika Afghanistan memiliki beberapa tahun ketenangan, memungkinkan pengembangan sumber daya mineralnya, itu bisa menjadi salah satu negara terkaya di kawasan itu dalam satu dekade,” tulisnya di Science Magazine pada tahun 2010.
Provinsi-provinsi Afghanistan dibumbui dengan besi, tembaga, dan emas.
Negara itu juga diyakini memiliki salah satu simpanan lithium terbesar di dunia–yang dibutuhkan untuk baterai di mobil listrik.
Menurut Badan Energi Internasional, permintaan dunia untuk lithium diperkirakan akan tumbuh lebih dari 40 kali lipat pada tahun 2040 karena mobil listrik menjadi lebih banyak dibeli.
Industri pertambangan Afghanistan tidak mencapai potensi penuhnya saat ini, dengan CNN melaporkan bahwa mineral hanya menghasilkan USD1 miliar untuk negara itu per tahun.
Taliban sebenarnya sudah menghasilkan uang dari pertambangan sebelum naik ke tampuk kekuasaan, tetapi tidak sebanyak itu.
Menambang bijih besi, marmer, tembaga, emas, seng, dan logam lainnya serta mineral tanah jarang di pegunungan di Afghanistan menghasilkan pendapatan bagi Taliban sekitar USD334,6 juta per tahun. Angka itu menurut perkiraan NATO.
Kelompok ini telah memiliki kekayaan USD1,5 miliar dari bisnis obat-obatan, sumbangan dan real estate dan jumlah itu akan terus bertambah.
Angka-angka itu bukan karena Taliban sendiri yang menambang–itu dari perusahaan yang membayar kelompok itu agar tidak mengganggu dan malah membiarkan mereka tetap beroperasi.
Kelompok itu juga telah meraup USD416 juta dari perdagangan opium dan sumbangan amal senilai USD240 pada tahun lalu.
Ekspor juga menambahkan USD240 juta ke saldo bank Taliban, sementara real estate menyumbang USD80 juta. Itu merupakan angka hitungan pakar keuangan Taliban Hanif Sufizada dari Universitas Nebraska Omaha.
Butuh waktu kurang dari dua minggu bagi Taliban untuk menguasai Afghanistan lagi setelah pasukan Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya mundur. Kelompok itu secara resmi mengambil alih negara Afghanistan pekan lalu.
Ini memicu beberapa adegan yang berkonfrontasi termasuk orang-orang putus asa yang jatuh dari sayap pesawat saat mereka mencoba melarikan diri. Ada juga pemandangan sekitar 640 orang berdesakan di ruang kargo pesawat saat mereka melarikan diri.
Sekarang setelah Taliban mengendalikan negara itu, yang menurut perkiraan Pentagon memiliki deposit bijih besi, tembaga, hingga emas bernilai lebih dari USD1 triliun.
Itu prospek yang menakutkan mengingat mereka berhasil memenangkan perang hanya dengan modal USD1,6 miliar (lebih dari Rp23 triliun).
Menurut para pejabat militer AS, yang dilansir news.com.au, Kamis (26/8/2021), jumlah nilai kekayaan Taliban akan meningkat hampir 1.000 kali lipat di tahun-tahun mendatang karena mengeksploitasi deposit mineral yang kaya di negara itu.
Seorang ahli mengatakan hanya perlu satu dekade bagi Taliban untuk menjadi kekuatan ekonomi.
Di masa lalu, korupsi, keterpencilan dan ancaman pemberontakan telah mempersulit penggalian mineral berharga dari tanah Afghanistan.
Tapi itu diperkirakan akan berubah dengan faksi-faksi Afghanistan bersatu di bawah Taliban.
Said Mirzad dari US Geological Survey mengatakan kawasan itu bisa dengan cepat melihat ledakan ekonomi.
“Jika Afghanistan memiliki beberapa tahun ketenangan, memungkinkan pengembangan sumber daya mineralnya, itu bisa menjadi salah satu negara terkaya di kawasan itu dalam satu dekade,” tulisnya di Science Magazine pada tahun 2010.
Provinsi-provinsi Afghanistan dibumbui dengan besi, tembaga, dan emas.
Negara itu juga diyakini memiliki salah satu simpanan lithium terbesar di dunia–yang dibutuhkan untuk baterai di mobil listrik.
Menurut Badan Energi Internasional, permintaan dunia untuk lithium diperkirakan akan tumbuh lebih dari 40 kali lipat pada tahun 2040 karena mobil listrik menjadi lebih banyak dibeli.
Industri pertambangan Afghanistan tidak mencapai potensi penuhnya saat ini, dengan CNN melaporkan bahwa mineral hanya menghasilkan USD1 miliar untuk negara itu per tahun.
Taliban sebenarnya sudah menghasilkan uang dari pertambangan sebelum naik ke tampuk kekuasaan, tetapi tidak sebanyak itu.
Menambang bijih besi, marmer, tembaga, emas, seng, dan logam lainnya serta mineral tanah jarang di pegunungan di Afghanistan menghasilkan pendapatan bagi Taliban sekitar USD334,6 juta per tahun. Angka itu menurut perkiraan NATO.
Kelompok ini telah memiliki kekayaan USD1,5 miliar dari bisnis obat-obatan, sumbangan dan real estate dan jumlah itu akan terus bertambah.
Angka-angka itu bukan karena Taliban sendiri yang menambang–itu dari perusahaan yang membayar kelompok itu agar tidak mengganggu dan malah membiarkan mereka tetap beroperasi.
Kelompok itu juga telah meraup USD416 juta dari perdagangan opium dan sumbangan amal senilai USD240 pada tahun lalu.
Ekspor juga menambahkan USD240 juta ke saldo bank Taliban, sementara real estate menyumbang USD80 juta. Itu merupakan angka hitungan pakar keuangan Taliban Hanif Sufizada dari Universitas Nebraska Omaha.
(min)
tulis komentar anda