China Sebut Sebagian Besar Puing Roket Hancur di Atmosfer

Minggu, 09 Mei 2021 - 18:56 WIB
Badan antariksa China menuturkan, sebagian besar puing dan serpihan roket Long March 5B Yao-2 telah kembali masuk ke atmosfer Bumi dan hancur di Samudra Hindia. Foto/REUTERS
BEIJING - Badan antariksa China menuturkan, sebagian besar puing dan serpihan roket Long March 5B Yao-2 yang diluncurkan pekan lalutelah kembali masuk ke atmosfer Bumi dan hancur di Samudra Hindia. Pernyataan ini menyusul spekulasi tentang di mana benda seberat 18 ton itu akan jatuh.

"Setelah pemantauan dan analisis pada hari ini, puing-puing tahap terakhir dari kendaraan peluncuran Long March 5B Yao-2 telah masuk kembali ke atmosfer," kata Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China dalam sebuah pernyataan

Dalam pernyataannya, Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China juga memberikan koordinat untuk suatu titik di Samudera Hindia dekat Maladewa.

Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China, seperti dilansir Al Arabiya pada MInggu (9/5/2021), kemudian menuturkan bahwa sebagian besar segmen pecah dan hancur saat masuk kembali ke atmosfer bumi.

Hal tersebut sejatinya sesuai dengan prediksi beberapa ahli, bahwa setiap puing akan tercebur ke laut, mengingat 70 persen planet ini tertutup air.



Tetapi, masuknya kembali objek sebesar itu secara tidak terkendalike atmosfer telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan kerusakan dan korban jiwa, meskipun secara statistik peluangnya sangat rendah.

Otoritas antariksa Amerika Serikat (AS) dan Eropa termasuk di antara yang melacak orbit dari pecahan roket tersebut, dan mencoba menentukan kapan dan di mana itu akan jatuh.

Tahun lalu, puing-puing dari roket Long March lainnya jatuh di desa-desa di Pantai Gading, menyebabkan kerusakan struktural tetapi tidak ada korban luka atau kematian.

“Secara statistik masuknya kembali pecahan roket itu dan jatuh kelaut sangat besar. Tampaknya China memenangkan pertaruhannya (kecuali kita mendapat berita tentang puing-puing di Maladewa). Tapi itu masih sembrono," ucap astronom yang berbasis di Harvard, Jonathan McDowell.

McDowell kemudian mengatakan bahwa China harus mendesain ulang Long March-5B untuk menghindari skenario seperti itu.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More