AS Berupaya Cegah Arab Saudi Memperoleh Bom Nuklir
Sabtu, 17 April 2021 - 14:58 WIB
Jika entitas seperti itu ditemukan, RUU tersebut akan meminta Gedung Putih untuk memberikan sanksi kepada mereka.
RUU itu juga akan menghentikan sebagian besar penjualan senjata AS ke Arab Saudi, jika diketahui bahwa kerajaan menerima bantuan dalam membangun fasilitas siklus bahan bakar nuklir yang tidak di bawah standar yang ditetapkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Arab Saudi belum menandatangani pembatasan yang sama untuk proliferasi nuklir yang dimiliki negara lain, dan negara tersebut hanya memiliki perjanjian perlindungan terbatas dengan IAEA.
Proyek Nuklir Saudi
Selama bertahun-tahun, Arab Saudi telah mencoba untuk mendiversifikasi sumber energinya sehingga dapat mengekspor lebih banyak minyaknya, daripada menjualnya di dalam negeri dengan harga bersubsidi.
Riyadh menandatangani kesepakatan dengan Beijing pada 2012 dan 2017 untuk kerjasama dalam sejumlah proyek energi nuklir, dan kerajaan tersebut telah mengerjakan dua reaktor nuklir komersial pertamanya dengan total 2,8 gigawatt.
Meningkatnya kemitraan nuklir antara kedua negara telah menimbulkan keprihatinan bagi AS. Pada Agustus lalu, badan intelijen Amerika telah menilai laporan bahwa China diam-diam membantu Arab Saudi memperluas program nuklirnya.
Badan-badan tersebut menganalisis dugaan kolaborasi antara kedua negara di situs yang tidak dideklarasikan di kerajaan, dekat dengan area produksi panel surya.
The Wall Street Journal juga melaporkan musim panas lalu bahwa situs lain yang dirahasiakan di barat laut negara itu sedang digunakan untuk mengekstrak kue kuning uranium dari bijih uranium—langkah lebih lanjut menuju pengembangan bahan bakar nuklir yang dapat menempatkan kerajaan di jalur pengembangan senjata nuklir.
RUU itu juga akan menghentikan sebagian besar penjualan senjata AS ke Arab Saudi, jika diketahui bahwa kerajaan menerima bantuan dalam membangun fasilitas siklus bahan bakar nuklir yang tidak di bawah standar yang ditetapkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Arab Saudi belum menandatangani pembatasan yang sama untuk proliferasi nuklir yang dimiliki negara lain, dan negara tersebut hanya memiliki perjanjian perlindungan terbatas dengan IAEA.
Proyek Nuklir Saudi
Selama bertahun-tahun, Arab Saudi telah mencoba untuk mendiversifikasi sumber energinya sehingga dapat mengekspor lebih banyak minyaknya, daripada menjualnya di dalam negeri dengan harga bersubsidi.
Riyadh menandatangani kesepakatan dengan Beijing pada 2012 dan 2017 untuk kerjasama dalam sejumlah proyek energi nuklir, dan kerajaan tersebut telah mengerjakan dua reaktor nuklir komersial pertamanya dengan total 2,8 gigawatt.
Meningkatnya kemitraan nuklir antara kedua negara telah menimbulkan keprihatinan bagi AS. Pada Agustus lalu, badan intelijen Amerika telah menilai laporan bahwa China diam-diam membantu Arab Saudi memperluas program nuklirnya.
Badan-badan tersebut menganalisis dugaan kolaborasi antara kedua negara di situs yang tidak dideklarasikan di kerajaan, dekat dengan area produksi panel surya.
The Wall Street Journal juga melaporkan musim panas lalu bahwa situs lain yang dirahasiakan di barat laut negara itu sedang digunakan untuk mengekstrak kue kuning uranium dari bijih uranium—langkah lebih lanjut menuju pengembangan bahan bakar nuklir yang dapat menempatkan kerajaan di jalur pengembangan senjata nuklir.
Lihat Juga :
tulis komentar anda