Pidato Hari Quds Khamenei: Bela Palestina, Sebut Israel ‘Tumor Ganas’
Jum'at, 22 Mei 2020 - 17:01 WIB
Poin pertama mengenai tragedi besar penjarahan negara Palestina dan pembentukan "tumor ganas" rezim Zionis. Di antara kejahatan kemanusiaan pada masa-masa yang dekat dengan periode sekarang tidak ada kejahatan apapun sebesar kejahatan yang dilakukan Zionis. Penjarahan sebuah negara dan pengusiran penghuninya dari rumah dan tanah mereka untuk selamanya, dengan melakukan pembunuhan dan kejahatan yang paling kejam serta penghancuran yang terus berlanjut beberapa generasi selama puluhan tahun, jelas merupakan catatan baru kejahatan kemanusiaan.
Penyebab dan pelaku utama tragedi ini adalah pemerintah-pemerintah Barat dan kebijakan jahat mereka. Ketika negara-negara pemenang Perang Dunia I membagi kawasan Asia Barat—yaitu kawasan Asia Kekaisaran Ottoman—sebagai pampasan perang penting di antara mereka pada Konferensi Paris, mereka telah merasa membutuhkan adanya pangkalan yang aman di jantung kawasan ini guna menjamin dominasi mereka yang berkelanjutan.
Inggris sejak bertahun-tahun lalu telah mempersiapkan landasan pacu melalui prakarsa Deklarasi Balfour dengan menggandeng para pemimpin Yahudi arogan, untuk mewujudkan sebuah plot sesat bernama "Zionisme". Kini pijakan praktisnya sudah terbentang. Dari tahun-tahun itu, mereka secara bertahap menyatukan persiapan, dan akhirnya setelah Perang Dunia II, mereka melancarkan pukulannya dengan mengambil keuntungan dari kelalaian dan masalah yang dihadapi negara-negara kawasan dengan mendeklarasikan rezim palsu dan pemerintah tanpa rakyat, rezim Zionis.
Target pukulan ini pertama-tama adalah bangsa Palestina dan kemudian semua bangsa di kawasan. Dengan melihat peristiwa-peristiwa berikutnya di kawasan menunjukkan bahwa tujuan utama dan target cepat Barat dan korporasi Yahudi dari pendirian negara Zionis adalah membangun pangkalan dan menacapkan pengaruh permanen mereka di Asia Barat serta akses yang memungkinkan untuk campur tangan dan mendominasi negara-negara di kawasan.
Untuk itu, mereka melengkapi rezim palsu dan perampas (rezim Zionis Israel) dengan segala macam fasilitas yang kuat, militer dan non-militer, bahkan senjata nuklir, dan memasukkan pertumbuhan "tumor kanker ganas" ini dari Nil hingga Eufrat dalam agenda mereka.
Sayangnya, sebagian besar pemerintah Arab secara bertahap menyerah setelah perlawanan pertama mereka, yang beberapa (perlawanan itu) di antaranya sangat mengagumkan. Apalagi setelah kedatangan Amerika Serikat sebagai penjaga kepentingan ini, mereka telah melupakan tugas-tugas kemanusiaan, Islam, dan politik, serta semangat dan kebanggaan Arab-nya; dan dengan harapan palsu, mereka justru membantu musuh mewujudkan tujuannya, di mana perjanjian Camp David adalah contoh nyata dari fakta pahit tersebut.
Kelompok-kelompok pejuang, setelah melakukan beberapa perjuangan yang penuh perngorbanan pada tahun-tahun pertama, mereka secara bertahap juga terseret ke dalam negosiasi tanpa hasil dengan penjajah dan para pendukungnya, dan meninggalkan garis perjuangan yang mengarah pada realisasi cita-cita Palestina.
Bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan pemerintah-pemerintah Barat lainnya serta badan-badan Internasional yang tak berguna adalah pengalaman pahit dan gagal bagi Palestina. Menunjukkan "Cabang Zaitun" di Majelis Umum PBB tidak memiliki hasil apapun, kecuali Perjanjian Oslo yang merugikan, dan pada akhirnya berakhir dengan nasib Yasser Arafat, yang membawa banyak pelajaran.
Bangkitnya Revolusi Islam di Iran membuka babak baru dalam perjuangan Palestina. Salah satu langkah pertama adalah mengusir elemen-elemen Zionis, di mana Iran pada era taghut merupakan salah satu pangkalan paling aman mereka. Penyerahan kedutaan tidak resmi rezim Zionis kepada wakil Palestina dan penghentian pasokan minyak hingga pekerjaan-pekerjaan besar serta aktivitas politik yang luas, semua ini menyebabkan munculnya "Front Muqawama" (Front Perlawanan) di seluruh kawasan. Akhirnya, harapan untuk memecahkan masalah tumbuh dan berkembang di hati mereka.
Dengan munculnya Front Muqawama, ruang gerak rezim Zionis menjadi sulit dan semakin sulit, dan tentu saja akan jauh lebih sulit di masa depan, Insya Allah. Tetapi upaya para pendukung rezim ini, yang dipimpin oleh Amerika Serikat untuk membela dan mempertahankannya juga semakin meningkat.
Penyebab dan pelaku utama tragedi ini adalah pemerintah-pemerintah Barat dan kebijakan jahat mereka. Ketika negara-negara pemenang Perang Dunia I membagi kawasan Asia Barat—yaitu kawasan Asia Kekaisaran Ottoman—sebagai pampasan perang penting di antara mereka pada Konferensi Paris, mereka telah merasa membutuhkan adanya pangkalan yang aman di jantung kawasan ini guna menjamin dominasi mereka yang berkelanjutan.
Inggris sejak bertahun-tahun lalu telah mempersiapkan landasan pacu melalui prakarsa Deklarasi Balfour dengan menggandeng para pemimpin Yahudi arogan, untuk mewujudkan sebuah plot sesat bernama "Zionisme". Kini pijakan praktisnya sudah terbentang. Dari tahun-tahun itu, mereka secara bertahap menyatukan persiapan, dan akhirnya setelah Perang Dunia II, mereka melancarkan pukulannya dengan mengambil keuntungan dari kelalaian dan masalah yang dihadapi negara-negara kawasan dengan mendeklarasikan rezim palsu dan pemerintah tanpa rakyat, rezim Zionis.
Target pukulan ini pertama-tama adalah bangsa Palestina dan kemudian semua bangsa di kawasan. Dengan melihat peristiwa-peristiwa berikutnya di kawasan menunjukkan bahwa tujuan utama dan target cepat Barat dan korporasi Yahudi dari pendirian negara Zionis adalah membangun pangkalan dan menacapkan pengaruh permanen mereka di Asia Barat serta akses yang memungkinkan untuk campur tangan dan mendominasi negara-negara di kawasan.
Untuk itu, mereka melengkapi rezim palsu dan perampas (rezim Zionis Israel) dengan segala macam fasilitas yang kuat, militer dan non-militer, bahkan senjata nuklir, dan memasukkan pertumbuhan "tumor kanker ganas" ini dari Nil hingga Eufrat dalam agenda mereka.
Sayangnya, sebagian besar pemerintah Arab secara bertahap menyerah setelah perlawanan pertama mereka, yang beberapa (perlawanan itu) di antaranya sangat mengagumkan. Apalagi setelah kedatangan Amerika Serikat sebagai penjaga kepentingan ini, mereka telah melupakan tugas-tugas kemanusiaan, Islam, dan politik, serta semangat dan kebanggaan Arab-nya; dan dengan harapan palsu, mereka justru membantu musuh mewujudkan tujuannya, di mana perjanjian Camp David adalah contoh nyata dari fakta pahit tersebut.
Kelompok-kelompok pejuang, setelah melakukan beberapa perjuangan yang penuh perngorbanan pada tahun-tahun pertama, mereka secara bertahap juga terseret ke dalam negosiasi tanpa hasil dengan penjajah dan para pendukungnya, dan meninggalkan garis perjuangan yang mengarah pada realisasi cita-cita Palestina.
Bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan pemerintah-pemerintah Barat lainnya serta badan-badan Internasional yang tak berguna adalah pengalaman pahit dan gagal bagi Palestina. Menunjukkan "Cabang Zaitun" di Majelis Umum PBB tidak memiliki hasil apapun, kecuali Perjanjian Oslo yang merugikan, dan pada akhirnya berakhir dengan nasib Yasser Arafat, yang membawa banyak pelajaran.
Bangkitnya Revolusi Islam di Iran membuka babak baru dalam perjuangan Palestina. Salah satu langkah pertama adalah mengusir elemen-elemen Zionis, di mana Iran pada era taghut merupakan salah satu pangkalan paling aman mereka. Penyerahan kedutaan tidak resmi rezim Zionis kepada wakil Palestina dan penghentian pasokan minyak hingga pekerjaan-pekerjaan besar serta aktivitas politik yang luas, semua ini menyebabkan munculnya "Front Muqawama" (Front Perlawanan) di seluruh kawasan. Akhirnya, harapan untuk memecahkan masalah tumbuh dan berkembang di hati mereka.
Dengan munculnya Front Muqawama, ruang gerak rezim Zionis menjadi sulit dan semakin sulit, dan tentu saja akan jauh lebih sulit di masa depan, Insya Allah. Tetapi upaya para pendukung rezim ini, yang dipimpin oleh Amerika Serikat untuk membela dan mempertahankannya juga semakin meningkat.
tulis komentar anda