Kecaman Tak Mempan bagi Israel, Mengapa Negara-negara Arab dan Islam Tak Intervensi Militer?
loading...
A
A
A
GAZA - Kecaman dunia internasional, termasuk negara-negara Arab dan Islam, sudah tidak mempan lagi bagi Israel, di mana militer Zionis nekat meluncurkan invasi darat ke Rafah, Gaza selatan.
Kantor berita Palestina; WAFA, pada Kamis (9/5/2024), melaporkan sebanyak 35 warga sipil Palestina tewas dalam 24 jam terakhir di Rafah akibat invasi Zionis.
Kegagalan para pemimpin Arab dalam mengambil sikap tegas terhadap kebrutalan Israel di Gaza bukan hal baru.
Sebaliknya, setiap kali militer Zionis meningkatkan penindasan brutalnya terhadap Palestina dengan dalih memerangi Hamas, sekutu-sekutu Israel dari blok Barat—seperti Australia, Jerman, Prancis, Inggris dan Amerika Serikat—memberikan dukungan.
Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)—yang dianggap mewakili dunia Arab dan Islam—memang rutin menggelar pertemuan yang berujung pada penyampaian kecaman terhadap Israel. Pertemuan OKI terbaru di Gambia mengadopsi resolusi berupa seruan untuk menjatuhkan sanksi terhadap rezim Zionis. Mempankah kecaman tersebut? Berhasilkah seruan sanksi tersebut?
Mesir, yang berbatasan dengan Rafah, terkesan ikut andil membantu warga Gaza yang menderita dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan. Namun dunia menyaksikan bahwa Mesir telah membantu Israel mempertahankan pengepungan di Gaza selama 17 tahun terakhir.
Retorika berapi-api dari negara-negara Arab dan Islam dalam membela Palestina tidak pernah diikuti dengan tindakan nyata, baik dalam bentuk intervensi militer atau dalam menekan Barat untuk menghentikan kekejaman Zionis Israel di Gaza.
Bukan berarti Timur Tengah tidak bisa mengendalikan Israel dan sekutu imperialnya. Mengutip ulasan Red Flag, negara-negara Arab dan Islam sebenarnya menguasai sebagian besar cadangan minyak dunia—Arab Saudi dan Irak sendiri menguasai lebih dari 21 persen ekspor minyak harian. Hal ini memberi negara-negara tersebut pengaruh yang sangat besar.
Tapi ini bukan hanya minyak. Terusan Suez, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Mesir, sangat penting bagi perdagangan global.
Kantor berita Palestina; WAFA, pada Kamis (9/5/2024), melaporkan sebanyak 35 warga sipil Palestina tewas dalam 24 jam terakhir di Rafah akibat invasi Zionis.
Kegagalan para pemimpin Arab dalam mengambil sikap tegas terhadap kebrutalan Israel di Gaza bukan hal baru.
Sebaliknya, setiap kali militer Zionis meningkatkan penindasan brutalnya terhadap Palestina dengan dalih memerangi Hamas, sekutu-sekutu Israel dari blok Barat—seperti Australia, Jerman, Prancis, Inggris dan Amerika Serikat—memberikan dukungan.
Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)—yang dianggap mewakili dunia Arab dan Islam—memang rutin menggelar pertemuan yang berujung pada penyampaian kecaman terhadap Israel. Pertemuan OKI terbaru di Gambia mengadopsi resolusi berupa seruan untuk menjatuhkan sanksi terhadap rezim Zionis. Mempankah kecaman tersebut? Berhasilkah seruan sanksi tersebut?
Mesir, yang berbatasan dengan Rafah, terkesan ikut andil membantu warga Gaza yang menderita dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan. Namun dunia menyaksikan bahwa Mesir telah membantu Israel mempertahankan pengepungan di Gaza selama 17 tahun terakhir.
Retorika berapi-api dari negara-negara Arab dan Islam dalam membela Palestina tidak pernah diikuti dengan tindakan nyata, baik dalam bentuk intervensi militer atau dalam menekan Barat untuk menghentikan kekejaman Zionis Israel di Gaza.
Bukan berarti Timur Tengah tidak bisa mengendalikan Israel dan sekutu imperialnya. Mengutip ulasan Red Flag, negara-negara Arab dan Islam sebenarnya menguasai sebagian besar cadangan minyak dunia—Arab Saudi dan Irak sendiri menguasai lebih dari 21 persen ekspor minyak harian. Hal ini memberi negara-negara tersebut pengaruh yang sangat besar.
Tapi ini bukan hanya minyak. Terusan Suez, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Mesir, sangat penting bagi perdagangan global.