Demonstran Myanmar Meninggal setelah 10 Hari Terluka Parah
Jum'at, 19 Februari 2021 - 17:59 WIB
"Saya bangga padanya dan saya akan keluar sampai kita mencapai tujuan kita untuknya," tegas pengunjuk rasa Nay Lin Htet, 24, kepada Reuters saat unjuk rasa di kota utama Yangon.
Jumat menandai dua pekan demonstrasi harian menentang perebutan kekuasaan militer dan penangkapan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Protes di kota-kota besar di Myanmar yang beragam etnis itu lebih damai daripada demonstrasi sebelumnya, selama hampir 50 tahun pemerintahan junta militer hingga 2011.
Namun polisi telah menembakkan peluru karet beberapa kali untuk membubarkan massa. Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya.
Di Myitkyina, polisi dan tentara yang memegang tongkat membubarkan para pengunjuk rasa di jalan yang dipenuhi toko-toko, seperti muncul dalam video di media sosial.
Aktivis HAM Stella Naw mengatakan sekitar 50 orang telah ditahan. “Truk militer hanya menjemput orang-orang dari aksi protes,” papar dia.
Bentrokan terjadi di ibu kota Negara Bagian Kachin, selama dua pekan terakhir dengan polisi menembakkan peluru karet dan menggunakan ketapel untuk membubarkan massa.
Polisi di Yangon menutup lokasi protes utama kota di dekat Pagoda Sule, memasang barikade di jalan masuk persimpangan tempat puluhan ribu orang berkumpul pekan ini.
“Ratusan orang berkumpul di barikade,” papar seorang saksi mata.
Ribuan orang lainnya berkumpul di lokasi protes lain di dekat universitas dan berangkat ke pusat kota.
Jumat menandai dua pekan demonstrasi harian menentang perebutan kekuasaan militer dan penangkapan Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi.
Protes di kota-kota besar di Myanmar yang beragam etnis itu lebih damai daripada demonstrasi sebelumnya, selama hampir 50 tahun pemerintahan junta militer hingga 2011.
Namun polisi telah menembakkan peluru karet beberapa kali untuk membubarkan massa. Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya.
Di Myitkyina, polisi dan tentara yang memegang tongkat membubarkan para pengunjuk rasa di jalan yang dipenuhi toko-toko, seperti muncul dalam video di media sosial.
Aktivis HAM Stella Naw mengatakan sekitar 50 orang telah ditahan. “Truk militer hanya menjemput orang-orang dari aksi protes,” papar dia.
Bentrokan terjadi di ibu kota Negara Bagian Kachin, selama dua pekan terakhir dengan polisi menembakkan peluru karet dan menggunakan ketapel untuk membubarkan massa.
Polisi di Yangon menutup lokasi protes utama kota di dekat Pagoda Sule, memasang barikade di jalan masuk persimpangan tempat puluhan ribu orang berkumpul pekan ini.
“Ratusan orang berkumpul di barikade,” papar seorang saksi mata.
Ribuan orang lainnya berkumpul di lokasi protes lain di dekat universitas dan berangkat ke pusat kota.
tulis komentar anda