Mengenang Yamani, Master Minyak Saudi yang Membuat Barat Bertekuk Lutut

Kamis, 25 Februari 2021 - 12:43 WIB
"Aneh, tapi saat kami duduk bersama dan mengobrol, kami seolah-olah menjadi teman," kata Yamani saat masih hidup kepada penulis biografi Jeffrey Robinson . “Dia memberitahu saya begitu banyak, tahu bahwa saya akan mati.”



Sebuah kesepakatan dibuat di Aljazair dan Carlos menghilang, melarikan diri dari penangkapan sampai tahun 1994. Menjalani hukuman seumur hidup di penjara Prancis, Carlos hidup lebih lama dari Yamani.

Beberapa bulan sebelumnya, Yamani berada di sisi Raja Arab Saudi, Faisal, di Riyadh, menerima delegasi kunjungan ketika seorang pangeran Saudi yang tidak puas mengeluarkan pistol dan menembak mati sang raja.

Karier Yamani luar biasa, untuk saat itu, sebagai orang biasa dalam masyarakat yang didominasi oleh keluarga kerajaan.

Lahir pada tanggal 30 Juni 1930, putra seorang ulama dan hakim Islam di Makkah, Yamani diharapkan mengikuti ayah dan kakeknya untuk mengajar.

Setelah belajar hukum di Kairo, ia berangkat ke New York University dan Harvard. Kembali ke Arab Saudi, dia mendirikan firma hukum dan menjalankan pekerjaan pemerintahan, menarik perhatian Faisal yang saat itu masih berstatus calon raja. Yaman kemudian ditunjuk menjadi Menteri Perminyakan pada tahun 1962.

Yamani menjadi tokoh terkemuka dalam perkembangan OPEC, organisasi yang didirikan pada tahun 1960. Dia melepaskan industri minyak Saudi dari cengkeraman perusahaan Amerika dalam serangkaian langkah yang menghasilkan kesepakatan tentang kepemilikan nasional Saudi Aramco pada tahun 1976.

Aramco tetap menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia berdasarkan aset.

Pada tahun-tahun awal Yamani sebagai Menteri Perminyakan, nasionalisme Arab sedang bangkit dan kekuatan minyak berada di jantungnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More