China Perkuat Kemampuan untuk Serang dan Blokade Taiwan
Sabtu, 20 Maret 2021 - 00:23 WIB
TAIPEI - China memperkuat kemampuannya untuk menyerang dan memblokade Taiwan , mengerahkan rudal jarak jauh untuk mencegah pasukan asing membantu jika terjadi perang dan menggunakan perang psikologis untuk merusak kepercayaan pada militer Taiwan. Hal itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Taiwan dalam tinjauan pertahanannya.
Dalam tinjauannya, Kementerian Pertahanan Taiwan memperingatkan, China mengerahkan taktik perang "zona abu-abu" untuk menaklukkan pulau yang diklaim sebagai bagian dari wilayahnya itu, berusaha untuk melemahkan Taiwan dengan latihan berulang kali dan aktivitas di dekat wilayah udara serta perairannya.
"China terus memodernisasi militernya dan meningkatkan kemampuannya dalam perang dengan Taiwan," bunyi tinjauan itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3/2021).
Ulasan tersebut menawarkan rincian yang serius tentang ancaman yang dihadapi Taiwan dari angkatan bersenjata terbesar di dunia.
Dikatakan China sedang membangun duplikat fasilitas Taiwan sehingga bisa melatih untuk menyerang mereka dan melakukan latihan pendaratan untuk mensimulasikan invasi.
"China memiliki kemampuan untuk menutup sebagian pelabuhan utama dan rute laut Taiwan serta memutus transportasi laut ke pulau itu, sementara penyebaran rudal jarak jauhnya ditujukan untuk menghentikan pasukan asing membantu Taiwan," bunyi tinjauan tersebut.
"Permusuhan dan ancaman China terhadap kami telah meningkat, meningkatkan risiko kecelakaan dan konflik serta menghancurkan stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan," kata tinjauan itu.
"Pesawat China, termasuk drone, terbang berulang kali di zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, berusaha melemahkan angkatan udara Taiwan," tambahnya.
Tinjauan itu mengungkapkan China juga menyebarkan "berita palsu" di Taiwan untuk mencoba dan merusak kepercayaan warga pada negara itu.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan China tidak menanggapi permintaan komentar.
China memandang Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya sendiri, dan telah meningkatkan aktivitas militer dalam beberapa bulan terakhir. Beijing berusaha untuk menegaskan kedaulatannya dan mengungkapkan ketidaksenangan atas dukungan Washington untuk pulau itu.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan awal bulan ini bahwa China akan dengan tegas menghalangi aktivitas separatis yang mencari kemerdekaan Taiwan.
Sedangkan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka bernama Republik China, nama resminya, dan dia akan mempertahankan demokrasi serta kedaulatannya.
Tsai mengawasi program modernisasi militer, termasuk membangun kapal selam, meningkatkan angkatan udara Taiwan, dan mengembangkan rudal jarak jauhnya sendiri.
Tetapi angkatan bersenjatanya dikerdilkan oleh China yang menambahkan jet siluman, kapal induk, dan peralatan canggih lainnya.
Taiwan adalah sumber utama ketegangan antara Beijing dan Washington, pemasok senjata utama pulau itu dan pendukung internasional, serta diangkat dalam pembicaraan tingkat tinggi China-AS di Alaska pada hari Kamis.
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang mulai menjabat pada 20 Januari, telah bergerak untuk meyakinkan Taiwan bahwa komitmennya kepada mereka sangat kuat, terutama setelah China meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu tak lama setelah pelantikan Biden.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Dalam tinjauannya, Kementerian Pertahanan Taiwan memperingatkan, China mengerahkan taktik perang "zona abu-abu" untuk menaklukkan pulau yang diklaim sebagai bagian dari wilayahnya itu, berusaha untuk melemahkan Taiwan dengan latihan berulang kali dan aktivitas di dekat wilayah udara serta perairannya.
"China terus memodernisasi militernya dan meningkatkan kemampuannya dalam perang dengan Taiwan," bunyi tinjauan itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (20/3/2021).
Ulasan tersebut menawarkan rincian yang serius tentang ancaman yang dihadapi Taiwan dari angkatan bersenjata terbesar di dunia.
Dikatakan China sedang membangun duplikat fasilitas Taiwan sehingga bisa melatih untuk menyerang mereka dan melakukan latihan pendaratan untuk mensimulasikan invasi.
"China memiliki kemampuan untuk menutup sebagian pelabuhan utama dan rute laut Taiwan serta memutus transportasi laut ke pulau itu, sementara penyebaran rudal jarak jauhnya ditujukan untuk menghentikan pasukan asing membantu Taiwan," bunyi tinjauan tersebut.
"Permusuhan dan ancaman China terhadap kami telah meningkat, meningkatkan risiko kecelakaan dan konflik serta menghancurkan stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan," kata tinjauan itu.
"Pesawat China, termasuk drone, terbang berulang kali di zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, berusaha melemahkan angkatan udara Taiwan," tambahnya.
Tinjauan itu mengungkapkan China juga menyebarkan "berita palsu" di Taiwan untuk mencoba dan merusak kepercayaan warga pada negara itu.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan China tidak menanggapi permintaan komentar.
China memandang Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya sendiri, dan telah meningkatkan aktivitas militer dalam beberapa bulan terakhir. Beijing berusaha untuk menegaskan kedaulatannya dan mengungkapkan ketidaksenangan atas dukungan Washington untuk pulau itu.
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan awal bulan ini bahwa China akan dengan tegas menghalangi aktivitas separatis yang mencari kemerdekaan Taiwan.
Sedangkan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka bernama Republik China, nama resminya, dan dia akan mempertahankan demokrasi serta kedaulatannya.
Tsai mengawasi program modernisasi militer, termasuk membangun kapal selam, meningkatkan angkatan udara Taiwan, dan mengembangkan rudal jarak jauhnya sendiri.
Tetapi angkatan bersenjatanya dikerdilkan oleh China yang menambahkan jet siluman, kapal induk, dan peralatan canggih lainnya.
Taiwan adalah sumber utama ketegangan antara Beijing dan Washington, pemasok senjata utama pulau itu dan pendukung internasional, serta diangkat dalam pembicaraan tingkat tinggi China-AS di Alaska pada hari Kamis.
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, yang mulai menjabat pada 20 Januari, telah bergerak untuk meyakinkan Taiwan bahwa komitmennya kepada mereka sangat kuat, terutama setelah China meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu tak lama setelah pelantikan Biden.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ian)
tulis komentar anda