Pengakuan Eks Polisi Myanmar: Tembak Mereka Sampai Mati
Rabu, 10 Maret 2021 - 08:07 WIB
"Dalam skenario seperti itu, kami tidak punya nyali untuk menembak orang-orang kami sendiri yang merupakan demonstran damai," kata mereka.
Pengakuan berbeda datang dari Dal. Pria berusia dua puluh empat tahun mengatakan dia telah bekerja sebagai polisi Myanmar di kota pegunungan Falam di barat laut Myanmar.
Pekerjaannya sebagian besar bersifat administratif, termasuk membuat daftar orang-orang yang ditahan oleh polisi. Tetapi ketika aksi protes membesar setelah kudeta, dia mengatakan dia diperintahkan untuk mencoba menangkap pengunjuk rasa perempuan - sebuah perintah yang dia tolak.
Khawatir dipenjara karena berpihak pada para pengunjuk rasa dan gerakan pembangkangan sipil, dia mengatakan dia memutuskan untuk melarikan diri dari Myanmar.
Menurut ketiga anggota polisi Myanmar itu ada dukungan substansial bagi pengunjuk rasa di dalam kepolisian.
"Di dalam kantor polisi, 90% mendukung pengunjuk rasa tetapi tidak ada pemimpin yang mempersatukan mereka," kata Tha Peng, yang meninggalkan istri dan dua putrinya yang masih kecil, salah satunya berusia enam bulan.
Tha Peng mengatakan bahwa meskipun dia merindukan keluarganya, dia takut kembali ke Myanmar.
"Saya tidak ingin kembali," katanya sambil duduk di ruang lantai pertama yang menghadap ke perbukitan hijau yang membentang ke Myanmar.
Pengakuan berbeda datang dari Dal. Pria berusia dua puluh empat tahun mengatakan dia telah bekerja sebagai polisi Myanmar di kota pegunungan Falam di barat laut Myanmar.
Pekerjaannya sebagian besar bersifat administratif, termasuk membuat daftar orang-orang yang ditahan oleh polisi. Tetapi ketika aksi protes membesar setelah kudeta, dia mengatakan dia diperintahkan untuk mencoba menangkap pengunjuk rasa perempuan - sebuah perintah yang dia tolak.
Khawatir dipenjara karena berpihak pada para pengunjuk rasa dan gerakan pembangkangan sipil, dia mengatakan dia memutuskan untuk melarikan diri dari Myanmar.
Menurut ketiga anggota polisi Myanmar itu ada dukungan substansial bagi pengunjuk rasa di dalam kepolisian.
"Di dalam kantor polisi, 90% mendukung pengunjuk rasa tetapi tidak ada pemimpin yang mempersatukan mereka," kata Tha Peng, yang meninggalkan istri dan dua putrinya yang masih kecil, salah satunya berusia enam bulan.
Tha Peng mengatakan bahwa meskipun dia merindukan keluarganya, dia takut kembali ke Myanmar.
"Saya tidak ingin kembali," katanya sambil duduk di ruang lantai pertama yang menghadap ke perbukitan hijau yang membentang ke Myanmar.
tulis komentar anda