Korut: Kuba Bisa Hancurkan Intervensi AS
Sabtu, 17 Juli 2021 - 15:19 WIB
Pemerintahan Biden telah meningkatkan kemungkinan menawarkan dukungan kepada kedua negara saat mereka menghadapi prospek ekonomi yang memburuk akibat pandemi. Namun, ketika menyangkut Kuba, tinjauan kebijakan yang sedang berlangsung telah diperumit oleh letusan protes langka baru-baru ini yang dimanfaatkan Washington untuk memilih untuk mengkritik Havana.
Pernyataan Biden pada Jumat kemarin menandai apa yang disebut Gedung Putih sebagai "Pekan Captive Nations" tidak menyebutkan Korut, tetapi menargetkan Kuba bersama dengan Belarus, China, Myanmar dan Rusia.
“Kami mendengar tekad mereka yang menolak kekuasaan militer di Burma, menentang kediktatoran di Venezuela, turun ke jalan di Kuba untuk menuntut kebebasan dalam menghadapi penindasan negara yang brutal, dan mendesak untuk pemilihan umum yang bebas dan adil di Nikaragua—serta Tatar Krimea, etnis Ukraina, dan etnis dan agama minoritas lainnya yang mengalami penindasan karena menentang pendudukan ilegal Rusia di Krimea," bunyi pernyataan itu.
Dalam komentar yang mengingatkan kembali ke Perang Dingin sehari sebelumnya, baik Biden maupun sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyatakan bahwa "komunisme adalah sistem yang gagal" dan presiden lebih lanjut membahas Kuba selama konferensi pers bersamanya dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Kuba, sayangnya, adalah negara yang gagal dan menindas warganya," kata Biden.
"Ada beberapa hal yang akan kami pertimbangkan untuk dilakukan guna membantu rakyat Kuba, tetapi itu akan membutuhkan keadaan yang berbeda atau jaminan bahwa mereka tidak akan dimanfaatkan oleh pemerintah, misalnya, kemampuan untuk mengirim uang kembali ke Kuba," sambung Biden.
"Saya tidak akan melakukannya sekarang karena faktanya sangat mungkin bahwa rezim akan menyita kiriman uang itu atau sebagian besar darinya," tukasnya.
Pernyataan Biden pada Jumat kemarin menandai apa yang disebut Gedung Putih sebagai "Pekan Captive Nations" tidak menyebutkan Korut, tetapi menargetkan Kuba bersama dengan Belarus, China, Myanmar dan Rusia.
“Kami mendengar tekad mereka yang menolak kekuasaan militer di Burma, menentang kediktatoran di Venezuela, turun ke jalan di Kuba untuk menuntut kebebasan dalam menghadapi penindasan negara yang brutal, dan mendesak untuk pemilihan umum yang bebas dan adil di Nikaragua—serta Tatar Krimea, etnis Ukraina, dan etnis dan agama minoritas lainnya yang mengalami penindasan karena menentang pendudukan ilegal Rusia di Krimea," bunyi pernyataan itu.
Dalam komentar yang mengingatkan kembali ke Perang Dingin sehari sebelumnya, baik Biden maupun sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menyatakan bahwa "komunisme adalah sistem yang gagal" dan presiden lebih lanjut membahas Kuba selama konferensi pers bersamanya dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Kuba, sayangnya, adalah negara yang gagal dan menindas warganya," kata Biden.
"Ada beberapa hal yang akan kami pertimbangkan untuk dilakukan guna membantu rakyat Kuba, tetapi itu akan membutuhkan keadaan yang berbeda atau jaminan bahwa mereka tidak akan dimanfaatkan oleh pemerintah, misalnya, kemampuan untuk mengirim uang kembali ke Kuba," sambung Biden.
"Saya tidak akan melakukannya sekarang karena faktanya sangat mungkin bahwa rezim akan menyita kiriman uang itu atau sebagian besar darinya," tukasnya.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda