Pesawat yang Dipakai Tim Guaido Juga Angkut Para Pembunuh Presiden Haiti

Rabu, 21 Juli 2021 - 14:11 WIB
Pesawat Cessna Citation Mustang, dengan nomor ekor HI949. Foto/youtube
CARACAS - Ketika tersiar kabar bahwa Presiden Haiti Jovenel Moise telah dibunuh tim pembunuh, para pengamat dengan cepat menarik persamaan dengan upaya “Teluk Babi” 2020 untuk menculik Presiden Venezuela Nicolas Maduro oleh tentara bayaran.

Pengungkapan oleh polisi Haiti bahwa banyak dari para tersangka pelaku pembunuhan yang berasal dari Kolombia hanya memperkuat kecurigaan itu.

Menurut laporan jaringan televisi Venezuela, La Iguana, jet pribadi yang sama yang digunakan untuk mengangkut beberapa tim pembunuh yang membunuh Presiden Haiti Jovenel Moise awal bulan ini juga digunakan mengangkut pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido untuk menuju tempat negosiasi.





Guaido mengklaim sebagai presiden Venezuela untuk menggulingkan kekuasaan Maduro.



Pesawat yang dimaksud adalah jet bisnis kecil empat tempat duduk, Cessna Citation Mustang, dengan nomor ekor HI949.



Kembali pada 15 Mei 2020, ketika pesawat lepas landas dari Maquietta, Venezuela, layanan pelacak pesawat AeroNoticiasVE mencatat di Twitter bahwa pesawat yang sama telah mengangkut tim Guado ke Barbados pada September 2019 untuk pembicaraan damai dengan perwakilan dari pemerintah Presiden Venezuela Nicolas Maduro.

Pesawat ini, dilaporkan, juga mengangkut tiga tersangka anggota unit komando yang menembak mati Moise dan melukai istrinya, Martine, pada pagi hari tanggal 7 Juli di rumah mereka di pinggiran Port-au-Prince.

Salah satunya diduga Christian Emmanuel Sanon, yang disebut Polisi Nasional Haiti (PNH) sebagai dalang di balik aksi pembunuhan tersebut.

Pesawat ini dimiliki Helidosa, maskapai penerbangan di Republik Dominika. CEO Alex Castillo mengatakan dalam pernyataan yang diperoleh Haiti Libre bahwa, “Ketiga penumpang melewati semua kontrol imigrasi di bandara tempat mereka pergi dan masuk serta perusahaannya tidak memiliki sarana untuk menetapkan bahwa mereka yang menggunakan layanannya memiliki tujuan kriminal."

"Kami bukan badan keamanan, atau badan investigasi yang bisa mengetahuinya," ujar Castillo.

Dia mengungkapkan maskapainya juga bertanggung jawab mengangkut Martine Moise ke Florida untuk perawatan setelah serangan itu, serta untuk mengangkut mantan Presiden Haiti Jean-Bertrand Aristide ke Kuba bulan lalu untuk perawatan darurat COVID-19.

Dia mencatat perusahaannya memiliki 15 pesawat dan 24 helikopter.

Namun, ini bukan hubungan pertama antara plot pembunuhan dan oposisi Venezuela. Ketua Majelis Nasional Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pekan lalu bahwa CTU Security, kelompok tentara bayaran yang diduga dikontrak untuk pekerjaan itu, juga berada di balik upaya 2018 untuk membunuh Maduro dengan drone yang meledak selama dia pidato.

Dia menambahkan bahwa itu juga terkait upaya 2020 oleh tentara bayaran Silvercorp dari Amerika Serikat (AS) untuk menculik Maduro, yang dibayar oleh pemerintahan Guaido yang didukung AS.

Kepolisian Haiti telah menangkap 20 orang yang terkait rencana pembunuhan itu, 18 orang di antaranya adalah warga Kolombia dan dua di antaranya adalah warga Amerika.

Banyak dari orang Kolombia itu telah dikonfirmasi sebagai mantan personel militer, beberapa di antaranya menerima pelatihan dari militer AS sebagai bagian dari layanan mereka, sementara salah satu dari warga AS adalah mantan informan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA), agen polisi federal yang juga bekerja secara luas di Kolombia.

Pada Senin, Claude Joseph, mantan pelaksan perdana menteri yang tetap diakui sebagai pemimpin de facto Haiti oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan AS setelah pembunuhan Moise, mengumumkan dia akan mundur demi Ariel Henry, yang ditunjuk Moise untuk menggantikan Joseph hanya sehari sebelum pembunuhan.

Dengan demikian, pemerintahan baru akan memiliki perdana menteri, tetapi tidak ada presiden sampai pemilu yang dijadwalkan akhir tahun ini.

Saat berkuasa, Joseph mengimbau AS dan PBB agar mengirim pasukan untuk menjaga infrastruktur vital negara itu, tetapi sejauh ini permintaan itu ditolak, sebagian karena kurangnya kejelasan.

Namun, AS telah mengirim beberapa pejabat polisi federal untuk mengevaluasi bagaimana AS dapat membantu penyelidikan.

Selama berbulan-bulan sebelum kematian Moise, jutaan warga Haiti telah memprotes di jalan-jalan menuntut Moise mundur sesuai keputusan Pengadilan Tinggi bahwa masa jabatan presidennya telah berakhir.

Moise telah memerintah dengan dekrit sejak awal 2020 setelah mengizinkan sebagian besar masa jabatan parlemen berakhir tanpa mengadakan pemilu baru.

Dia juga merencanakan referendum konstitusi baru yang menurut para pengkritik bertujuan memperkuat kekuasaannya.

Meskipun demikian, Grup Inti Organisasi Negara-Negara Amerika terus mendukung Moise.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More