Penerjemah Afghanistan Minta Tolong Inggris: 'Taliban Akan Memenggal Saya'

Senin, 09 Agustus 2021 - 11:52 WIB
Pria Afghanistan, yang jadi penerjemah untuk militer Inggris, bersama anak-anaknya meminta bantuan agar diselamatkan dari Taliban. Foto/Sky News
KABUL - Para warga Afghanistan yang jadi penerjemah untuk militer Inggris menyampaikan permohonan untuk diselamatkan. Mereka takut akan ditangkap kelompok Taliban yang telah meningkatkan serangannya.

Inggris telah menarik sekitar 3.000 personel militernya yang dipekerjakannya di Afghanistan, tetapi program relokasi itu mendapat kecaman karena situasinya memburuk.





Inggris juga akan meninggalkan ratusan orang Afghanistan yang berjasa bagi militernya di bawah ancaman kelompok militan Taliban.

Dua pria Afghanistan yang jadi penerjemah untuk militer Inggris selama bertahun-tahun berbicara kepada Sky News, mengungkapkan ketakutan akan kehidupan mereka sendiri dan keselamatan keluarga mereka.

Keduanya adalah mantan Staf yang Dipekerjakan Secara Lokal (LES), memenuhi syarat untuk Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP) Inggris. Sebagai penerjemah, secara teori, mereka termasuk dalam kategori “exposed meaningful enabling role” yang telah diprioritaskan untuk dievakuasi.

Namun pada kenyataannya, kedua pria tersebut telah ditinggalkan sejak mereka dipecat dari dinas Inggris karena pelanggaran yang tidak ditentukan—cukup serius untuk didiskualifikasi dari ARAP—tetapi keduanya mempertahankan ketidakbersalahan mereka.

"Dalam beberapa bulan mendatang, Taliban akan menangkap saya,” kata pria berinisial N, seorang ayah dari tiga anak, kepada Sky News melalui telepon genggam.

Dia juga berbagi foto dengan anak-anaknya yang memegang plakat bertuliskan "Tolong kami pemerintah Inggris" dan "Selamatkan hidup kami, Inggris".

"Sesegera mungkin, mereka [Taliban] akan menemukan saya, mereka akan membunuh saya. Mereka [Taliban] akan membantai dan memenggal kepala saya dan keluarga saya," ujarnya.

Mantan penerjemah lainnya berinisial W, memiliki sentimen yang sama. Dia berkomunikasi dengan Sky News melalui email karena sinyal telepon yang sangat buruk dan ketidakmampuan media tersebut untuk mengirim wartawan ke daerah itu karena alasan keamanan.

Dalam beberapa hari terakhir, beberapa ibu kota provinsi jatuh ke tangan Taliban, termasuk kota terbesar kelima di negara itu, Kunduz.

“Tolong bawa perubahan dalam kebijakan Anda. Jangan tinggalkan siapa pun yang bekerja untuk pasukan Inggris,” pinta W.

"Saya benar-benar takut tentang hidup saya karena saya sudah kehilangan anggota keluarga saya. Taliban lebih kuat dari waktu lainnya...Kami merasa patah hati."



Pemerintah Inggris, bagaimanapun, bersikeras melakukan segala kemungkinan bagi warga Afghanistan yang bekerja untuk itu.

Menteri Kepatuhan Imigrasi dan Peradilan Inggris, Chris Philip, dengan tegas menolak tuduhan bahwa "birokrat dalam pemerintahan" mengabaikan kehidupan manusia.

“Sebagai sebuah bangsa, kami dikenal di seluruh dunia atas komitmen kami terhadap keadilan dan rasa kewajiban, terutama kepada mereka yang telah berdiri bersama kami melawan kekuatan tercela yang berusaha memecah belah dan mengganggu stabilitas,” kata Philip dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh The Guardian pada hari Minggu (8/8/2021).

Inggris telah membawa lebih dari 2.800 warga Afghanistan di bawah program ARAP, termasuk “1.400 tiba selama beberapa minggu terakhir saja".

"Pemerintah juga membuat banyak perubahan dalam beberapa minggu terakhir untuk mengakomodasi individu yang lebih berani, membuka skema kami untuk mereka yang mengundurkan diri, mereka yang dipecat karena semua kecuali pelanggaran serius atau kriminal,” kata Philip.

Namun, tidak ada berita positif dari menteri tentang nasib N dan W, karena mereka tampaknya termasuk dalam kategori terakhir, yang mencakup setidaknya 415 mantan LES.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More