Mantan Napi Serang Kantor Polisi Prancis, Seorang Polwan Ditikam
Sabtu, 29 Mei 2021 - 05:39 WIB
PARIS - Seorang mantan narapidana yang terpapar paham radikal dan berada dalam daftar pantauan karena potensi ancaman teroris menikam seorang polisi wanita (polwan) di dalam kantornya di Prancis barat pada Jumat waktu setempat. Pelaku sendiri tewas dalam baku tembak dengan polisi.
"Korban terluka parah tetapi diperkirakan akan selamat," kata Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/5/2021).
Pelaku penyerangan sebelumnya telah dibebaskan dari penjara pada Maret lalu setelah dijatuhi hukuman delapan tahun karena kejahatan kekerasan dan berada dalam daftar otoritas keamanan untuk individu yang mungkin menimbulkan risiko terorisme.
"Dia ditandai pada 2016 karena mempraktikan Islam secara tegas, karena radikalisasi," terang Darmanin kepada wartawan setelah mengunjungi kantor polisi di Chapelle-sur-Erdre, dekat Nantes, tempat serangan itu terjadi.
Darmanin mengatakan tersangka dalam serangan hari Jumat telah didiagnosis sebagai penderita skizofrenia parah.
"Dia sedang dalam perawatan medis dan telah ditempatkan di sebuah apartemen di mana dia diawasi oleh spesialis," tambah Darmanin.
Jaksa penuntut lokal, Pierre Sennes mengatakan, tersangka sempat melarikan diri dengan mobil tetapi menabrak dan memaksa masuk ke sebuah gedung apartemen tempat dia menyandera seorang wanita muda selama lebih dari dua jam.
Menurut pihak berwenang sekitar 250 petugas terlibat dalam perburuan, menurut pihak berwenang. Tak lama setelah jam 1 siang waktu setempat, tersangka muncul ke balkon flat sanderanya dan menembaki petugas di bawahnya dengan menggunakan pistol yang dia curi dari polisi wanita yang dia tusuk.
Polisi mengatakan pelaku kemudian melarikan diri ke lapangan di mana dia menembak beberapa kali lagi ke petugas sebelum dia ditembak di perut dan meninggal tak lama kemudian.
"Peralatan elektronik milik tersangka akan diperiksa sebelum diputuskan apakah jaksa anti-terorisme Prancis akan mengambil alih penyelidikan," kata Sennes dalam konferensi pers.
Serangan itu menimbulkan memori mengerikan dari penusukan fatal terhadap seorang polwan pekerja administrasi di dekat Paris sebulan yang lalu.
Stephanie Monferme dibunuh di ambang pintu kantor polisi oleh seorang warga negara Tunisia yang telah menonton video religius Islam yang mengagungkan tindakan jihad sebelum melancarkan serangannya.
Mengatasi ancaman keamanan dalam negeri kemungkinan besar akan menjadi pusat kampanye menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Marine Le Pen, pemimpin sayap kanan dan penantang terkuat Emmanuel Macron, mengatakan presiden lemah dalam hal keamanan dan polisi membutuhkan lebih banyak perlindungan.
"Saya menolak untuk menerima bahwa serangan terhadap polisi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita pada akhirnya harus berjuang melawan kebiadaban ini dan tidak pernah, sama sekali tidak pernah, terbiasa dengan itu," tulis Le Pen di Twitter setelah serangan itu.
"Korban terluka parah tetapi diperkirakan akan selamat," kata Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (29/5/2021).
Pelaku penyerangan sebelumnya telah dibebaskan dari penjara pada Maret lalu setelah dijatuhi hukuman delapan tahun karena kejahatan kekerasan dan berada dalam daftar otoritas keamanan untuk individu yang mungkin menimbulkan risiko terorisme.
"Dia ditandai pada 2016 karena mempraktikan Islam secara tegas, karena radikalisasi," terang Darmanin kepada wartawan setelah mengunjungi kantor polisi di Chapelle-sur-Erdre, dekat Nantes, tempat serangan itu terjadi.
Darmanin mengatakan tersangka dalam serangan hari Jumat telah didiagnosis sebagai penderita skizofrenia parah.
"Dia sedang dalam perawatan medis dan telah ditempatkan di sebuah apartemen di mana dia diawasi oleh spesialis," tambah Darmanin.
Jaksa penuntut lokal, Pierre Sennes mengatakan, tersangka sempat melarikan diri dengan mobil tetapi menabrak dan memaksa masuk ke sebuah gedung apartemen tempat dia menyandera seorang wanita muda selama lebih dari dua jam.
Menurut pihak berwenang sekitar 250 petugas terlibat dalam perburuan, menurut pihak berwenang. Tak lama setelah jam 1 siang waktu setempat, tersangka muncul ke balkon flat sanderanya dan menembaki petugas di bawahnya dengan menggunakan pistol yang dia curi dari polisi wanita yang dia tusuk.
Polisi mengatakan pelaku kemudian melarikan diri ke lapangan di mana dia menembak beberapa kali lagi ke petugas sebelum dia ditembak di perut dan meninggal tak lama kemudian.
"Peralatan elektronik milik tersangka akan diperiksa sebelum diputuskan apakah jaksa anti-terorisme Prancis akan mengambil alih penyelidikan," kata Sennes dalam konferensi pers.
Serangan itu menimbulkan memori mengerikan dari penusukan fatal terhadap seorang polwan pekerja administrasi di dekat Paris sebulan yang lalu.
Stephanie Monferme dibunuh di ambang pintu kantor polisi oleh seorang warga negara Tunisia yang telah menonton video religius Islam yang mengagungkan tindakan jihad sebelum melancarkan serangannya.
Mengatasi ancaman keamanan dalam negeri kemungkinan besar akan menjadi pusat kampanye menjelang pemilihan presiden tahun depan.
Marine Le Pen, pemimpin sayap kanan dan penantang terkuat Emmanuel Macron, mengatakan presiden lemah dalam hal keamanan dan polisi membutuhkan lebih banyak perlindungan.
"Saya menolak untuk menerima bahwa serangan terhadap polisi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita pada akhirnya harus berjuang melawan kebiadaban ini dan tidak pernah, sama sekali tidak pernah, terbiasa dengan itu," tulis Le Pen di Twitter setelah serangan itu.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda