Protes Pecah di Pemakaman Presiden Haiti, Para Tamu Lari Cari Perlindungan

Sabtu, 24 Juli 2021 - 01:14 WIB
Aksi protes oleh pendukung Moise telah mengguncang kota utara Cap-Haitien, kampung halaman pemimpin yang terbunuh itu selama tiga hari.

Para demonstran di Cap-Haitien melampiaskan kemarahan atas banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang pembunuhan itu, termasuk siapa yang merencanakannya dan mengapa.



"Anda kalah dalam satu pertempuran, tetapi perang belum berakhir. Kami harus menemukan keadilan bagi Anda," kata janda presiden Martine Moise dalam bahasa Kreol Haiti, wajahnya hampir tersembunyi di balik topi hitam bertepi lebar dan lengan kanannya terbungkus akibat luka dalam serangan itu.

Dia mengatakan sistem itu ditumpuk melawannya, mengutip kepentingan bisnis yang kuat yang dilihat di negara itu sebagai oligarki de facto, tanpa memberikan perincian.

"Menangis untuk keadilan. Kami tidak ingin balas dendam, kami ingin keadilan," tegasnya.

Bagi sebagian orang, pembunuhan itu merupakan pengingat akan pengaruh terus-menerus yang dimiliki aktor asing di negara termiskin di Belahan Barat itu, meskipun negara itu menjadi negara Amerika Latin dan negara bagian Karibia pertama yang merdeka dari Eropa pada awal abad ke-19.

Serangan itu dilakukan oleh kelompok yang mencakup 26 mantan tentara Kolombia, setidaknya enam di antaranya sebelumnya telah menerima pelatihan militer Amerika Serikat (AS). Orang Amerika Haiti juga termasuk di antara para tersangka.



Tentara bayaran itu menyamar sebagai agen badan anti narkoba AS, DEA, yang membantu mereka memasuki rumah Moise tanpa perlawanan dari petugas keamanannya, kata pihak berwenang. Setidaknya satu dari pria yang ditangkap, seorang warga Amerika Haiti, sebelumnya bekerja sebagai informan untuk DEA.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More