PBB: Kelaparan Diperkirakan Meningkat di 23 Hotspot Global

Minggu, 01 Agustus 2021 - 00:01 WIB
Dua lembaga yang berbasis di Roma menyerukan tindakan kemanusiaan mendesak untuk menyelamatkan nyawa di 23 titik panas, dengan mengatakan bantuan sangat penting di lima tempat siaga tertinggi untuk mencegah kelaparan dan kematian.

“Tren yang memburuk ini sebagian besar didorong dinamika konflik, serta dampak pandemi COVID-19,” papar mereka.

“Ini termasuk lonjakan harga pangan, pembatasan pergerakan yang membatasi aktivitas pasar dan penggembala, kenaikan inflasi, penurunan daya beli, dan musim paceklik yang lebih awal dan berkepanjangan untuk tanaman pangan,” ungkap laporan itu.

FAO dan WFP mengatakan Sudan Selatan, Yaman dan Nigeria tetap pada tingkat siaga tertinggi, bergabung untuk pertama kalinya dengan Ethiopia karena Tigray dan Madagaskar selatan.

“Di Sudan Selatan, kelaparan kemungkinan besar terjadi di beberapa bagian wilayah Pibor antara Oktober dan November 2020, dan diperkirakan akan berlanjut tanpa adanya bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan tepat waktu, sementara dua daerah lainnya tetap berisiko kelaparan,” ungkap laporan itu.

“Di Yaman, risiko lebih banyak orang yang menghadapi kondisi seperti kelaparan mungkin dapat diatasi, tetapi tetap sangat rapuh. Di Nigeria, populasi di daerah yang terkena dampak konflik di timur laut mungkin berisiko mencapai tingkat kerawanan pangan bencana,” papar laporan itu.

“Sembilan negara lain juga memiliki jumlah orang yang tinggi menghadapi ketidakamanan pangan kritis ditambah dengan penyebab kelaparan yang memburuk yakni Afghanistan, Burkina Faso, Republik Afrika Tengah, Kolombia, Kongo, Haiti, Honduras, Sudan dan Suriah,” ungkap laporan itu.

Enam negara telah ditambahkan ke daftar hotspot sejak laporan badan tersebut pada Maret yakni Chad, Kolombia, Korea Utara, Myanmar, Kenya dan Nikaragua.

“Tiga negara lain yang juga menghadapi kerawanan pangan akut adalah Somalia, Guatemala dan Nigeria, sementara Venezuela tidak dimasukkan karena kurangnya data terbaru,” ungkap laporan itu.

Di Afghanistan, FAO dan WFP mengatakan 3,5 juta orang diperkirakan menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi kedua, yang ditandai dengan kekurangan gizi akut dan kematian, dari Juni hingga November.

Mereka mengatakan penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO pada awal Agustus dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan, tambahan orang terlantar dan kesulitan dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan.

Di Korea Utara yang tertutup dan berada di bawah sanksi keras PBB, badan-badan tersebut mengatakan, “Kekhawatiran meningkat atas situasi keamanan pangan karena akses yang tegang dan dampak potensial dari pembatasan perdagangan, yang dapat menyebabkan kesenjangan pangan.”

Sementara data "sangat terbatas", mereka mengatakan angka terbaru dari Biro Pusat Negara dan analisis FAO "menyoroti defisit bahan pangan yang mengkhawatirkan."
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More