Tantang China di LCS, Kapal Perang Prancis Berlabuh di Vietnam
Sabtu, 13 Maret 2021 - 10:38 WIB
HANOI - Media lokal Vietnam melaporkan sebuah kapal fregat Prancis berlabuh di Pelabuhan Cam Ranh untuk perbaikan helikopter. Namun Duta Besar Prancis untuk Vietnam mengatakan kunjungan kapal fregat itu untuk mendukung "kebebasan navigasi", menantang klaim kedaulatan China atas Laut China Selatan (LCS).
Marc Razafindranaly, atase pertahanan Prancis di Vietnam, mengatakan fregat Prairial telah meninggalkan Tahiti di Polinesia Prancis pada 1 Januari lalu dan mencapai Pelabuhan Cam Ranh di Provinsi Khanh Hoa Vietnam pada Selasa.
Prairial adalah fregat kelas Floreal, dengan jarak tempuh 93,5 meter dan memiliki kecepatan maksimum 37 kilometer per jam.
Kedutaan Besar Prancis di Hanoi menambahkan fregat yang berlabuh di Vietnam sebagai bagian dari kerangka kerja sama militer.
"Kunjungan fregat kali ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan dalam mendukung kebebasan navigasi di udara dan di laut, yang dimiliki bersama oleh Vietnam dan Prancis," kata Duta Besar Prancis untuk Vietnam, Nicolas Warnery, seperti dikutip dari Express, Sabtu (13/3/2021).
Pernyataan itu muncul ketika Mark J. Valencia, analis kebijakan maritim, komentator politik dan konsultan yang berfokus pada Asia, menyarankan Prancis "bermain api" di wilayah yang disengketakan.
"Tidak perlu banyak waktu untuk meyakinkan China bahwa Prancis mendukung upaya AS untuk menahannya," ujarnya kepada South China Morning Post.
“Ini adalah sinyal yang dikirim Prancis dengan berpartisipasi dalam latihan bersama dengan India, Australia, Jepang, dan AS," imbuhnya.
"Prancis harus memutuskan apakah mereka benar-benar ingin mengambil risiko secara ekonomi untuk memajukan hegemoni AS di wilayah tersebut - dan mitos Amerika bahwa kebebasan navigasi komersial sedang terancam," ucapnya.
Prancis telah melakukan operasi di perairan yang disengketakan, dan akan bergabung dengan transit militer dengan AS dan Inggris akhir tahun ini.
Pada bulan Februari, kapal selam nuklir Prancis SNA Emeraude melakukan patroli di Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly men-tweet gambar kapal selam itu, dan mengatakan perjalanan itu adalah bukti mencolok dari kapasitas Angkatan Laut Prancis untuk ditempatkan jauh dan untuk waktu yang lama bersama dengan mitra strategis Australia, Amerika, dan Jepang.
China tidak bereaksi terhadap bagian tersebut, yang oleh peneliti di Foundation for Strategic Research Antoine Bondaz, katakan kepada outlet France24 itu bukan ancaman serius.
"Beijing harus menilai apakah taruhannya sepadan," ujarnya.
Marc Razafindranaly, atase pertahanan Prancis di Vietnam, mengatakan fregat Prairial telah meninggalkan Tahiti di Polinesia Prancis pada 1 Januari lalu dan mencapai Pelabuhan Cam Ranh di Provinsi Khanh Hoa Vietnam pada Selasa.
Prairial adalah fregat kelas Floreal, dengan jarak tempuh 93,5 meter dan memiliki kecepatan maksimum 37 kilometer per jam.
Kedutaan Besar Prancis di Hanoi menambahkan fregat yang berlabuh di Vietnam sebagai bagian dari kerangka kerja sama militer.
"Kunjungan fregat kali ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan dalam mendukung kebebasan navigasi di udara dan di laut, yang dimiliki bersama oleh Vietnam dan Prancis," kata Duta Besar Prancis untuk Vietnam, Nicolas Warnery, seperti dikutip dari Express, Sabtu (13/3/2021).
Pernyataan itu muncul ketika Mark J. Valencia, analis kebijakan maritim, komentator politik dan konsultan yang berfokus pada Asia, menyarankan Prancis "bermain api" di wilayah yang disengketakan.
"Tidak perlu banyak waktu untuk meyakinkan China bahwa Prancis mendukung upaya AS untuk menahannya," ujarnya kepada South China Morning Post.
“Ini adalah sinyal yang dikirim Prancis dengan berpartisipasi dalam latihan bersama dengan India, Australia, Jepang, dan AS," imbuhnya.
"Prancis harus memutuskan apakah mereka benar-benar ingin mengambil risiko secara ekonomi untuk memajukan hegemoni AS di wilayah tersebut - dan mitos Amerika bahwa kebebasan navigasi komersial sedang terancam," ucapnya.
Prancis telah melakukan operasi di perairan yang disengketakan, dan akan bergabung dengan transit militer dengan AS dan Inggris akhir tahun ini.
Pada bulan Februari, kapal selam nuklir Prancis SNA Emeraude melakukan patroli di Laut Cina Selatan.
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly men-tweet gambar kapal selam itu, dan mengatakan perjalanan itu adalah bukti mencolok dari kapasitas Angkatan Laut Prancis untuk ditempatkan jauh dan untuk waktu yang lama bersama dengan mitra strategis Australia, Amerika, dan Jepang.
China tidak bereaksi terhadap bagian tersebut, yang oleh peneliti di Foundation for Strategic Research Antoine Bondaz, katakan kepada outlet France24 itu bukan ancaman serius.
"Beijing harus menilai apakah taruhannya sepadan," ujarnya.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda