Timur Tengah Diprediksi Terpanggang Gelombang Panas Super 56 Derajat Celsius
Kamis, 03 Juni 2021 - 05:05 WIB
Sekretaris Jenderal WMO Profesor Petteri Taalas mengatakan, “Ini lebih dari sekadar statistik. Peningkatan suhu berarti lebih banyak es yang mencair, permukaan laut yang lebih tinggi, lebih banyak gelombang panas dan cuaca ekstrem lainnya, dan dampak yang lebih besar pada ketahanan pangan, kesehatan, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan.”
“Kami semakin mendekati target yang lebih rendah dari Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim secara terukur dan tak terhindarkan. Ini adalah peringatan lain bahwa dunia perlu mempercepat komitmen untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan mencapai netralitas karbon,” ujar dia.
“Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melacak emisi gas rumah kaca kembali ke sumbernya sebagai sarana untuk menargetkan upaya pengurangan secara tepat,” papar dia.
Menurut dia, ini juga menyoroti perlunya adaptasi iklim.
“Hanya setengah dari 193 Anggota WMO yang memiliki layanan peringatan dini yang canggih. Negara-negara harus terus mengembangkan layanan yang akan dibutuhkan untuk mendukung adaptasi di sektor sensitif iklim, seperti kesehatan, air, pertanian, dan energi terbarukan, dan mempromosikan sistem peringatan dini yang mengurangi dampak buruk dari peristiwa ekstrem,” ungkap dia.
Dalam lima tahun mendatang, suhu global rata-rata tahunan kemungkinan akan setidaknya 1 derajat Celsius lebih hangat, dalam kisaran 0,9–1,8 derajat Celsius, dibandingkan tingkat pra-industri.
Perjanjian Paris berusaha menjaga kenaikan suhu global abad ini di bawah 2 derajat Celsius. Komitmen nasional untuk mengurangi emisi saat ini masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mencapai target ini.
Tahun 2021, dan negosiasi perubahan iklim yang penting, COP26, pada November, telah secara luas digambarkan sebagai peluang "berhasil atau hancur" untuk mencegah perubahan iklim yang tidak terkendali.
“Kami semakin mendekati target yang lebih rendah dari Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim secara terukur dan tak terhindarkan. Ini adalah peringatan lain bahwa dunia perlu mempercepat komitmen untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan mencapai netralitas karbon,” ujar dia.
“Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melacak emisi gas rumah kaca kembali ke sumbernya sebagai sarana untuk menargetkan upaya pengurangan secara tepat,” papar dia.
Menurut dia, ini juga menyoroti perlunya adaptasi iklim.
“Hanya setengah dari 193 Anggota WMO yang memiliki layanan peringatan dini yang canggih. Negara-negara harus terus mengembangkan layanan yang akan dibutuhkan untuk mendukung adaptasi di sektor sensitif iklim, seperti kesehatan, air, pertanian, dan energi terbarukan, dan mempromosikan sistem peringatan dini yang mengurangi dampak buruk dari peristiwa ekstrem,” ungkap dia.
Dalam lima tahun mendatang, suhu global rata-rata tahunan kemungkinan akan setidaknya 1 derajat Celsius lebih hangat, dalam kisaran 0,9–1,8 derajat Celsius, dibandingkan tingkat pra-industri.
Perjanjian Paris berusaha menjaga kenaikan suhu global abad ini di bawah 2 derajat Celsius. Komitmen nasional untuk mengurangi emisi saat ini masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mencapai target ini.
Tahun 2021, dan negosiasi perubahan iklim yang penting, COP26, pada November, telah secara luas digambarkan sebagai peluang "berhasil atau hancur" untuk mencegah perubahan iklim yang tidak terkendali.
(sya)
tulis komentar anda